Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prediksi Kemenangan Calon Independen pada Pilkada DKI Jakarta 2024, Sebuah Analisis Sosiologis

20 Agustus 2024   13:57 Diperbarui: 20 Agustus 2024   14:15 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam konteks Pilkada DKI Jakarta, habitus masyarakat urban yang cenderung kritis dan independen berperan penting dalam membentuk sikap antitesis. Jakarta, sebagai pusat urbanisasi dan modernisasi di Indonesia, memiliki populasi yang semakin terdidik, dengan akses lebih besar terhadap informasi dan media. Akibatnya, masyarakat Jakarta lebih cenderung mempertanyakan status quo dan mencari alternatif yang lebih sesuai dengan nilai-nilai yang mereka yakini, termasuk kebebasan, transparansi, dan partisipasi politik yang lebih inklusif.

Calon independen menjadi representasi dari perlawanan terhadap struktur kekuasaan yang dianggap monopolistik. Mereka menawarkan narasi yang berbeda dari calon-calon partai besar, sering kali dengan fokus pada reformasi dan perubahan yang diinginkan oleh masyarakat. Hal ini menarik bagi pemilih yang merasakan adanya ketidakpuasan terhadap sistem yang ada, terutama mereka yang melihat KIM Plus sebagai simbol dari praktik oligarki yang mengancam prinsip demokrasi.

Namun, meskipun dukungan terhadap calon independen sebagai ekspresi antitesis ini kuat, tantangan dalam memenangkan Pilkada tetap besar. Calon independen harus mampu menggerakkan habitus masyarakat ini menjadi kekuatan politik nyata, dengan mengorganisir dukungan yang solid, memanfaatkan media sosial untuk kampanye yang efektif, dan menarik perhatian media arus utama untuk meningkatkan profil mereka. Selain itu, mereka juga perlu menavigasi berbagai hambatan birokratis dan regulasi yang sering kali dirancang untuk menguntungkan calon-calon dari partai besar.

Teori  habitus Bourdieu menunjukkan bahwa meskipun individu dan kelompok dapat bertindak secara antitesis terhadap struktur yang ada, mereka tetap berada dalam batas-batas yang ditentukan oleh lingkungan sosial mereka. Dalam konteks ini, calon independen harus dapat mengubah dukungan antitesis ini menjadi basis politik yang kuat, dengan memahami dan menggerakkan habitus masyarakat Jakarta yang kritis dan independen.

Pada akhirnya, meskipun calon independen menghadapi banyak rintangan, kemenangan mereka dalam Pilkada DKI Jakarta 2024 bukanlah sesuatu yang mustahil. Dengan dukungan yang kuat dari masyarakat yang memiliki sikap antitesis, serta strategi kampanye yang efektif, mereka dapat mengubah dinamika politik di Jakarta dan mungkin memberikan kejutan besar dalam kontestasi demokrasi yang semakin kompetitif ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun