Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sinopsis Cerita Pendek "The Chinese Statue" Karya Jeffrey Archer (32)

18 Agustus 2024   06:44 Diperbarui: 18 Agustus 2024   06:44 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerita pendek "The Chinese Statue". (Created by Bing Image Creator)

Patung Cina yang Mengagumkan

Cerita dimulai di sebuah pelelangan, di mana sebuah patung kecil asal Tiongkok menjadi pusat perhatian. Patung ini, yang sudah berumur lebih dari seratus tahun, menarik minat banyak kolektor yang hadir. Sir Alexander Heathcote, seorang diplomat Inggris yang terkenal dengan ketelitiannya, adalah pemilik awal patung tersebut. 

Cerita kemudian beralih ke masa lalu, menjelaskan bagaimana Sir Alexander mendapatkan patung tersebut saat menjabat sebagai duta besar Inggris di Peking. Dalam perjalanannya, ia menemukan sebuah bengkel kecil di desa Ha Li Chuan, di mana seorang pengrajin tua menunjukkan kepadanya sebuah patung kecil yang sangat indah, mewakili kaisar dari Dinasti Ming. 

Patung ini begitu memikat hati Sir Alexander hingga ia tanpa sengaja mengungkapkan keinginannya untuk memiliki patung tersebut. Sesuai dengan tradisi Tiongkok yang menghormati tamu, pengrajin tua itu dengan berat hati memberikan patung itu kepada Sir Alexander sebagai tanda penghormatan.

Sir Alexander merasa sangat berhutang budi atas hadiah yang berharga ini. Ketika kembali ke Peking, ia menyadari nilai sejati patung tersebut dan memutuskan untuk membalas kebaikan pengrajin tua itu. Setelah melakukan penelitian, Sir Alexander menemukan bahwa pengrajin tersebut berasal dari keluarga pengrajin yang sangat dihormati dan telah melayani keluarga kerajaan selama berabad-abad. Sebagai bentuk terima kasih, Sir Alexander memutuskan untuk memberikan hadiah yang sangat istimewa kepada pengrajin itu, yang melebihi nilai patung yang ia terima. 

Cerita ini memperlihatkan hubungan yang kompleks antara rasa hormat, tradisi, dan nilai seni yang melampaui batasan budaya dan waktu.

Kehormatan yang Terbayar

Setahun setelah menerima patung berharga tersebut, Sir Alexander kembali ke desa Ha Li Chuan dengan niat untuk membayar hutang kehormatan kepada pengrajin tua. Ia membawa serta seorang mandarin dari istana yang telah membantu menyusun rencana balas budi ini. Sesampainya di desa, Sir Alexander mendatangi bengkel pengrajin tua yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Sang pengrajin, yang tidak segera mengenali tamu istimewanya, akhirnya menyadari siapa yang datang ketika Sir Alexander mendekat. Dengan penuh kerendahan hati, sang pengrajin menyambut kembali tamunya.

Sir Alexander, melalui mandarin, menjelaskan bahwa ia datang untuk membalas kebaikan yang telah diterimanya setahun sebelumnya. Pengrajin tua itu, yang hidup dalam kesederhanaan, merasa terhormat hanya dengan kenyataan bahwa patung buatannya telah berada di tangan seorang bangsawan besar dan akan dikagumi oleh banyak orang di negeri asing. Namun, Sir Alexander tidak merasa cukup hanya dengan ungkapan terima kasih. Ia telah mempersiapkan sebuah hadiah yang sangat istimewa bagi pengrajin tua tersebut.

Mereka bertiga kemudian memulai perjalanan menuju pegunungan di belakang desa. Setelah beberapa jam perjalanan, mereka tiba di sebuah rumah kecil yang baru dibangun di puncak bukit, dengan pemandangan yang indah menghadap ke lembah. Rumah tersebut, dengan arsitektur yang sempurna, dibuat khusus sebagai hadiah untuk pengrajin tua. 

Pengrajin itu, awalnya bingung, akhirnya memahami bahwa rumah ini adalah bentuk penghargaan dari Sir Alexander untuk kerja keras dan dedikasinya dalam melestarikan seni keluarga selama berabad-abad. Meskipun awalnya ragu untuk menerima hadiah ini karena adat yang melarang pengrajin menerima hadiah dari orang asing, ia akhirnya menerimanya setelah dijelaskan bahwa hadiah ini telah mendapat persetujuan dari sang permaisuri.

Cerita ini menggambarkan bagaimana sebuah tindakan kebaikan kecil dapat memunculkan balasan yang jauh lebih besar, menunjukkan betapa dalamnya penghormatan dan pengakuan terhadap nilai seni dan kerja keras seseorang.

Warisan yang Terlupakan

Setelah memberikan hadiah rumah kepada pengrajin tua, Sir Alexander kembali ke Peking dan menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai duta besar. Sebagai tanda penghormatan atas pengabdiannya, permaisuri Tiongkok memberinya penghargaan, dan ketika kembali ke Inggris, Ratu Victoria juga memberikan gelar kehormatan kepadanya. 

Patung kecil yang diperoleh Sir Alexander dari pengrajin tua itu menjadi salah satu harta keluarga yang paling berharga. Patung tersebut ditempatkan di tengah mantel rumah keluarganya di Yorkshire, di mana ia dipajang dan dikagumi oleh semua orang yang berkunjung.

Sir Alexander, seorang pria yang sangat teliti, meninggalkan wasiat yang sangat detail mengenai pembagian harta bendanya setelah kematiannya. Patung kecil tersebut diwariskan kepada putra pertamanya dengan syarat bahwa patung itu harus selalu diwariskan kepada putra sulung atau putri pertama jika tidak ada garis keturunan laki-laki, dan tidak boleh dijual kecuali kehormatan keluarga dipertaruhkan.

Namun, seiring berjalannya waktu, generasi baru keluarga Heathcote mulai kehilangan apresiasi terhadap nilai dan warisan patung tersebut. Putra pertama Sir Alexander, Mayor James Heathcote, seorang prajurit yang tidak begitu tertarik pada seni, meminjamkan patung itu ke mes resimen di Halifax. Patung itu tetap berada di sana hingga ia pensiun dan mengembalikannya ke mantel rumah keluarganya di Yorkshire.

Generasi demi generasi, patung tersebut diwariskan, tetapi setiap generasi semakin jauh dari nilai-nilai yang dimiliki Sir Alexander. Ketika patung itu akhirnya diwariskan kepada Alex Heathcote, cucu dari Mayor James, nasib patung itu mulai berubah. Alex, seorang pemuda yang hanya peduli pada dirinya sendiri dan terjerat utang akibat kecanduan judi, melihat patung itu sebagai jalan keluar dari masalah keuangannya. Tanpa mengindahkan wasiat leluhurnya, Alex memutuskan untuk menjual patung tersebut.

Patung kecil itu, yang dulunya dianggap sebagai karya seni yang tak ternilai, akhirnya dilelang di Sotheby's. Ironisnya, patung tersebut ternyata hanyalah tiruan dari aslinya, dengan nilai yang jauh lebih rendah dari yang diharapkan Alex. Yang lebih mengejutkan, dasar patung itu ternyata adalah karya seni asli dari abad ke-15 yang jauh lebih berharga daripada patung itu sendiri. Patung kecil itu terjual dengan harga rendah, sementara dasar patung itu dibeli dengan harga yang sangat tinggi oleh seorang kolektor Amerika. 

Cerita ini berakhir dengan ironi yang menyedihkan, di mana warisan keluarga yang berharga hilang karena ketidakpedulian dan keserakahan generasi muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun