Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sinopsis Cerita Pendek "The Luncheon" Karya Jeffrey Archer (7)

28 Juni 2024   07:30 Diperbarui: 28 Juni 2024   08:23 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemuan Tak Terduga

Cerita ini dimulai dengan pertemuan yang tidak terduga antara narator dan seorang wanita di pesta koktail Literary Guild di Hotel St. Regis, New York. Wanita itu, yang dijuluki "the white queen" karena penampilannya yang elegan dengan gaun koktail panjang putih dan rambut pirang yang terikat rapi, tampaknya mengenali narator, tetapi narator tidak dapat mengingat siapa dia. Ini memaksa narator untuk menggunakan taktik pertanyaan yang cerdik untuk mengungkap identitas wanita tersebut tanpa terlihat tidak sopan.

Dialog awal menunjukkan kebingungan narator karena wanita tersebut menggunakan keterampilan sosialnya yang mahir untuk menyapa dan berbicara seolah-olah mereka adalah teman lama. Narator menyadari bahwa wanita itu tahu nama istrinya, yang menambah kebingungan tentang hubungan mereka sebelumnya. Selama percakapan, wanita itu bertanya tentang perjalanan narator ke London, yang memicu kenangan narator tentang pertemuan mereka yang sebenarnya, yang terjadi beberapa waktu lalu setelah wanita tersebut memuji novel yang baru saja diterbitkan oleh narator.

Kenangan itu membawa narator kembali ke masa ketika wanita tersebut, yang belakangan diketahui bernama Susan, pertama kali menghubungi narator untuk memuji karyanya dan menyarankan pertemuan saat dia berada di London. Narator, yang merasa terhormat dan sedikit terintimidasi oleh reputasi dan status sosial Susan, dengan bersemangat menyetujui pertemuan tersebut, yang akhirnya diatur di salah satu restoran paling eksklusif di London. Narator mempersiapkan diri dengan penuh harap, tidak menyadari bahwa pertemuan ini akan berubah menjadi pengalaman yang menghabiskan biaya yang tidak terduga dan membawanya ke situasi keuangan yang sulit.

Makan Siang yang Mahal

Di restoran eksklusif di London, narator merasakan tekanan ketika dia menyadari bahwa dia bertanggung jawab untuk membayar makan siang yang akan sangat mahal. Dengan hanya 37,63 di rekening banknya, narator menghadapi dilema finansial saat menu disajikan tanpa harga di menu tamu, meninggalkan dia dalam kegelapan tentang biaya makanan. Susan, dengan santainya memilih hidangan yang 'ringan' yang ternyata mahal, termasuk salmon asap dan dua potong domba yang lembut, serta salad sampingan.

Sementara Susan terlibat dalam obrolan ringan, menjatuhkan nama-nama besar dari Hollywood dan mendiskusikan gosip terkini, narator berjuang dengan kenyataan pahit bahwa dia mungkin tidak mampu membayar tagihan makan siang. Ia berusaha mengalihkan perhatian dari kecemasannya dengan memilih hidangan yang paling murah untuk dirinya sendiri, meskipun hatinya tidak tenang.


Ketegangan meningkat ketika Susan meminta setengah botol anggur putih yang kering, dan kemudian anggur merah, menambah beban keuangan yang sudah berat bagi narator. Seluruh situasi makan siang menjadi sebuah latihan dalam ketidaknyamanan dan kecemasan bagi narator, yang terus berusaha mempertahankan fasad kesantunan dan kemurahan hati, sementara secara internal dia menghitung biaya dan berusaha mencari cara untuk mengatasi kemungkinan kekurangan finansial.

Drama di restoran mencapai puncaknya ketika tagihan akhirnya tiba, dan narator menemukan bahwa biaya makan siang hampir menguras semua uangnya, menyisakan hanya beberapa sen. Dia membayar dengan uang tunai yang ia miliki, meninggalkan restoran dengan perasaan malu dan terhina, sambil merenungkan ironi situasi tersebut dan bagaimana pertemuan yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi mimpi buruk keuangan.

Kenyataan yang Menyakitkan

Setelah makan siang yang menegangkan dan mahal, narator mengikuti Susan ke luar restoran, di mana sebuah Rolls-Royce menunggu untuk menjemputnya. Di sinilah narator menerima kejutan terakhir: Susan mengungkapkan bahwa dia telah bercerai dengan suaminya, seorang produser film terkenal, dan kini telah menikah lagi. Lebih mengejutkan lagi, suami barunya adalah pemilik restoran tempat mereka baru saja makan siang, sebuah fakta yang meninggalkan narator dalam keadaan lebih terkejut dan ironis, mengingat kesulitan keuangan yang baru saja dia alami.

Di momen penuh ironi ini, narator menyadari bahwa kejadian selama makan siang tidak hanya menguji batas keuangan dan sosialnya, tetapi juga memberinya pelajaran penting tentang asumsi dan realitas hubungan sosial. Narator menemukan dirinya terjebak dalam permainan sosial yang tidak dia mengerti sepenuhnya, dan keberhasilan Susan dalam menjaga wajah sosialnya hanya menambah beban pada narator yang sudah penuh kecemasan.

Cerita berakhir dengan narator kembali ke pesta koktail, di mana dia terus merenungkan pertemuannya dengan Susan dan bagaimana peristiwa tersebut telah meninggalkan kesan yang mendalam dan pelajaran yang pahit tentang dinamika kekuasaan dan status dalam masyarakat. Narator, meskipun merasa dilecehkan dan dimanfaatkan secara finansial, akhirnya mengakui bahwa pengalaman tersebut telah memberinya wawasan yang lebih dalam tentang realitas hubungan sosial dan kebutuhan untuk lebih berhati-hati dalam menilai orang dan situasi berdasarkan penampilan semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun