BPotensi dan Realitas Lapangan Kerja Hijau di Indonesia
Di tengah perubahan iklim global yang semakin memburuk, konsep green jobs atau lapangan kerja hijau menjadi sangat relevan. Indonesia, sebagai negara kepulauan yang besar, memiliki potensi yang signifikan untuk mengembangkan green jobs, terutama dalam sektor energi terbarukan.Â
Pada tahun 2019, lebih dari 65 juta orang bekerja di sektor energi global, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 139 juta pada tahun 2030 jika dunia bergerak menuju target iklim 1,5C. Dalam konteks Indonesia, ini berarti peningkatan signifikan dalam lapangan kerja yang berhubungan dengan efisiensi energi, kendaraan listrik, dan energi terbarukan seperti hidrogen dan solar.
Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah kekurangan dalam peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Data dari tahun 2022 menunjukkan belum adanya peningkatan yang signifikan dalam persiapan SDM Indonesia untuk mendukung transisi energi. Ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk strategi pemerintah yang lebih jelas dalam mempersiapkan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam transisi energi.
Direktur Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Mahatmi Parwitasari, menekankan pentingnya sebuah Peta Jalan Pengembangan Lapangan Kerja Hijau. Menurutnya, "Ekonomi hijau tidak hanya meningkatkan lapangan kerja hijau, tetapi juga merupakan komponen penting dalam transformasi ekonomi kita."
Kebijakan dan program yang mendukung peningkatan kapasitas dan keterampilan SDM harus diprioritaskan. Pendekatan umum dengan pemahaman dan tindakan lokal akan lebih efektif, mengingat kondisi ketenagakerjaan dan demografis yang beragam di Indonesia. Kebijakan harus fokus pada daerah geografis atau sektor spesifik yang terdampak oleh transisi energi, termasuk pengembangan keterampilan, kebijakan pasar tenaga kerja aktif, keselamatan dan kesehatan kerja, serta kebijakan perlindungan sosial.
Dengan strategi yang tepat, Indonesia tidak hanya bisa mengurangi emisi karbon, tetapi juga menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Namun, tanpa peningkatan signifikan dalam persiapan dan peningkatan kapasitas SDM, transisi ke ekonomi hijau bisa terhambat. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih terkoordinasi dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa Indonesia tidak tertinggal dalam tren global menuju pembangunan berkelanjutan dan pekerjaan hijau.
Meningkatkan Permintaan dan Kesiapan Talenta Hijau
Transformasi menuju ekonomi hijau di Indonesia membawa konsekuensi signifikan terhadap struktur pasar tenaga kerja. Dengan fokus pada pengurangan emisi karbon dan peningkatan efisiensi energi, permintaan terhadap talenta hijau, yang memiliki keahlian khusus dalam teknologi bersih dan praktek berkelanjutan, diperkirakan akan meningkat pesat. Posisi yang mendapatkan permintaan tinggi termasuk Ahli Teknik Terbarukan, Analis Data Energi, Spesialis Kebijakan Lingkungan, Manajer Proyek Energi, dan Teknisi Pemeliharaan.
Namun, Indonesia menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pasar ini karena kekurangan tenaga kerja yang terampil dalam bidang terkait. Sebuah studi oleh Asian Development Bank menunjukkan bahwa meskipun tidak ada kekurangan jumlah pekerja, mismatch keterampilan menjadi masalah utama. Pelatihan pasar yang responsif, sertifikasi kompetensi yang diakui, dan modul pembelajaran tepat waktu bisa menjadi solusi untuk menyediakan keterampilan yang diperlukan untuk pekerjaan hijau di sektor energi.
Sejalan dengan peningkatan permintaan akan talenta hijau, perlu ada strategi khusus untuk tidak hanya menarik tetapi juga mempertahankan talenta ini. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah melalui pelatihan dan pengembangan, kompensasi dan manfaat yang kompetitif, kebijakan kerja yang fleksibel, dan keterlibatan dalam proyek berdampak yang signifikan terhadap lingkungan. Ini tidak hanya akan menarik pekerja yang memiliki motivasi tinggi untuk berkontribusi terhadap tujuan berkelanjutan, tetapi juga membantu perusahaan dalam mempertahankan talenta terbaik.