Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "The Union": Analisis Kritik

17 Agustus 2024   07:39 Diperbarui: 17 Agustus 2024   07:39 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot adegan film "The Union". (Sumber: ign.com)

Eksploitasi Adegan dan Sinematografi yang Kurang Memukau

Film "The Union," yang dirilis oleh Netflix pada 16 Agustus 2024, memperlihatkan upaya yang kurang mengesankan dalam menggabungkan genre aksi dan komedi. Sutradara Julian Farino dan penulis skenario Joe Barton serta David Guggenheim, mempersembahkan kisah yang terkesan dipaksakan dan tidak inovatif, membuang potensi yang sebenarnya ada dalam premisnya. Meskipun Mark Wahlberg dan Halle Berry adalah bintang yang cemerlang, keduanya terjebak dalam skenario yang tidak mendukung kemampuan akting mereka sepenuhnya.

Sangat disayangkan bahwa penggunaan lokasi yang eksotis seperti London dan Piran tidak dimanfaatkan dengan maksimal. Film ini menampilkan beberapa set aksi yang dirancang untuk memacu adrenalin namun pada akhirnya gagal memperlihatkan sesuatu yang benar-benar menarik. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana film dengan anggaran yang tidak sedikit memiliki kualitas produksi yang tidak sepadan dengan investasi yang dikeluarkan. Penggambaran karakter yang datar dan pengembangan alur cerita yang minim membuat film ini kesulitan untuk memuaskan penonton yang mengharapkan kedalaman naratif atau bahkan sekedar hiburan ringan.

Tidak hanya itu, penanganan sinematografi oleh Farino terkesan aman dan konvensional. Pengambilan gambar yang berpotensi menciptakan nuansa dramatis sering kali terasa hambar dan kurang memanfaatkan elemen visual untuk meningkatkan intensitas atau emosi dalam adegan. Sebagai contoh, adegan aksi yang seharusnya menjadi puncak dari ketegangan malah terasa seperti hanya melengkapi formalitas tanpa ada usaha untuk benar-benar memikat atau memberi dampak signifikan kepada penonton.

Dengan mempertimbangkan segala kekurangan ini, "The Union" merupakan sebuah contoh bagaimana sebuah film dengan bintang besar dan potensi yang tinggi bisa terjebak dalam formula yang sudah terlalu sering digunakan dan tidak memberikan ruang untuk eksplorasi artistik atau inovasi yang sebenarnya sangat dibutuhkan dalam industri film masa kini. Film ini, meskipun dibintangi oleh aktor-aktor yang memiliki kemampuan akting yang kuat, pada akhirnya hanya menjadi tontonan yang bisa diabaikan, tidak meninggalkan kesan mendalam atau bahkan keinginan untuk menonton ulang.

Kekurangan Naratif dan Peluang yang Terbuang

Selanjutnya, "The Union" mencerminkan dilema industri film saat ini di mana banyak produksi cenderung mengutamakan estetika visual dan kehadiran bintang film tanpa memperkuat dasar naratif yang solid. Dalam film ini, interaksi antara karakter yang diperankan oleh Mark Wahlberg dan Halle Berry seharusnya menjadi titik kekuatan, namun keduanya tampak terhambat oleh skrip yang tidak memberikan ruang untuk pengembangan karakter yang mendalam. Kritik yang dilontarkan oleh Daniel Hart dari Ready Steady Cut mencatat bahwa meskipun aksi dalam film ini menghibur, namun terkadang terasa tidak lebih dari sekadar pengisian waktu tanpa substansi yang nyata.

Konsekuensi dari penanganan yang kurang inovatif ini terlihat jelas dalam penerimaan yang hangat dari kritikus dan penonton. Dengan skor yang hanya menerobos rata-rata di situs agregator seperti Rotten Tomatoes dan Metacritic, jelas bahwa "The Union" gagal memenuhi ekspektasi yang lebih tinggi yang biasanya diberikan kepada produksi besar Netflix. Skor rata-rata 48% dari kritikus dan 4.6/10 dari penilaian pengguna menunjukkan bahwa, meskipun ada beberapa momen yang menjanjikan, film ini secara keseluruhan tidak berhasil memikat penonton yang lebih luas atau menawarkan pengalaman sinematik yang berkesan.

Film ini juga mencerminkan tren yang lebih luas di mana platform streaming seperti Netflix sering kali mengandalkan nama-nama besar dan produksi yang tampak mewah untuk menarik perhatian, namun kurang memperhatikan kekuatan cerita dan karakter yang membuat film menjadi berkesan. Ironisnya, hal ini terjadi saat industri film sedang berusaha keras untuk mempertahankan relevansinya di era "Golden Era" televisi, di mana drama berkualitas tinggi dan naratif yang kaya lebih sering ditemukan di layar kecil.

"The Union" mungkin berpotensi sebagai bahan diskusi tentang bagaimana film-film dengan anggaran besar perlu lebih dari sekadar adegan aksi yang mendebarkan dan aktor berprofil tinggi untuk berhasil. Film ini seharusnya bisa mengambil kesempatan untuk memperdalam aspek kemanusiaan dan kompleksitas naratif yang sering kali jauh lebih memikat daripada sekadar pertunjukan visual yang semarak. Sayangnya, peluang ini tampaknya terlewatkan, dan yang tersisa hanyalah potret lain dari industri film yang terlalu sering puas dengan menghasilkan karya yang hanya cukup baik untuk mengisi slot tayangan tanpa meninggalkan dampak yang lebih berarti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun