Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mendorong Prestasi Tanpa Mengorbankan Kesehatan Mental Anak

18 Agustus 2024   14:16 Diperbarui: 19 Agustus 2024   16:13 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengaruh Pengasuhan dengan Kondisi Positif dan Negatif terhadap Psikologi Anak

Dalam kajian terbaru yang dipublikasikan oleh Sarah Teresa Steffgen dan rekan-rekannya, tema besar yang diangkat adalah tentang bagaimana pengasuhan orang tua dengan kondisi positif dan negatif berdampak pada perkembangan psikologi anak, terutama dalam konteks akademik. 

Pengasuhan ini mencakup dua jenis utama, yaitu Parental Academic Conditional Positive Regard (PACPR) dan Parental Academic Conditional Negative Regard (PACNR). 

Kedua pendekatan ini menjadi fokus utama penelitian yang bertujuan untuk memahami bagaimana respons orang tua terhadap pencapaian akademik anak dapat mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak, mulai dari motivasi, harga diri, hingga kesehatan mental.

Secara konseptual, PACPR dan PACNR merepresentasikan dua sisi dari pendekatan pengasuhan yang bersifat kondisional. PACPR, misalnya, mengacu pada peningkatan apresiasi dan kasih sayang orang tua ketika anak berhasil mencapai standar akademik tertentu. 

Sebaliknya, PACNR melibatkan penarikan kasih sayang atau perhatian ketika anak gagal memenuhi ekspektasi. Dalam kerangka teori yang lebih luas, kedua pendekatan ini sering kali dilihat sebagai bentuk kontrol orang tua yang dapat menekan otonomi anak dan menghambat pemenuhan kebutuhan dasar mereka, seperti kebutuhan akan keterhubungan dan kompetensi.

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua pendekatan pengasuhan ini, terutama ketika diterapkan secara bersamaan, dapat menghasilkan profil psikologis yang kurang adaptif pada anak-anak. 

Anak-anak yang mengalami tingkat tinggi dari kedua pendekatan ini cenderung menunjukkan penurunan dalam kepuasan kebutuhan dasar, seperti perasaan otonomi dan keterhubungan, serta mengalami peningkatan dalam kecemasan, terutama dalam konteks akademik. 

Dalam kata lain, ketika orang tua memberikan kasih sayang mereka hanya saat anak-anak mencapai prestasi tertentu, anak-anak tersebut cenderung merasa tertekan untuk terus-menerus memenuhi ekspektasi, yang pada akhirnya dapat mengarah pada perasaan tidak aman dan rendah diri.

Namun, penelitian ini juga menemukan adanya perbedaan penting antara kedua pendekatan pengasuhan ini. Sementara PACNR secara langsung terkait dengan penurunan harga diri dan peningkatan kecemasan, PACPR, meskipun terlihat lebih positif, ternyata juga memiliki dampak negatif yang signifikan. 

Anak-anak yang hanya mengalami PACPR, tanpa adanya PACNR, tetap menunjukkan tanda-tanda kontingensi harga diri yang rapuh, di mana mereka merasa bahwa nilai diri mereka bergantung sepenuhnya pada pencapaian akademik mereka.

Dari perspektif yang lebih luas, temuan ini memberikan implikasi penting bagi masyarakat umum, terutama dalam konteks bagaimana orang tua harus lebih berhati-hati dalam mengatur harapan dan respons mereka terhadap prestasi akademik anak-anak. 

Dalam dunia yang semakin kompetitif ini, di mana tekanan untuk berprestasi sangat tinggi, penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa pendekatan pengasuhan yang terlalu berfokus pada hasil akademik dapat berujung pada dampak psikologis yang merugikan bagi anak-anak.

Menyeimbangkan Dorongan Berprestasi dan Kesejahteraan Psikologis Anak

Melanjutkan pembahasan dari bagian pertama, penting untuk memahami lebih dalam implikasi dari pengasuhan dengan kondisi positif dan negatif terhadap perkembangan anak. 

Sementara sebagian besar orang tua mungkin berpikir bahwa memberikan penghargaan atas prestasi akademik atau menahan kasih sayang ketika anak gagal adalah cara yang efektif untuk memotivasi mereka, penelitian ini mengungkapkan bahwa pendekatan semacam itu dapat membawa lebih banyak kerugian daripada manfaat.

Salah satu temuan menarik dari penelitian ini adalah bahwa anak-anak yang hanya mengalami PACPR tanpa adanya PACNR tetap menunjukkan tanda-tanda kontingensi harga diri yang rapuh. 

Ini berarti, meskipun orang tua menunjukkan kasih sayang dan penghargaan hanya ketika anak berhasil, anak-anak ini tetap merasa bahwa nilai diri mereka sepenuhnya bergantung pada pencapaian akademik. 

Akibatnya, mereka mungkin menjadi sangat fokus pada prestasi sebagai satu-satunya sumber validasi diri, yang pada akhirnya dapat menghambat perkembangan psikologis yang sehat.

Di sisi lain, bagi anak-anak yang mengalami kedua bentuk pengasuhan ini secara bersamaan (baik PACPR maupun PACNR), dampaknya jauh lebih parah. Tidak hanya mereka merasa bahwa kasih sayang orang tua bersifat kondisional, tetapi mereka juga menghadapi ancaman kehilangan cinta dan dukungan ketika gagal memenuhi ekspektasi. 

Kondisi ini menciptakan lingkungan psikologis yang penuh tekanan, di mana anak-anak merasa terjebak dalam siklus yang terus-menerus mengejar validasi eksternal tanpa mendapatkan kepuasan dari kebutuhan dasar mereka untuk merasa dihargai dan dicintai tanpa syarat.

Dari sudut pandang praktis, hasil penelitian ini menegaskan pentingnya bagi orang tua untuk menyeimbangkan antara memberikan dorongan untuk berprestasi dan menjaga kesejahteraan psikologis anak. 

Orang tua harus menyadari bahwa prestasi akademik tidak seharusnya menjadi satu-satunya indikator nilai diri seorang anak. Penghargaan dan kasih sayang tidak boleh diberikan secara selektif hanya berdasarkan prestasi, tetapi harus lebih berfokus pada usaha, proses belajar, dan kemajuan yang dicapai, terlepas dari hasil akhir.

Selain itu, penting bagi orang tua untuk menyediakan lingkungan yang mendukung kebutuhan otonomi anak. Anak-anak perlu merasa bahwa mereka memiliki kendali atas tindakan mereka dan bahwa mereka tidak hanya berusaha keras untuk memenuhi harapan orang tua, tetapi juga untuk memenuhi aspirasi dan minat pribadi mereka sendiri. Dengan cara ini, anak-anak dapat mengembangkan rasa harga diri yang lebih stabil dan tidak bergantung pada pencapaian eksternal semata.

***

Penelitian ini memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana pendekatan pengasuhan dengan kondisi positif dan negatif dapat memengaruhi perkembangan psikologis anak. Meskipun PACPR terlihat lebih positif, baik PACPR maupun PACNR dapat membawa dampak negatif yang signifikan jika diterapkan tanpa keseimbangan yang tepat. 

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kebutuhan dasar anak akan otonomi, keterhubungan, dan kompetensi, serta menghargai usaha dan proses belajar anak, bukan hanya hasil akhir.

Dengan cara ini, kita dapat membantu anak-anak kita tumbuh menjadi individu yang percaya diri, stabil secara emosional, dan siap menghadapi tantangan hidup dengan cara yang sehat dan konstruktif.

Referensi

Steffgen, S. T., Soenens, B., Otterpohl, N., Stiensmeier-Pelster, J., & Schwinger, M. (2022). Latent Profiles of Parental Academic Conditional Positive and Negative Regard. Parenting, 22(4), 347--381. https://doi.org/10.1080/15295192.2021.2010501

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun