Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sinopsis Cerita Pendek "The Steal" Karya Jeffrey Archer (14)

5 Juli 2024   08:00 Diperbarui: 5 Juli 2024   08:04 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerita pendek "The Steal". (Created by Bing Image Creator)

Permulaan Petualangan

Christopher dan Margaret Roberts, sepasang suami istri yang bekerja di sekolah persiapan St. Cuthbert's di Inggris, memiliki tradisi tahunan untuk menghabiskan liburan musim panas mereka di tempat-tempat eksotis yang terjangkau. Mereka menganggap murid-murid di sekolah sebagai "anak-anak" mereka, karena mereka sendiri tidak memiliki anak. Mereka menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk merencanakan setiap detail liburan mereka, termasuk memilih destinasi, mempelajari budaya dan sejarah lokal, dan menyiapkan logistik perjalanan.

Tahun ini, mereka memutuskan untuk menjelajahi Turki, sebuah negara dengan sejarah kaya yang menawarkan banyak situs arkeologis dan arsitektural yang menakjubkan. Mereka memulai perjalanan mereka dengan antusias, membawa penuh pengetahuan dan perencanaan yang telah mereka persiapkan. Saat tiba di Turki, mereka disambut dengan hangat oleh keindahan alam dan keramahan penduduk lokal. Tujuan pertama mereka adalah mengunjungi tempat-tempat bersejarah di sekitar Istanbul sebelum berangkat ke lokasi lain di negara itu.

Di tengah semangat menjelajahi, mereka juga memiliki misi khusus untuk mencari "curian" tahunan mereka, yaitu benda berharga yang bisa mereka bawa pulang sebagai kenang-kenangan. Tahun ini, mereka menetapkan hati untuk membawa pulang karpet Turki yang otentik, yang telah terkenal selama berabad-abad karena keindahan dan kualitasnya. Mereka menghabiskan waktu di perpustakaan lokal dan berkonsultasi dengan berbagai sumber untuk mempelajari cara memilih karpet yang baik dan bagaimana menawar untuk mendapatkan harga terbaik.

Christopher dan Margaret merencanakan untuk mengunjungi bazar di Istanbul, tempat mereka berharap dapat menemukan karpet impian mereka. Namun, di tengah perencanaan mereka, mereka bertemu dengan pasangan lain, Mr. dan Mrs. Kendall-Hume, yang ternyata sangat mengganggu. Pasangan ini, yang memiliki sifat yang cukup dominan dan sering membuat situasi menjadi tidak nyaman, secara tak terduga mengundang Christopher dan Margaret untuk bergabung dalam beberapa aktivitas, yang membuat rencana awal mereka terganggu.

Konflik di Bazaar Istanbul

Setelah berhari-hari menjelajahi tempat-tempat bersejarah di Turki dan berusaha menghindari interaksi yang tidak diinginkan dengan pasangan Kendall-Hume, Christopher dan Margaret akhirnya memiliki waktu untuk melanjutkan misi utama mereka: mencari karpet Turki yang sempurna. Mereka mengunjungi bazaar terkenal di Istanbul, tempat mereka berharap dapat melakukan penemuan berharga.

Bazaar tersebut adalah labirin dari toko-toko kecil dengan barang-barang yang menggoda, mulai dari kerajinan tangan hingga rempah-rempah eksotis. Meski berusaha fokus pada misi mereka, kedatangan tak terduga Mr. dan Mrs. Kendall-Hume sekali lagi mengganggu rencana mereka. Pasangan ini, dengan percaya diri yang tinggi dan sedikit pengabaian terhadap etiket lokal, dengan cepat mengambil alih situasi, mengklaim bahwa mereka tahu tempat terbaik untuk mendapatkan karpet.

Kendall-Hume mengarahkan Christopher dan Margaret ke sebuah toko karpet yang diklaimnya memiliki koleksi terbaik, walaupun dengan harga yang sangat tinggi. Margaret, yang telah melakukan riset mendalam, mengenali toko ini dari bukunya dan tahu bahwa mereka mungkin tidak mampu membeli dari tempat itu. Namun, tekanan sosial dan keinginan untuk tidak terlihat kasar membuat mereka mengikuti rekomendasi Kendall-Hume.

Di dalam toko, mereka disuguhi pemandangan karpet-karpet yang luar biasa indah yang disajikan dengan cara yang sangat dramatis oleh penjual yang fasih dalam menarik perhatian pembeli. Margaret tertarik pada sebuah karpet kecil dengan dasar hijau dan pola kotak merah yang rumit, tetapi saat ia mencoba menegosiasikan harga, intervensi Kendall-Hume membuat situasi menjadi rumit. Pasangan itu berusaha menawar karpet besar dengan cara yang sangat berisiko dan tidak konvensional, mengabaikan norma-norma lokal dan nyaris merusak kesepakatan.

Di tengah kekacauan ini, Christopher mencoba tetap fokus pada apa yang mereka datangi -- untuk mendapatkan karpet yang mereka inginkan tanpa terjebak dalam permainan tawar-menawar yang agresif. Namun, ketegangan meningkat ketika Ray Kendall-Hume semakin terlibat dalam negosiasi yang panjang dan rumit, mencoba memanfaatkan keterampilan tawarnya yang ia banggakan tanpa menyadari bahwa ia mungkin sedang membawa mereka semua ke dalam kesulitan yang lebih besar.

Situasi menjadi semakin tegang ketika Margaret menyadari bahwa karpet yang mereka minati mungkin tidak akan bisa mereka dapatkan karena kendala anggaran dan tekanan dari Kendall-Humes yang terus berusaha mendominasi proses pembelian.

Resolusi yang Tak Terduga

Di hari terakhir liburan mereka di Turki, tekanan untuk menemukan karpet sempurna mencapai puncaknya. Christopher dan Margaret memutuskan untuk memberikan satu upaya terakhir di bazaar, kali ini tanpa intervensi dari Kendall-Humes. Mereka kembali ke toko karpet tempat mereka sebelumnya terkesan, bertekad untuk menegosiasikan sendiri tanpa pengaruh luar.

Di toko, mereka berhadapan kembali dengan dealer karpet yang sama, yang menghargai ketekunan mereka dan menawarkan untuk menunjukkan beberapa pilihan lagi yang mungkin sesuai dengan anggaran mereka. Dengan cermat, mereka meninjau koleksi, dan Margaret segera tertarik lagi pada karpet kecil berbasis hijau dengan pola kotak merah yang telah menarik perhatiannya sebelumnya. Dealer tersebut, mengenali ketulusan dan kecintaan mereka pada desain itu, menawarkan harga yang lebih masuk akal, yang akhirnya mereka setujui.

Sementara itu, Kendall-Humes, yang juga kembali ke toko dengan tujuan yang sama, terlibat dalam negosiasi yang lebih besar dan lebih keras untuk karpet yang lebih besar dan lebih mencolok, yang jauh melampaui apa yang sebenarnya mereka butuhkan atau sesuai dengan estetika mereka. Dalam prosesnya, mereka menarik banyak perhatian, tidak selalu dengan cara yang positif, mencerminkan perbedaan mendalam dalam nilai dan pendekatan antara dua pasangan.

Ketika Christopher dan Margaret akhirnya berhasil membeli karpet impian mereka, mereka merasa lega dan puas karena telah memilih sesuatu yang benar-benar mereka hargai, bukan hanya sebagai pembelian tetapi sebagai kenang-kenangan dari pengalaman budaya mereka. Mereka meninggalkan Turki dengan karpet yang indah dan kenangan akan petualangan yang kaya, meskipun kadang terganggu oleh kehadiran yang kurang diinginkan dari Kendall-Humes.

Pulang ke Inggris, mereka menghadapi tantangan baru saat melewati bea cukai, di mana mereka harus menjelaskan nilai dari karpet yang mereka bawa. Di sinilah kejujuran dan integritas mereka diuji, dan meskipun ada sedikit kebingungan dan kesalahpahaman, mereka berhasil melewati tanpa masalah besar, berkat persiapan dan dokumen yang tepat.

Cerita ini berakhir dengan perasaan bittersweet. Meskipun liburan mereka terganggu oleh interaksi yang tidak menyenangkan, pengalaman memperkaya yang mereka dapatkan dari Turki dan kepuasan membawa pulang sebuah barang yang memiliki nilai artistik dan budaya yang signifikan memberi mereka kebahagiaan yang lebih dari cukup. Ini menegaskan bahwa, dalam perjalanan dan hidup, seringkali apa yang kita bawa pulang lebih dari sekadar benda fisik; itu adalah pengetahuan, pengalaman, dan kenangan yang tahan lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun