Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sinopsis Cerita Pendek "The First Miracle" Karya Jeffrey Archer (11)

2 Juli 2024   08:45 Diperbarui: 2 Juli 2024   08:46 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerita pendek "The First Miracle". (Created by Bing Image Creator)

Dengan berat hati, Pontius menghadapi interogasi dari ayahnya yang ketat dan tak kenal ampun, di mana ia harus menjelaskan setiap detail dari perjalanannya. Meski takut akan hukuman yang akan diterimanya, Pontius memberikan rela dan cerita penuhnya dengan jujur, mencoba meyakinkan ayahnya tentang pentingnya pengalamannya.

Pengungkapan dan Penerimaan

Situasi menjadi tegang ketika Pontius menjelaskan pertemuannya dengan wanita misterius dan tiga pria asing di hadapan ayahnya. Meskipun dengan hati yang berdebar, ia menceritakan dengan detail bagaimana ia memberikan makanan kepada wanita tersebut, serta pertemuannya dengan para pria yang mencari Raja di antara Raja. 

Ayahnya, seorang gubernur yang ketat dan taat aturan, awalnya meragukan cerita anaknya dan menganggapnya sebagai imajinasi semata atau upaya untuk menghindari hukuman.

Namun, ketika Pontius menunjukkan bahwa ia masih menyimpan satu denarius yang ia hemat, sesuatu yang tidak biasa terjadi. Ayahnya yang biasanya tidak mudah percaya, mulai melunak ketika melihat bukti integritas dan kejujuran anaknya. 

Peristiwa ini menjadi titik balik dalam hubungan mereka; ayahnya mulai memahami bahwa mungkin ada kebenaran dalam kata-kata Pontius dan bahwa anaknya mungkin telah terlibat dalam suatu peristiwa yang lebih besar dari yang bisa ia mengerti.

Ibu Pontius, yang selama ini dengan sabar mendengarkan dan menahan air mata, merasa lega dan bangga melihat keberanian dan integritas yang ditunjukkan oleh putranya. 

Dalam kesendirian malam itu, ia mengobati luka Pontius yang tidak ada---tanda ajaib lain dari malam yang penuh keajaiban. Ia menyuruh Pontius untuk melupakan semua rasa sakit yang tidak terjadi, sebuah simbol dari perlindungan ilahi yang mungkin telah ia terima.

Cerita ini berakhir dengan Pontius yang tidur dengan perasaan damai, menyadari bahwa ia telah melakukan sesuatu yang benar dan mulia, sesuatu yang mungkin akan membawanya ke jalan yang baru dan tidak terduga. Dalam keheningan kamar tidurnya, ia memandang bintang terang di langit, merenungkan peran yang mungkin ia miliki dalam cerita yang lebih besar---cerita tentang keberanian, kebenaran, dan harapan.

Pengungkapan dan penerimaan ini mengakhiri cerita perjalanan Pontius, seorang bocah Romawi yang tumbuh dewasa dalam satu hari, dihadapkan dengan tantangan dan keajaiban yang mengubah pandangannya tentang dunia dan tempatnya di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun