Penggunaan Aplikasi Telemedicine
Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, aplikasi telemedicine menjadi salah satu solusi inovatif dalam dunia kesehatan di Indonesia. Terdorong oleh pandemi COVID-19, penggunaan telemedicine mengalami lonjakan signifikan sebagai alternatif layanan kesehatan yang aman dan efisien.Â
Menurut survei Katadata Insight Center, sebanyak 44,1% responden mengadopsi telemedicine untuk pertama kalinya dalam enam bulan terakhir, dengan aplikasi seperti Halodoc dan Alodokter menjadi yang paling dominan (Katadata.co.id, 07/04/2022).
Aplikasi seperti Halodoc dan Alodokter telah mencatatkan peningkatan jumlah pengguna secara signifikan. Halodoc, misalnya, digunakan oleh 46,5% responden survei KIC sebagai aplikasi telemedicine pilihan utama, disusul oleh layanan yang disediakan rumah sakit atau klinik dengan 41,8% (Databoks.katadata.co.id, 07/04/2022).Â
Aplikasi ini menawarkan berbagai layanan seperti konsultasi kesehatan, pembelian obat, dan informasi kesehatan yang mudah diakses dari rumah, mengurangi kebutuhan untuk kunjungan fisik ke fasilitas kesehatan yang mungkin menimbulkan risiko penularan penyakit.
Pemanfaatan telemedicine tidak hanya terbatas pada kota besar tetapi juga mulai merambah ke wilayah dengan akses pelayanan kesehatan yang terbatas.Â
Data menunjukkan bahwa rasio dokter di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, dengan jumlah dokter yang tidak merata antar wilayah (Balaibaturaja.litbang.kemkes.go.id).Â
Telemedicine menawarkan solusi untuk mengatasi ketimpangan ini, memberikan akses ke layanan kesehatan yang lebih luas, terutama di daerah yang dokternya sangat terbatas.
Meski berpotensi besar, adopsi telemedicine di Indonesia menghadapi beberapa hambatan. Menurut BPS, sebanyak 95,11% penduduk Indonesia belum pernah menggunakan layanan kesehatan telemedis, dengan alasan utama adalah preferensi untuk layanan kesehatan secara langsung dan kurangnya kesadaran tentang telemedicine (Databoks.katadata.co.id, 12/09/2023).Â
Penetrasi internet yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia juga menjadi kendala, khususnya di daerah terpencil yang masih mengalami masalah konektivitas (Katadata.co.id, 19/11/2020; Digitalsociety.id, 13/01/2021).