Upaya untuk meningkatkan penetrasi penggunaan telemedicine harus diiringi dengan edukasi masyarakat mengenai manfaat dan keamanan penggunaan teknologi ini. Menurut APJII, penetrasi internet di Indonesia masih belum optimal, dengan sebagian besar akses terkonsentrasi di Pulau Jawa (Katadata.co.id, 19/11/2020).Â
Program edukasi yang menyasar daerah dengan penetrasi internet rendah akan sangat membantu dalam meningkatkan kesadaran dan pemanfaatan telemedicine.
Telemedicine memiliki potensi besar untuk mendemokratisasi akses kesehatan di Indonesia, tetapi realisasinya memerlukan kerja sama dan koordinasi antar berbagai pemangku kepentingan.Â
Jadi, dengan mengatasi tantangan infrastruktur, privasi, dan kesadaran masyarakat, telemedicine dapat menjadi alat penting dalam mewujudkan visi layanan kesehatan yang inklusif dan merata di seluruh negeri.
Dampak Sosial dan Ekonomi Telemedicine
Telemedicine telah membawa perubahan signifikan dalam cara masyarakat Indonesia mengakses layanan kesehatan. Dengan memanfaatkan teknologi ini, masyarakat di daerah terpencil yang sebelumnya kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan karena terbatasnya jumlah fasilitas dan tenaga medis kini dapat mengakses konsultasi kesehatan secara online.Â
Menurut data Ikatan Dokter Indonesia, lebih dari 20.000 dokter umum dan beberapa ribu dokter spesialis telah tergabung dalam berbagai platform telemedicine di Indonesia, yang membantu peningkatan akses ke layanan kesehatan (Katadata.co.id, 19/11/2020).
Selain itu, telemedicine telah membantu mengurangi stigma terhadap penyakit tertentu, seperti gangguan kesehatan mental.Â
Platform seperti Halodoc dan Alodokter menawarkan ruang aman bagi individu untuk berkonsultasi tentang masalah kesehatan mental tanpa harus khawatir tentang stigmatisasi (Databoks.katadata.co.id, 19/01/2023).Â
Ini merupakan langkah besar dalam mendorong lebih banyak orang untuk mencari bantuan yang mereka perlukan tanpa takut diskriminasi.