Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebebasan dan Kendali

15 Juli 2024   11:37 Diperbarui: 15 Juli 2024   11:51 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pbfcomics.com

Filsafat Kebebasan dan Kendala

Karikatur yang menggambarkan burung dalam sangkar yang tergantung pada drone secara efektif menangkap paradoks kebebasan dalam konteks filsafat dan politik. Filsafat telah lama mengeksplorasi konsep kebebasan, mulai dari pemikiran klasik Plato hingga pemikiran modern seperti Jean-Paul Sartre. Salah satu pertanyaan sentral yang muncul adalah: Apakah kebebasan benar-benar mungkin dalam struktur sosial dan politik yang ketat?

Dalam karikatur ini, burung yang diberi "kebebasan untuk terbang" tetapi masih terkurung dalam sangkar, menggambarkan konsep kebebasan negatif dan positif yang diperkenalkan oleh Isaiah Berlin. Kebebasan negatif berkaitan dengan absensi penghalang, rantai, atau intervensi, yang secara teori diwujudkan saat burung dikeluarkan dari pengawasan manusia. Namun, kebebasan positif---yakni kemampuan untuk bertindak secara otentik dan mengendalikan nasib sendiri---tetap tak terpenuhi karena burung tersebut masih terkurung dalam sangkar.

Ini mengajukan pertanyaan filosofis mendalam: apakah kebebasan hanya terdiri dari pembebasan dari halangan eksternal, atau apakah itu juga memerlukan pembebasan dari kendala internal seperti yang diwakili oleh sangkar? Jika seseorang diberi kebebasan tetapi tanpa alat, sumber daya, atau kapasitas untuk memanfaatkannya, apakah itu benar-benar kebebasan?

Dari perspektif politik, gambar tersebut menggambarkan kritik terhadap negara-negara yang mengklaim mendemokratisasi atau membebaskan orang-orang tanpa mengubah struktur kekuasaan mendasar yang membatasi agensi individu. Misalnya, banyak sistem politik yang memberikan hak-hak politik secara formal tetapi gagal untuk menciptakan kondisi di mana individu benar-benar dapat memanfaatkan hak-hak tersebut karena pembatasan ekonomi atau sosial yang bertahan.

Karikatur ini mendorong pemikiran mendalam tentang diskrepansi antara pemberian kebebasan secara teoritis versus praktiknya dalam kehidupan nyata. Ini menantang kita untuk mempertimbangkan bahwa kebebasan bukan hanya tentang penghapusan kendala, tetapi juga tentang pemberdayaan individu untuk memanfaatkan kebebasan tersebut secara substantif.

Politik Kebebasan dan Implikasi Sosial

Pada level politik, karikatur sangkar burung yang digantung di drone mencerminkan realitas banyak rezim yang menggunakan teknologi atau ideologi sebagai alat untuk menyatakan kebebasan sementara pada kenyataannya mengekangnya. Konsep "kebebasan terkendali" ini sering dilihat dalam praktik pemerintahan yang memberlakukan surveilansi dan kontrol ketat atas nama keamanan atau stabilitas. Filsuf politik seperti Michel Foucault dan Giorgio Agamben telah membahas bagaimana kekuasaan dan kontrol disamarkan sebagai kebebasan, sebuah dinamika yang secara jelas diilustrasikan dalam karikatur ini.

Foucault, dengan teorinya tentang biopolitik, menyatakan bahwa negara modern seringkali mengelola populasi melalui teknologi yang memperhalus kontrol sosial sambil memelihara ilusi kebebasan individu. Burung dalam sangkar yang dikendalikan oleh drone adalah metafora yang tepat untuk ini, menunjukkan bahwa meskipun mobilitas fisik mungkin ada, kemandirian sejati dan kebebasan untuk membuat pilihan sendiri tetap dibatasi.

Dalam konteks lebih luas, Agamben membahas tentang "keadaan pengecualian," di mana hukum dan hak-hak sipil bisa ditangguhkan atas dasar krisis atau ancaman. 

Ini sering berdampak pada perampasan hak-hak dasar di bawah pretensi perlindungan atau pembebasan. Dalam karikatur, pembebasan burung yang ironis menunjukkan bagaimana tindakan yang tampaknya mendukung kebebasan bisa sebenarnya memperkuat tatanan kekuasaan yang ada.

Politik kebebasan juga harus memperhitungkan peran teknologi, seperti yang diilustrasikan oleh penggunaan drone dalam gambar. Era digital telah membawa kemungkinan baru untuk pengawasan dan kontrol, yang bisa mengurangi ruang bagi kebebasan individu meskipun menawarkan alat baru untuk ekspresi dan partisipasi politik. Ini menciptakan paradoks baru dalam pemikiran politik dan filsafat sosial tentang bagaimana kebebasan dan kontrol bersamaan dalam masyarakat modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun