Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengaruh Ibadah Haji terhadap Kesehatan Mental

6 Juni 2024   11:07 Diperbarui: 6 Juni 2024   12:38 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana wukuf di Arafah, Mekkah, Arab Saudi. (Sumber: KOMPAS/AGUS SUSANTO)

Ibadah haji, salah satu dari lima rukun Islam, tidak hanya merupakan perjalanan spiritual tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mental para jemaahnya. 

Dengan mengumpulkan jutaan umat Muslim dari seluruh dunia, haji menawarkan kesempatan unik untuk merenungkan, berdoa, dan mencari kedamaian spiritual yang dalam. 

Efek terapeutik dari haji, khususnya dalam konteks kesehatan mental, mulai mendapatkan perhatian yang serius dari kalangan akademis dan peneliti.

Penelitian yang dilakukan pada para jemaah haji menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam tingkat kecemasan, depresi, dan stres setelah menyelesaikan ibadah haji [1]. 

Proses ini bukan hanya karena aspek fisik dari ibadah tersebut, tetapi juga karena perasaan partisipasi dalam sebuah ritual yang sangat dihormati dan dianggap sebagai pembersihan spiritual.

Selain itu, konsep "pilgrimage therapy" yang lebih luas, yang mengacu pada perjalanan ke tempat suci sebagai bentuk terapi, mendukung gagasan bahwa haji dapat berfungsi sebagai sarana efektif untuk penanganan dan pencegahan gangguan kejiwaan. 

Perjalanan suci ini diakui memiliki kapasitas untuk menyediakan kenyamanan psikologis dan pemulihan emosional, sejalan dengan pandangan terapi modern yang mencakup perawatan farmakologis dan psikoterapi [2].

Khususnya, dalam konteks haji, aspek kebersamaan---berkumpul dengan jutaan orang lain yang memiliki tujuan spiritual yang sama---menyediakan dukungan sosial yang kuat, yang telah terbukti berdampak positif terhadap kesehatan mental. 

Pengalaman bersama ini, ditambah dengan intensitas doa dan refleksi, meningkatkan rasa kebersamaan dan pemahaman bersama yang lebih dalam, yang merupakan faktor penting dalam meningkatkan kesehatan mental [1].

Dalam tinjauan ini, juga dipertimbangkan bagaimana praktek haji mengintegrasikan unsur-unsur kognitif, emosional, dan sosial yang berinteraksi untuk memberikan efek terapeutik. 

Ini termasuk perasaan pencapaian, pemenuhan kebutuhan spiritual, dan peningkatan kesejahteraan psikologis yang sering dilaporkan oleh para jemaah setelah kembali dari haji.

Oleh karena itu, melalui analisis yang berbasis bukti dan testimoni langsung dari para jemaah, tampaknya jelas bahwa haji memainkan peran signifikan dalam mendukung dan meningkatkan kesehatan mental, membuatnya lebih dari sekedar kewajiban religius tetapi juga perjalanan penyembuhan yang penting.

***

Dalam meneruskan pembahasan tentang pengaruh ibadah haji terhadap kesehatan mental, penting untuk memperhatikan bagaimana haji sebagai sebuah peristiwa transformatif mendorong perubahan psikologis yang berdampak jangka panjang pada individu. 

Riset yang dilakukan oleh para psikolog dan pekerja sosial telah menunjukkan bahwa setelah kembali dari haji, banyak jemaah melaporkan peningkatan signifikan dalam merasa lebih tenang, memiliki tujuan hidup yang lebih jelas, dan perasaan kepuasan yang lebih besar dalam kehidupan mereka.

Perubahan ini tidak hanya terjadi karena faktor spiritual semata, tetapi juga karena interaksi sosial yang intens dan berkesinambungan selama haji. 

Kegiatan seperti Tawaf, Sa'i, dan Wukuf di Arafah memungkinkan individu untuk merenung dan berinteraksi dalam kondisi yang sangat spiritual dan emosional, seringkali memicu introspeksi dan perubahan sikap yang mendalam terhadap kehidupan dan orang lain [1][2].

Selain itu, haji juga menantang jemaah fisik dan emosi, sering kali membawa mereka keluar dari zona kenyamanan mereka. 

Proses ini dapat meningkatkan ketahanan psikologis, karena menghadapi dan mengatasi kesulitan selama haji dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan mengatasi stres. 

Studi menunjukkan bahwa kegiatan ini membantu dalam pembentukan karakter dan ketahanan emosional, yang kedua aspek ini adalah komponen penting dalam kesehatan mental yang baik [2].

Dalam hal praktis, beberapa profesional kesehatan mental mungkin menyarankan haji sebagai bagian dari terapi untuk pasien yang mengalami depresi atau gangguan kecemasan, mengingat dampak positif yang bisa dihasilkan dari pengalaman spiritual yang mendalam dan komunitas yang mendukung selama perjalanan tersebut. 

Namun, penting untuk dicatat bahwa sementara haji memiliki potensi terapeutik, hal itu harus dipandang sebagai pelengkap terapi konvensional, bukan pengganti [2].

***

Selain sebagai ibadah religius, memiliki manfaat kesehatan mental yang signifikan. 

Dengan memperkuat koneksi sosial, meningkatkan pemahaman spiritual, dan menyediakan pengalaman yang berpotensi transformatif, haji berkontribusi pada kesejahteraan psikologis jangka panjang jemaah. 

Ini menggarisbawahi pentingnya melihat ibadah haji tidak hanya sebagai kewajiban spiritual tetapi juga sebagai peristiwa psikososial yang memiliki dampak luas pada kesehatan mental individu.

Daftar Bacaan:

[1] https://journals.sbmu.ac.ir/en-jrrh/article/view/16789
[2] https://www.mdpi.com/2077-1444/14/2/181

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun