Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Telemedicine dan Masa Depan Layanan Kesehatan di Indonesia

19 Juni 2024   06:35 Diperbarui: 21 Juni 2024   07:15 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Databoks.katadata.co.id

Penggunaan Aplikasi Telemedicine

Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, aplikasi telemedicine menjadi salah satu solusi inovatif dalam dunia kesehatan di Indonesia. Terdorong oleh pandemi COVID-19, penggunaan telemedicine mengalami lonjakan signifikan sebagai alternatif layanan kesehatan yang aman dan efisien. 

Menurut survei Katadata Insight Center, sebanyak 44,1% responden mengadopsi telemedicine untuk pertama kalinya dalam enam bulan terakhir, dengan aplikasi seperti Halodoc dan Alodokter menjadi yang paling dominan (Katadata.co.id, 07/04/2022).

Aplikasi seperti Halodoc dan Alodokter telah mencatatkan peningkatan jumlah pengguna secara signifikan. Halodoc, misalnya, digunakan oleh 46,5% responden survei KIC sebagai aplikasi telemedicine pilihan utama, disusul oleh layanan yang disediakan rumah sakit atau klinik dengan 41,8% (Databoks.katadata.co.id, 07/04/2022). 

Aplikasi ini menawarkan berbagai layanan seperti konsultasi kesehatan, pembelian obat, dan informasi kesehatan yang mudah diakses dari rumah, mengurangi kebutuhan untuk kunjungan fisik ke fasilitas kesehatan yang mungkin menimbulkan risiko penularan penyakit.

Sumber: Databoks.katadata.co.id
Sumber: Databoks.katadata.co.id
Pemanfaatan telemedicine tidak hanya terbatas pada kota besar tetapi juga mulai merambah ke wilayah dengan akses pelayanan kesehatan yang terbatas. 

Data menunjukkan bahwa rasio dokter di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, dengan jumlah dokter yang tidak merata antar wilayah (Balaibaturaja.litbang.kemkes.go.id). 

Telemedicine menawarkan solusi untuk mengatasi ketimpangan ini, memberikan akses ke layanan kesehatan yang lebih luas, terutama di daerah yang dokternya sangat terbatas.

Sumber: Databoks.katadata.co.id
Sumber: Databoks.katadata.co.id

Meski berpotensi besar, adopsi telemedicine di Indonesia menghadapi beberapa hambatan. Menurut BPS, sebanyak 95,11% penduduk Indonesia belum pernah menggunakan layanan kesehatan telemedis, dengan alasan utama adalah preferensi untuk layanan kesehatan secara langsung dan kurangnya kesadaran tentang telemedicine (Databoks.katadata.co.id, 12/09/2023). 

Penetrasi internet yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia juga menjadi kendala, khususnya di daerah terpencil yang masih mengalami masalah konektivitas (Katadata.co.id, 19/11/2020; Digitalsociety.id, 13/01/2021).

Strategi Pengembangan Telemedicine

Pengembangan telemedicine di Indonesia memerlukan strategi yang komprehensif untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada. Inisiatif pemerintah dan swasta harus ditingkatkan, khususnya dalam hal infrastruktur digital dan literasi digital. 

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), lebih dari separuh jumlah dokter di Indonesia berada di Pulau Jawa, sementara daerah lain seperti Papua Barat memiliki jumlah dokter yang sangat terbatas (Balaibaturaja.litbang.kemkes.go.id). 

Hal ini menunjukkan perlunya distribusi sumber daya kesehatan yang lebih merata yang bisa diperkuat melalui penggunaan telemedicine.

Sumber: Databoks.katadata.co.id
Sumber: Databoks.katadata.co.id

Dukungan pemerintah dapat diwujudkan dalam bentuk subsidi atau insentif untuk pengembangan infrastruktur internet di daerah terpencil. 

Hal ini penting karena keterbatasan akses internet menjadi salah satu penghambat utama penggunaan telemedicine, terutama di luar daerah metropolis (Digitalsociety.id, 13/01/2021). 

Pemerintah juga bisa berperan dalam regulasi dan kebijakan yang mendukung privasi dan keamanan data pengguna, yang merupakan faktor penting dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan ini.

Selain itu, inovasi lokal perlu ditingkatkan untuk mengadaptasi teknologi telemedicine dengan kebutuhan spesifik masyarakat Indonesia. Misalnya, aplikasi yang menyediakan informasi kesehatan dan konsultasi dalam berbagai bahasa daerah, serta fitur yang ramah bagi pengguna dengan keterbatasan teknologi. 

Menurut survei dari Populix, aplikasi telemedicine yang paling favorit untuk konsultasi masalah kesehatan mental adalah Halodoc, yang menunjukkan bahwa inovasi dalam spesialisasi layanan juga penting (Databoks.katadata.co.id, 19/01/2023).

image-2024-06-19-062209559-667216a134777c358141e3f2.png
image-2024-06-19-062209559-667216a134777c358141e3f2.png
Sumber: Populix, 2022

Penerapan model hybrid antara telemedicine dan pelayanan kesehatan konvensional juga dapat menjadi solusi. Model ini memungkinkan integrasi antara konsultasi online dan kunjungan fisik ke fasilitas kesehatan ketika diperlukan, sehingga mampu mengatasi kekurangan dari kedua model pelayanan tersebut secara independen.

Upaya untuk meningkatkan penetrasi penggunaan telemedicine harus diiringi dengan edukasi masyarakat mengenai manfaat dan keamanan penggunaan teknologi ini. Menurut APJII, penetrasi internet di Indonesia masih belum optimal, dengan sebagian besar akses terkonsentrasi di Pulau Jawa (Katadata.co.id, 19/11/2020). 

Program edukasi yang menyasar daerah dengan penetrasi internet rendah akan sangat membantu dalam meningkatkan kesadaran dan pemanfaatan telemedicine.

Sumber: APJII
Sumber: APJII

Telemedicine memiliki potensi besar untuk mendemokratisasi akses kesehatan di Indonesia, tetapi realisasinya memerlukan kerja sama dan koordinasi antar berbagai pemangku kepentingan. 

Jadi, dengan mengatasi tantangan infrastruktur, privasi, dan kesadaran masyarakat, telemedicine dapat menjadi alat penting dalam mewujudkan visi layanan kesehatan yang inklusif dan merata di seluruh negeri.

Dampak Sosial dan Ekonomi Telemedicine

Telemedicine telah membawa perubahan signifikan dalam cara masyarakat Indonesia mengakses layanan kesehatan. Dengan memanfaatkan teknologi ini, masyarakat di daerah terpencil yang sebelumnya kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan karena terbatasnya jumlah fasilitas dan tenaga medis kini dapat mengakses konsultasi kesehatan secara online. 

Menurut data Ikatan Dokter Indonesia, lebih dari 20.000 dokter umum dan beberapa ribu dokter spesialis telah tergabung dalam berbagai platform telemedicine di Indonesia, yang membantu peningkatan akses ke layanan kesehatan (Katadata.co.id, 19/11/2020).

Selain itu, telemedicine telah membantu mengurangi stigma terhadap penyakit tertentu, seperti gangguan kesehatan mental. 

Platform seperti Halodoc dan Alodokter menawarkan ruang aman bagi individu untuk berkonsultasi tentang masalah kesehatan mental tanpa harus khawatir tentang stigmatisasi (Databoks.katadata.co.id, 19/01/2023). 

Ini merupakan langkah besar dalam mendorong lebih banyak orang untuk mencari bantuan yang mereka perlukan tanpa takut diskriminasi.

Sumber: Katadata.co.id
Sumber: Katadata.co.id

Dari sudut pandang ekonomi, telemedicine telah membuka peluang baru bagi praktik medis dan peningkatan efisiensi ekonomi dalam sistem kesehatan. 

Penerapan telemedicine bisa mengurangi biaya operasional fasilitas kesehatan dan mengoptimalkan waktu tenaga medis yang bisa digunakan untuk menangani lebih banyak pasien (Ejournal.undip.ac.id, Vol 11, No 2, 2023). 

Maka dengan biaya yang lebih rendah, telemedicine juga menawarkan layanan yang lebih terjangkau bagi masyarakat, terutama bagi yang berpendapatan rendah.

Selanjutnya, pertumbuhan industri telemedicine berpotensi besar dalam menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang ekonomi digital di Indonesia. 

Prediksi pertumbuhan pasar telemedicine di Asia Pasifik yang diperkirakan mencapai $22,45 miliar pada tahun 2024, Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam inovasi layanan kesehatan digital di kawasan (Digitalsociety.id, 13/01/2021).

Mengingat manfaat dan potensi yang ditawarkan, masa depan telemedicine di Indonesia tampak cerah. Namun, agar berhasil, diperlukan regulasi yang jelas dan kuat untuk mengatur praktik telemedicine, memastikan kualitas layanan, dan melindungi data pribadi pasien. 

Keterlibatan aktif pemerintah dalam memberikan dukungan regulasi dan kebijakan akan krusial dalam menjamin kesuksesan jangka panjang telemedicine di Indonesia.

***

Telemedicine telah menunjukkan potensinya dalam merombak cara layanan kesehatan disediakan di Indonesia, dengan membawa akses yang lebih baik, efisiensi biaya, dan inklusi sosial. 

Ke depan, dengan investasi yang tepat dalam teknologi, infrastruktur, dan pendidikan, telemedicine bisa menjadi komponen utama dalam sistem kesehatan nasional Indonesia yang berkelanjutan dan inklusif.

Telemedicine tidak hanya menjadi alat untuk saat ini tetapi juga solusi jangka panjang untuk kesehatan publik yang lebih baik di seluruh negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun