Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kebijakan Tas Belanja Berkelanjutan, Idealisme atau Realitas?

16 Agustus 2024   13:18 Diperbarui: 16 Agustus 2024   13:23 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Limbah tas belanja plastik. (Sumber: Freepik.com)

Menurut polling oleh KumparanNEWS (04/08/2024) yang diikuti lebih dari 2900 peserta, ditanyakan kepada pembaca tentang kebiasaan mereka membawa tas belanja saat ke minimarket, diperoleh hasil berikut:

1. Selalu (29.71%) - Sebagian responden selalu membawa tas belanja mereka sendiri, yang menunjukkan tingkat kesadaran lingkungan yang lebih tinggi atau mungkin kebijakan toko yang mendorong praktik ini.

2. Kadang-kadang (48.77%) - Mayoritas responden membawa tas belanja mereka sendiri hanya sesekali. Ini bisa karena berbagai alasan seperti lupa membawa tas atau pembelian spontan.

3. Tidak Pernah (21.53%) - Sebagian kecil responden tidak pernah membawa tas belanja sendiri. Mereka mungkin lebih menyukai kenyamanan tas yang disediakan oleh toko atau tidak mempertimbangkan dampak lingkungan dari penggunaan tas plastik sekali pakai.

Polling ini dapat memberikan gambaran tentang kebiasaan konsumen dan kesadaran mereka terhadap isu lingkungan. Selain itu, hasil ini bisa membantu minimarket atau toko retail untuk menyesuaikan kebijakan atau promosi mereka terkait penggunaan tas belanja yang ramah lingkungan. Misalnya, minimarket mungkin meningkatkan kampanye kesadaran atau menawarkan insentif untuk penggunaan kembali tas belanja untuk menarik lebih banyak konsumen untuk mengadopsi praktik ini.

Hasil ini menyoroti pentingnya mendidik masyarakat tentang manfaat lingkungan dari penggunaan tas belanja yang dapat digunakan kembali, namun juga menggambarkan tantangan praktis dalam mengubah perilaku konsumen.

Dalam konteks global, studi menunjukkan bahwa tas katun harus digunakan sekitar 7,100 kali untuk menyamai profil lingkungan dari tas plastik, sementara tas dari bahan polypropylene hanya perlu digunakan sekitar 11 kali untuk mencapai titik impas lingkungan yang sama dengan tas plastik [1]. Di Indonesia, kesadaran akan dampak lingkungan dari tas belanja belum sepenuhnya terinternalisasi di kalangan luas, membuat implementasi kebijakan tas belanja berkelanjutan menjadi lebih kompleks.

Pendekatan internasional, seperti di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat, telah mengadopsi kebijakan yang lebih ketat terhadap penggunaan tas plastik melalui larangan atau tarif penggunaan[2][3]. Namun, studi menunjukkan bahwa tas belanja yang dapat digunakan kembali tidak selalu lebih ramah lingkungan jika tidak digunakan secara maksimal. Misalnya, tas katun yang lebih berat memiliki dampak awal yang besar terhadap lingkungan karena membutuhkan banyak sumber daya dan energi dalam produksinya [4].

Di sisi lain, penggunaan tas plastik yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peningkatan polusi mikroplastik, yang sudah terdeteksi hampir di mana-mana, termasuk di dalam hewan laut, tanah pertanian, dan udara kota [2]. Hal ini menunjukkan pentingnya strategi yang lebih terintegrasi dan pendidikan konsumen yang efektif untuk memastikan bahwa tas yang digunakan benar-benar berdampak positif terhadap lingkungan.

Indonesia, dengan populasi besar dan konsumsi tinggi, memiliki potensi untuk memimpin inisiatif regional dalam penggunaan tas belanja yang berkelanjutan. Namun, untuk mencapai ini, dibutuhkan kombinasi dari regulasi yang kuat, inisiatif pendidikan masyarakat, dan ketersediaan alternatif yang terjangkau dan ramah lingkungan.

Dari pandangan skeptisme, sementara tas yang dapat digunakan kembali ideal secara teoritis untuk mengurangi dampak lingkungan, realitas implementasinya sering kali jauh dari sederhana. Tas harus digunakan berulang kali untuk membenarkan dampak lingkungan mereka yang awal, dan perubahan perilaku konsumen tidak selalu mengikuti inisiatif kebijakan atau kesadaran lingkungan [4].

Menghadapi tantangan ini, kebijakan harus dirancang untuk tidak hanya mendorong penggunaan tas yang dapat digunakan kembali tetapi juga memastikan bahwa tas tersebut secara praktis dan ekonomis layak digunakan oleh konsumen luas. Pendekatan yang terfokus pada keberlanjutan jangka panjang dan manajemen sampah yang efektif akan menjadi kunci dalam memastikan bahwa inisiatif ini memberikan manfaat nyata bagi lingkungan di Indonesia dan di luar negeri [5].

Daftar Bacaan

[1] https://news.climate.columbia.edu/2020/04/30/plastic-paper-cotton-bags/
[2] https://education.nationalgeographic.org/resource/sustainable-shoppingwhich-bag-best/
[3] https://greenlifezen.com/environmental-impact-of-reusable-bags/
[4] https://plastic.education/reusable-vs-disposable-bags-whats-better-for-the-environment/
[5] https://www.reusethisbag.com/articles/do-reusable-bags-really-help-the-environment

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun