Literasi keuangan di era globalisasi dan digitalisasi yang semakin meningkat saat ini, bukan hanya menjadi kebutuhan dasar tetapi juga syarat mutlak untuk bertahan hidup dalam perekonomian modern.Â
Penelitian yang dilakukan oleh Leora Klapper dan Annamaria Lusardi, dipublikasikan pada tahun 2019 dalam jurnal Financial Management dengan judul "Financial literacy and financial resilience: Evidence from around the world", mengungkap fakta penting tentang kondisi literasi keuangan di berbagai belahan dunia.Â
Menurut mereka, hanya satu dari tiga orang dewasa yang memiliki literasi keuangan memadai.Â
Hal ini menunjukkan gap yang signifikan dan tantangan yang perlu dihadapi oleh berbagai negara dalam meningkatkan pemahaman keuangan di kalangan masyarakatnya.
Menariknya, studi ini juga menemukan bahwa literasi keuangan tidak hanya rendah di negara berkembang tetapi juga di negara dengan pasar keuangan yang sudah matang.Â
Fakta ini menjadi ironis, mengingat kompleksitas produk keuangan yang terus bertambah menuntut pemahaman yang lebih baik dari penggunanya.Â
Mereka yang tidak memiliki pengetahuan keuangan dasar terancam terjebak dalam produk keuangan yang tidak sesuai atau berisiko tinggi, yang pada akhirnya bisa mengancam stabilitas keuangan mereka.
Lebih lanjut, perbedaan literasi keuangan antar demografi, seperti gender dan latar belakang pendidikan, menciptakan ketidaksetaraan dalam mengakses dan memanfaatkan layanan keuangan.Â
Misalnya, penelitian tersebut menemukan bahwa wanita dan individu dengan pendidikan lebih rendah cenderung memiliki literasi keuangan yang lebih rendah dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang lebih berpendidikan atau laki-laki.Â
Ini menunjukkan kebutuhan yang mendesak akan intervensi yang dirancang khusus untuk menargetkan kelompok-kelompok yang paling rentan.