Setiap desain harus dijalankan dengan pemahaman yang mendalam tentang aspek-aspek budaya yang ingin kita pertahankan, sekaligus berinovasi untuk menjawab kebutuhan hidup modern.
Dengan cara ini, arsitektur tidak hanya berfungsi sebagai tempat berteduh, tapi juga sebagai wadah yang menceritakan kisah dan menyimpan memori kolektif masyarakat. Kita perlu arsitektur yang bisa berbicara tentang masa lalu, sementara tetap relevan dengan kebutuhan masa kini dan masa depan.
Tantangan dan Peluang dalam Integrasi
Menggabungkan arsitektur tradisional Indonesia dengan tren hunian modern bukan hanya tentang estetika, tapi juga tentang menciptakan fungsi yang sesuai dengan kebutuhan kontemporer. Tantangan yang dihadapi dalam proses integrasi ini sering kali berkaitan dengan ketahanan material, ketepatan teknologi, dan keberlanjutan lingkungan, yang semua itu harus diatasi dengan pendekatan yang inovatif dan berkelanjutan.
Salah satu area di mana integrasi ini bisa sangat bermakna adalah dalam penggunaan teknologi ramah lingkungan yang dapat diterapkan pada konstruksi atau renovasi rumah tradisional.
 Misalnya, pemanfaatan sistem panel surya yang terintegrasi dengan atap rumah Gadang atau Tongkonan bisa menjadi cara untuk memodernisasi rumah tersebut sambil tetap mempertahankan bentuk arsitekturalnya yang unik.Â
Selain itu, sistem pengelolaan air yang efisien bisa diadopsi dari teknologi modern dan diintegrasikan dengan cara yang serasi dengan estetika tradisional, seperti penggunaan kolam atau saluran air terbuka yang telah ada dalam desain tradisional.
Dari segi material, kita dapat melihat ke masa depan dengan menggabungkan material tradisional dengan material baru yang berkelanjutan. Bambu, misalnya, adalah material yang sangat serbaguna dan berkelanjutan yang sudah lama digunakan dalam arsitektur Indonesia.Â
Dengan teknologi baru, bambu dapat diolah menjadi material yang lebih tahan lama dan serbaguna, mungkin bahkan bisa menggantikan penggunaan beton atau baja pada beberapa aspek konstruksi.