Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Memperkuat Fondasi Ekonomi Hijau di Indonesia: Peluang dan Tantangan Green Jobs

9 Juni 2024   12:26 Diperbarui: 9 Juni 2024   12:38 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BPotensi dan Realitas Lapangan Kerja Hijau di Indonesia

Di tengah perubahan iklim global yang semakin memburuk, konsep green jobs atau lapangan kerja hijau menjadi sangat relevan. Indonesia, sebagai negara kepulauan yang besar, memiliki potensi yang signifikan untuk mengembangkan green jobs, terutama dalam sektor energi terbarukan. 

Pada tahun 2019, lebih dari 65 juta orang bekerja di sektor energi global, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 139 juta pada tahun 2030 jika dunia bergerak menuju target iklim 1,5C. Dalam konteks Indonesia, ini berarti peningkatan signifikan dalam lapangan kerja yang berhubungan dengan efisiensi energi, kendaraan listrik, dan energi terbarukan seperti hidrogen dan solar.

Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah kekurangan dalam peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Data dari tahun 2022 menunjukkan belum adanya peningkatan yang signifikan dalam persiapan SDM Indonesia untuk mendukung transisi energi. Ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk strategi pemerintah yang lebih jelas dalam mempersiapkan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam transisi energi.

Direktur Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Mahatmi Parwitasari, menekankan pentingnya sebuah Peta Jalan Pengembangan Lapangan Kerja Hijau. Menurutnya, "Ekonomi hijau tidak hanya meningkatkan lapangan kerja hijau, tetapi juga merupakan komponen penting dalam transformasi ekonomi kita."

Kebijakan dan program yang mendukung peningkatan kapasitas dan keterampilan SDM harus diprioritaskan. Pendekatan umum dengan pemahaman dan tindakan lokal akan lebih efektif, mengingat kondisi ketenagakerjaan dan demografis yang beragam di Indonesia. Kebijakan harus fokus pada daerah geografis atau sektor spesifik yang terdampak oleh transisi energi, termasuk pengembangan keterampilan, kebijakan pasar tenaga kerja aktif, keselamatan dan kesehatan kerja, serta kebijakan perlindungan sosial.

Dengan strategi yang tepat, Indonesia tidak hanya bisa mengurangi emisi karbon, tetapi juga menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Namun, tanpa peningkatan signifikan dalam persiapan dan peningkatan kapasitas SDM, transisi ke ekonomi hijau bisa terhambat. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih terkoordinasi dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa Indonesia tidak tertinggal dalam tren global menuju pembangunan berkelanjutan dan pekerjaan hijau.

Meningkatkan Permintaan dan Kesiapan Talenta Hijau

Transformasi menuju ekonomi hijau di Indonesia membawa konsekuensi signifikan terhadap struktur pasar tenaga kerja. Dengan fokus pada pengurangan emisi karbon dan peningkatan efisiensi energi, permintaan terhadap talenta hijau, yang memiliki keahlian khusus dalam teknologi bersih dan praktek berkelanjutan, diperkirakan akan meningkat pesat. Posisi yang mendapatkan permintaan tinggi termasuk Ahli Teknik Terbarukan, Analis Data Energi, Spesialis Kebijakan Lingkungan, Manajer Proyek Energi, dan Teknisi Pemeliharaan.

Ilustrasi teknisi pemasangan panel surya, green jobs (Pexels/Los Muertos) 
Ilustrasi teknisi pemasangan panel surya, green jobs (Pexels/Los Muertos) 

Namun, Indonesia menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pasar ini karena kekurangan tenaga kerja yang terampil dalam bidang terkait. Sebuah studi oleh Asian Development Bank menunjukkan bahwa meskipun tidak ada kekurangan jumlah pekerja, mismatch keterampilan menjadi masalah utama. Pelatihan pasar yang responsif, sertifikasi kompetensi yang diakui, dan modul pembelajaran tepat waktu bisa menjadi solusi untuk menyediakan keterampilan yang diperlukan untuk pekerjaan hijau di sektor energi.

Sejalan dengan peningkatan permintaan akan talenta hijau, perlu ada strategi khusus untuk tidak hanya menarik tetapi juga mempertahankan talenta ini. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah melalui pelatihan dan pengembangan, kompensasi dan manfaat yang kompetitif, kebijakan kerja yang fleksibel, dan keterlibatan dalam proyek berdampak yang signifikan terhadap lingkungan. Ini tidak hanya akan menarik pekerja yang memiliki motivasi tinggi untuk berkontribusi terhadap tujuan berkelanjutan, tetapi juga membantu perusahaan dalam mempertahankan talenta terbaik.

Di sisi lain, transisi ke energi bersih juga berpotensi mengurangi kebutuhan untuk beberapa peran dalam sektor energi konvensional. Pekerja tambang batu bara, operator PLTU, dan teknisi instalasi fosil dapat mengalami penurunan kebutuhan karena pengurangan penggunaan sumber energi fosil. 

Oleh karena itu, penting untuk merancang program transisi dan pelatihan ulang bagi para pekerja ini untuk memastikan mereka tidak ditinggalkan dalam pergeseran ekonomi.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan permintaan dan kesiapan talenta hijau harus mencerminkan komitmen jangka panjang dari pemerintah dan sektor swasta. Melalui pendekatan holistik yang mengintegrasikan kebijakan pendidikan, pelatihan kejuruan, dan pengembangan kebijakan industri, Indonesia dapat memastikan bahwa tenaga kerjanya siap untuk memanfaatkan peluang dalam ekonomi hijau yang sedang berkembang ini.

Memanfaatkan Peluang Green Jobs untuk Pemulihan Ekonomi Berkelanjutan

Pandemi COVID-19, perubahan iklim dan resesi ekonomi dunia telah menyebabkan kemunduran besar di berbagai sektor ekonomi, mempercepat kebutuhan untuk transformasi ke arah ekonomi yang lebih berkelanjutan. Indonesia, menghadapi berbagai ancaman ini, sedang bersiap untuk upaya pemulihan ekonomi berkelanjutan. Hal ini tidak hanya bertujuan untuk pulih dari berbagai dampak global, tetapi juga untuk menyediakan fondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan.

Ilustrasi kota Jakarta pada masa PSBB (Pexels/Tom Fisk) 
Ilustrasi kota Jakarta pada masa PSBB (Pexels/Tom Fisk) 

Pemerintah telah mengidentifikasi beberapa sektor kunci untuk pemulihan ini, termasuk energi terbarukan, ekowisata, dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berwawasan Lingkungan. Dalam konteks perubahan iklim, Bappenas memperkirakan bahwa Indonesia bisa mengalami kerugian ekonomi sebesar Rp 115 triliun pada tahun 2024 jika tidak ada tindakan yang diambil untuk mitigasi dan adaptasi. Oleh karena itu, upaya pemulihan ekonomi berkelanjutan ini vital untuk stabilitas ekonomi jangka panjang negara.

Implementasi konsumsi dan produksi yang berkelanjutan dapat mendorong pembukaan banyak green jobs. Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), ekonomi hijau global diperkirakan bisa menciptakan 24 juta lapangan kerja baru di tahun 2030. Di Indonesia, penerapan ekonomi sirkular dan prinsip-prinsip berkelanjutan diperkirakan akan menciptakan 4,4 juta lapangan kerja baru di tahun yang sama.

Upaya untuk mendukung green jobs harus meliputi peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pekerjaan hijau dan penyediaan stimulus untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan. Hal ini termasuk dukungan bagi pelaku usaha untuk mengadopsi prinsip konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Peningkatan minat masyarakat terhadap produk dan jasa ramah lingkungan juga krusial, karena akan mendorong lebih banyak perusahaan untuk mengadopsi praktik-praktik hijau.

Lebih lanjut, pemerintah perlu mengintegrasikan kebijakan green jobs ke dalam rencana pembangunan nasional yang lebih luas, memastikan bahwa green jobs tidak hanya menciptakan pekerjaan tetapi juga pekerjaan yang layak dan berkelanjutan. Dalam hal ini, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan institusi pendidikan sangat penting untuk memastikan bahwa kebijakan dan program yang diimplementasikan efektif dan menyeluruh.

Melalui strategi yang terintegrasi dan fokus pada pembangunan berkelanjutan, Indonesia tidak hanya bisa memulihkan ekonominya dari berbagai dampak global, tetapi juga memposisikan diri sebagai pemimpin dalam ekonomi hijau di kawasan. Ini akan memberikan fondasi yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun