Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seteguk Kopi

27 Juli 2024   23:30 Diperbarui: 28 Juli 2024   00:19 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seteguk Kopi

Di tengah hiruk pikuk kota yang berdentum,  
Dia bertanya, "Maukah kau secangkir kopi dariku?"  
Jawabnya merdu, menghangatkan ruang,  
"Itu akan mengagumkan," katanya dengan semangat baru.

Namun dia bergumam lembut, penuh gaya,  
"Tidak, yang mengagumkan adalah jika kuberi kau dunia."  
Dengan senyum yang tertahan, dia berkata, "Berlebihan," 
Namun dalam hati, berharap bisa, lebih dari sekadar secangkir kopi.

Dia berdiri di sana, di antara aroma dan mesin yang berbunyi,  
Berangan-angan membungkus bintang dan bulan sebagai hadiah.  
Dengan tangan hampa, namun penuh cinta,  
Dia kembali, membawa kopi, bukan dunia, dalam genggaman tangannya.

Dan dalam cangkir itu, bukan sekedar kopi yang terhidang,  
Tetapi hati yang berbisik, "Untukmu, aku ingin memberikan segalanya." 
Mungkin cinta ini sederhana, tak seindah puisi atau lagu,  
Namun dalam setiap teguk, ada janji yang abadi, suci dan tulus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun