Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Media Sosial, Katalis Baru untuk Praktik Hijau Generasi Z

29 Juni 2024   21:36 Diperbarui: 30 Juni 2024   00:07 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gen Z dalam praktik hijau. (Sumber: Freepik.com)

Menggali Potensi Media Sosial dalam Memperkuat Praktik Hijau Generasi Z

Di era digital saat ini, keberhasilan inisiatif keberlanjutan tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada peran aktif media sosial dalam membentuk perilaku konsumen, terutama di kalangan generasi Z. 

Sebuah penelitian terbaru oleh Mini Agrawal dan timnya berjudul "Evaluating the influence of government initiatives and social platforms on green practices of Gen Z: The mediating role of environmental awareness and consciousness," mengungkapkan bagaimana media sosial dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan praktik hijau di antara generasi Z, yang mencakup individu yang lahir antara tahun 1997 dan 2012. 

Menariknya, penelitian ini menggunakan metode Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) untuk menganalisis data yang dikumpulkan dari 354 responden generasi Z di India, memberikan gambaran mendalam tentang dinamika yang ada.

Hasil studi menunjukkan bahwa pengaruh platform sosial terhadap environmental awareness  dan environmental consciousness memiliki dampak positif yang signifikan terhadap praktik hijau. Dengan persentase yang cukup besar, sekitar 30.2% variasi dalam praktik hijau dapat dijelaskan melalui variabel seperti Environmental awareness (EA) dan Environmental consciousness (EC). 

Fakta ini menunjukkan potensi besar dari media sosial sebagai alat pendorong perubahan perilaku yang berkelanjutan.

Lebih lanjut, penelitian ini mengidentifikasi bahwa inisiatif pemerintah, yang ditandai sebagai Environmental Sustainability Government Initiatives (ESGI), tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik hijau. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun pemerintah telah berusaha mengembangkan kebijakan dan strategi untuk perlindungan lingkungan, dampaknya terhadap perilaku konsumen generasi Z tidak seefektif yang diharapkan. Ini menimbulkan pertanyaan kritis tentang keefektifan dan relevansi strategi pemerintah saat ini dalam konteks keberlanjutan.

Dari perspektif pendidikan, temuan ini menyarankan perlunya integrasi pendidikan lingkungan yang lebih mendalam dalam kurikulum, tidak hanya di tingkat sekolah tetapi juga melalui platform online yang sering diakses oleh generasi Z. 

Media sosial, dengan jangkauan luas dan kemampuan interaktifnya, dapat menjadi medium yang sangat efektif untuk pendidikan lingkungan. Ini juga menyoroti pentingnya memahami cara generasi Z menyerap dan bereaksi terhadap informasi, yang cenderung sangat dipengaruhi oleh konten digital dan interaksi peer-to-peer.

Selain itu, dengan memperhatikan bahwa studi ini dilakukan di India, konteks geografis dan sosial-kultural juga memainkan peran penting dalam interpretasi dan aplikasi hasilnya secara global. Oleh karena itu, pendekatan yang disesuaikan secara regional mungkin diperlukan untuk memaksimalkan efektivitas kampanye keberlanjutan yang ditujukan untuk generasi Z di berbagai negara.

Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan pentingnya adaptasi dan inovasi dalam strategi komunikasi lingkungan, menuntut peran aktif dari semua pihak, baik pemerintah, sektor swasta, maupun individu, dalam mempromosikan praktik hijau di antara generasi muda yang akan menentukan masa depan planet ini.

Strategi Baru Memanfaatkan Media Sosial untuk Edukasi Lingkungan yang Efektif

Mengingat dampak signifikan dari media sosial dalam meningkatkan kesadaran dan kesadaran lingkungan di kalangan generasi Z, terdapat peluang besar untuk memformulasikan strategi baru dalam edukasi lingkungan yang lebih menarik dan relevan bagi kaum muda. 

Studi oleh Mini Agrawal dan tim menunjukkan bahwa meskipun inisiatif pemerintah memiliki niat baik, efeknya terhadap praktik hijau kurang dirasakan oleh generasi Z. 

Sebaliknya, media sosial, dengan pengaruhnya yang luas dan interaksi yang cepat, berhasil menunjukkan pengaruh positif yang kuat dalam membentuk perilaku hijau.

Dalam konteks ini, penting untuk menyadari bahwa pendekatan tradisional dalam kampanye keberlanjutan mungkin tidak sepenuhnya efektif. Sebagai alternatif, penggunaan platform digital dan media sosial dapat menjadi kunci dalam menarik perhatian dan meningkatkan partisipasi aktif generasi Z. 

Platform-platform ini tidak hanya menawarkan cara untuk menyebarkan informasi tetapi juga memungkinkan interaksi dua arah yang dapat memotivasi kaum muda untuk lebihke terlibat dalam isu-isu lingkungan secara praktis.

Sejalan dengan temuan bahwa kesadaran dan kesadaran lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktik hijau, kampanye di media sosial perlu dirancang untuk tidak hanya informatif tetapi juga memikat dan mendorong partisipasi. 

Contohnya, kampanye yang menggunakan gamifikasi untuk menanamkan praktik hijau atau tantangan sosial media yang mendorong pengguna untuk memposting aksi-aksi lingkungan mereka sehari-hari. 

Pendekatan ini tidak hanya menambah kesenangan dalam belajar tentang keberlanjutan tetapi juga memperkuat perilaku positif melalui pengakuan dan dukungan komunitas.

Selain itu, pendidikan formal di sekolah dan universitas juga harus menyertakan modul yang fokus pada pemanfaatan teknologi dan media sosial untuk advokasi lingkungan. 

Hal ini dapat meliputi proyek-proyek kelas yang memanfaatkan media sosial untuk kampanye keberlanjutan atau kerjasama dengan influencer yang memiliki minat dalam isu lingkungan untuk membawa dampak yang lebih luas.

Penting juga untuk mencatat bahwa generasi Z sangat beragam. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan harus inklusif dan mampu menyentuh berbagai subkelompok dalam generasi ini. 

Dengan memanfaatkan data analitik dari media sosial, kampanye dapat disesuaikan untuk menargetkan preferensi dan kebutuhan spesifik, meningkatkan relevansi dan efektivitas pesan.

Terakhir, hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan mungkin lebih responsif terhadap program-program pemerintah yang terkait dengan praktik hijau. 

Ini menawarkan peluang untuk menyegmentasikan strategi komunikasi berdasarkan gender untuk meningkatkan efektivitas intervensi lingkungan. 

Dengan demikian, pemahaman yang lebih baik tentang dinamika gender dalam konteks ini dapat membantu dalam merancang inisiatif yang lebih empatik dan menyeluruh.

Dengan mengeksplorasi dan mengimplementasikan strategi-strategi baru ini, kita dapat memaksimalkan potensi media sosial sebagai alat edukatif yang kuat, membuka jalan bagi generasi Z untuk menjadi pelopor dalam adopsi praktik hijau yang akan membentuk masa depan berkelanjutan. 

Keterlibatan aktif generasi ini dalam keberlanjutan tidak hanya penting untuk masa depan mereka, tetapi juga untuk keberlangsungan planet kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun