Kejadian krusial terjadi ketika Sir Matthew, dalam sebuah gerakan dramatis, menjatuhkan cangkir kopi untuk menguji reaksi Mary terhadap suara tiba-tiba. Mary tidak bereaksi seolah-olah ia benar-benar buta, tetapi kemudian terungkap bahwa ia sebenarnya dapat melihat, sebuah fakta yang dia sembunyikan untuk memperkuat pembelaannya. Pengungkapan ini mengejutkan semua yang hadir, termasuk tim pembelaannya sendiri.
Dengan bukti baru ini, Sir Matthew dan timnya terpaksa mengubah strategi. Mereka bergerak untuk menegosiasikan pembelaan terhadap tuduhan yang lebih ringan, dengan mengakui beberapa tingkat kesalahan sambil tetap menekankan kondisi kekerasan yang telah dialami Mary. Negosiasi dengan penuntutan mengarah pada kesepakatan yang memungkinkan Mary untuk menghindari hukuman yang lebih berat dengan mengaku bersalah terhadap tuduhan yang lebih rendah.
Sidang berakhir dengan keputusan yang mencerminkan kompleksitas moral dan hukum dari kasus tersebut. Mary dijatuhi hukuman yang lebih ringan berkat pengakuan kesalahannya dan pengaruh Sir Matthew yang kuat di pengadilan. Namun, kasus ini meninggalkan banyak pertanyaan tentang batas-batas keadilan, kebenaran, dan penebusan.
Sir Matthew, meskipun berhasil dalam mengurangi hukuman untuk Mary, merenungkan dampak pribadi dari kasus ini terhadap keyakinan dan nilai-nilainya sebagai pengacara. Ia terpaksa menghadapi realitas bahwa terkadang, keadilan yang dicari melalui sistem hukum mungkin tidak selalu membawa kebenaran yang sepenuhnya murni atau kepuasan moral.
Kasus Mary Banks, dengan semua kekacauan dan kepahitannya, bertindak sebagai cerminan dari dilema yang sering dihadapi oleh mereka yang berada di garis depan sistem keadilan pidana, menantang mereka untuk terus mencari kebenaran dalam kesulitan dan kerumitan yang tak terelakkan dari kehidupan manusia.