Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sinopsis Cerita Pendek "Gideon"

21 Juni 2024   06:39 Diperbarui: 21 Juni 2024   07:24 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerita pendek "Gideon". (Created by Bing Image Creator)

Karya Wells Hastings (1878- )

Awal Petualangan

Kisah ini dimulai dengan memperkenalkan Gideon, seorang pelawak vaudeville yang berbakat dengan daya tarik luar biasa terhadap penontonnya. Di bawah bimbingan manajernya, Felix Stuhk, Gideon bertransformasi menjadi bintang panggung nasional dalam waktu enam bulan. Stuhk, yang percaya diri dengan kemampuannya dalam menemukan dan mengelola talenta, merasa bangga karena berhasil membuat Gideon sebagai karakter yang dikenal luas.

Sebagai seorang seniman instingtif, Gideon memiliki kemampuan luar biasa untuk menghidupkan panggung dengan cerita dan tarian yang menghibur, membuat penonton tak pernah bosan dengan penampilannya. Namun, keberhasilan dan ketenaran tidak selalu membawa kebahagiaan. Di balik sorot lampu panggung, Gideon mulai merasa ada yang kurang dalam hidupnya, meski secara fisik ia sehat.

Suatu hari, Stuhk mencium adanya perubahan pada Gideon. Kekhawatiran ini diperkuat ketika Gideon mengaku merasa tidak "extra pert" atau kurang bersemangat, yang ia sebut sebagai "misery," sebuah kondisi tidak nyaman yang ia alami. Meskipun telah mencapai kekayaan dan mendapatkan pujian lebih dari yang diharapkan, Gideon merasa kesepian dan jenuh. Hal ini mendorongnya untuk mencari sesuatu yang lebih sederhana dan mengingatkannya pada rumah: sebuah "pork-chop" yang diasosiasikannya dengan kepuasan sederhana.

Menyadari kebutuhannya akan perubahan, Stuhk mencoba menawarkan solusi cepat seperti sampanye, yang ditolak oleh Gideon yang memilih untuk pergi sendiri. Keputusan ini membawa Gideon pada perjalanan impulsif yang membawanya kembali ke akar dan kenangan masa lalunya. Meskipun memiliki segalanya, Gideon menyadari bahwa apa yang ia cari adalah kenyamanan jiwa yang hanya bisa diperoleh dari kembali ke asal-usulnya.

Ketika ia berjalan menyusuri jalanan yang diterangi lampu, melihat namanya terpampang di teater, Gideon merasa semakin terasing dari kehidupan barunya. Keinginan untuk kembali ke Florida, tempat ia tumbuh, semakin kuat setelah melihat gambar sungai Indian River, tempat yang sangat ia kenal. Keputusan untuk kembali ke Florida menjadi semakin mendesak saat ia menyadari bahwa ia merindukan kesederhanaan dan kedamaian yang dulu ia nikmati.

Gideon, yang sebelumnya hidup dalam kecemerlangan dan kegembiraan, kini berusaha menemukan kedamaian dengan mengunjungi tempat-tempat yang membangkitkan kenangan indah dari masa kecilnya. Namun, saat melangkah lebih jauh ke dalam perjalanan ini, Gideon tidak hanya mencari kedamaian, tetapi juga keaslian dirinya yang hilang di tengah gemerlap dunia hiburan.

Kembali ke Akar

Perjalanan Gideon ke Florida tidak hanya menjadi pelarian dari kehidupan panggung yang melelahkan, tetapi juga penjelajahan mendalam atas identitas dan asal-usulnya. Dengan semangat yang dibangkitkan oleh nostalgia, ia berlayar di sepanjang sungai Indian River, menikmati keindahan alam dan ketenangan yang telah lama ia rindukan. Setiap elemen alam di sekitarnya membangkitkan kenangan masa kecil yang damai, sekaligus mengingatkan Gideon pada kebahagiaan yang tidak pernah ia temukan dalam sorot lampu panggung atau tepuk tangan penonton.

Namun, kisah Gideon mengambil arah yang tidak terduga ketika ia bertemu dengan Vashti, seorang gadis desa yang tidak terkesan dengan ketenarannya. Interaksi mereka yang spontan dan penuh warna membawa dimensi baru dalam hidup Gideon, mengajarkannya tentang keintiman dan kehangatan manusia yang nyata, berbeda dari hubungan permukaan yang ia alami dengan penggemar dan pengagumnya. Vashti, dengan kepolosan dan keasliannya, menjadi simbol dari apa yang selama ini hilang dalam kehidupan Gideon: keautentikan dan koneksi manusia yang mendalam.

Momen kritis terjadi ketika Gideon, dalam usaha untuk mempertahankan Vashti, berlari mengejarnya melalui hutan, mengatasi semak dan rintangan. Aksi ini tidak hanya secara fisik menegaskan keinginannya untuk kembali ke akarnya, tetapi juga secara simbolis menunjukkan keinginannya untuk menangkap kembali kebahagiaan yang telah lama hilang. Penangkapan Vashti, walaupun awalnya penuh konflik, akhirnya membawa mereka ke sebuah pemahaman dan penerimaan bersama.

Kisah ini berakhir dengan Gideon dan Vashti yang berlayar bersama kembali ke kampung halaman Gideon, di mana ia merasa telah menemukan kebebasan dan kebahagiaan sejati. Vashti, sekarang menjadi bagian dari hidupnya, melambangkan harapan baru dan awal baru. Perjalanan Gideon yang dimulai dari panggung vaudeville berakhir di tepi sungai tempat ia tumbuh, menemukan kedamaian dalam kesederhanaan dan kepuasan dalam asal-usulnya sendiri.

Dalam rangkaian peristiwa yang penuh warna dan emosional ini, Gideon belajar bahwa apa yang paling berharga sering kali bukan yang bersinar paling terang, melainkan yang paling dikenal dan dicintai. Cerita pendek ini tidak hanya berkisah tentang hiburan dan kesepian yang ditimbulkannya, tetapi juga tentang pencarian diri dan kebahagiaan yang autentik, sebuah pesan universal yang menyentuh siapa saja yang pernah merindukan 'rumah' dalam arti yang paling dalam.

Catatan:

Vaudeville adalah bentuk hiburan panggung yang populer terutama di Amerika Utara dari akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20. Pertunjukan vaudeville biasanya terdiri dari serangkaian berbagai atraksi seperti penyanyi, penari, komedian, pesulap, akrobat, dan akting dramatis. Setiap pertunjukan mungkin berisi antara delapan hingga dua belas aksi yang berbeda, dengan setiap penampil atau kelompok memberikan segmen yang relatif singkat.

Ciri khas vaudeville adalah keragamannya; format ini dirancang untuk menarik berbagai selera penonton dengan menampilkan berbagai jenis pertunjukan dalam satu acara. Ini berbeda dengan burlesque atau minstrel shows, yang mungkin lebih fokus pada humor atau tema tertentu. Vaudeville dikenal karena memberikan hiburan yang terjangkau dan dapat diakses oleh kelas menengah dan keluarga, berperan penting dalam pengembangan hiburan modern di Amerika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun