Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sinopsis Cerita Pendek "The Schoolmaster's Progress"

5 Juni 2024   08:20 Diperbarui: 5 Juni 2024   08:36 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karya: Caroline M.S. Kirkland (1801-1864)

Kedatangan Sang Guru

Kisah ini dimulai di sebuah desa kecil, di mana seorang guru muda bernama William Horner tiba untuk mengajar di sekolah setempat. Usianya baru delapan belas tahun, tinggi kurus, dengan rambut lurus yang selalu tertata rapi. Penampilan William sangat konservatif, mencerminkan keseriusannya dalam mengemban tugas mengajar. Dia adalah sosok yang sangat serius, jarang tertawa, dan selalu menjaga wajahnya agar tampak sungguh-sungguh dalam setiap situasi.

Pada awalnya, William mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan di desa. Dia menggunakan disiplin yang ketat di kelas, sering kali menggunakan tongkat untuk mengontrol murid-muridnya yang nakal. Namun, pendekatannya ini justru menimbulkan ketakutan dan ketidakpuasan di antara para siswa, yang lebih suka melihatnya kembali ke ladang bersama ayahnya daripada mengajar di kelas.

Namun, William tetap bertahan, dan ketika musim gugur tiba, dia kembali ke sekolah dengan semangat baru. Kali ini, dia lebih siap menghadapi tantangan dan mulai memahami bahwa menjadi seorang guru bukan hanya soal mengajar, tapi juga memahami dan menginspirasi siswanya. William mulai membaca buku-buku untuk meningkatkan pengetahuannya, bertekad untuk menjadi guru yang lebih baik dan lebih efektif di mata murid-muridnya.

Kedatangan William di desa tidak hanya mengubah kehidupan pendidikan di sana, tapi juga mulai menarik perhatian beberapa penduduk desa, termasuk Ellen Kingsbury, gadis muda dari keluarga petani kaya raya yang cerdas dan berpendidikan. Ketertarikan William terhadap Ellen mulai tumbuh seiring waktu, sementara dia terus berjuang untuk memperbaiki metode pengajarannya dan memperoleh rasa hormat dari komunitas yang awalnya skeptis terhadapnya.

Konflik dan Pengungkapan

Seiring berjalannya waktu, William Horner mulai mendapatkan pengakuan dan rasa hormat dari warga desa dan para siswanya. Dia telah membuktikan dirinya tidak hanya sebagai pendidik yang kompeten, tetapi juga sebagai individu yang peduli dan penuh pertimbangan terhadap kebutuhan murid-muridnya. Namun, ketenangan hidup William tidak bertahan lama ketika Miss Harriet Bangle, seorang wanita muda dari kota besar yang cerdas dan manipulatif, datang mengunjungi desa tersebut.

Miss Bangle, yang datang ke desa dengan motivasi tersembunyi dan perasaan superioritas, awalnya mencemooh kehidupan sederhana di desa. Namun, dia segera menyadari bahwa William adalah target yang sempurna untuk keisengan dan manipulasinya. Dengan cekatan, Miss Bangle mulai merangkai rencana untuk menjebak William dalam skema yang membuatnya terlihat sebagai korban dari hasrat tak terbalaskan.

Miss Bangle memulai rencananya dengan mengirimkan surat-surat palsu yang diklaim berasal dari Ellen Kingsbury, surat-surat ini dirancang sedemikian rupa sehingga William percaya bahwa Ellen memiliki perasaan terhadapnya. William, yang polos dan tidak curiga, terjebak dalam permainan kata-kata yang penuh emosi dan akhirnya jatuh lebih dalam kepada Ellen, yang dia percayai sebagai pengirim surat-surat tersebut.

Situasi menjadi rumit ketika surat-surat ini ditemukan oleh beberapa murid yang nakal, dan isinya yang melankolis dan romantis dengan cepat menjadi bahan gunjingan di seluruh desa. Konflik mencapai puncaknya ketika ayah Ellen, Mr. Kingsbury, mengetahui tentang surat-surat tersebut dan salah mengartikan isi hati William yang sebenarnya. Mr. Kingsbury, yang marah dan merasa terhina, menghadapi William dan menuntut penjelasan.

William, yang terkejut dan bingung dengan tuduhan yang dilemparkan kepadanya, berusaha keras untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya tetapi gagal meyakinkan Mr. Kingsbury. Desas-desus dan malu yang ditimbulkan oleh kejadian ini menyebabkan William merasa terpojok dan dijauhi oleh banyak warga desa yang sebelumnya menghormatinya.

Resolusi dan Pemulihan

Dalam menghadapi kesalahpahaman dan kekacauan yang ditimbulkan oleh tindakan Miss Bangle, William Horner merasa sangat terpukul dan hampir kehilangan segala harapannya untuk memperbaiki situasi. Namun, keadilan mulai terlihat ketika Joe Englehart, anak nakal yang sebelumnya bersekongkol dengan Miss Bangle, merasa bersalah atas penderitaan yang tidak semestinya dialami William. Joe, dalam momen pertobatan, mengungkapkan kebenaran tentang surat-surat itu kepada beberapa warga desa, termasuk Mr. Kingsbury.

Dengan kebenaran akhirnya terungkap, Miss Bangle menjadi pusat kemarahan komunitas. Kegelisahannya atas akibat dari perbuatannya, dan dengan tak seorang pun di desa yang bersedia mendukungnya, dia memutuskan untuk meninggalkan desa tersebut dan kembali ke kota besar dari mana dia datang, meninggalkan kekacauan yang dia ciptakan.

William, meskipun merasa lega karena kebenaran telah terungkap, tetap merasa hancur atas dampak yang terjadi pada reputasinya dan hubungannya dengan Ellen Kingsbury. Namun, Ellen, yang memahami kesalahpahaman tersebut dan melihat kejujuran dan ketulusan William, memutuskan untuk mendekatinya dan berbicara dengannya untuk mengklarifikasi perasaannya yang sebenarnya.

Dalam pertemuan yang penuh emosi tersebut, Ellen dan William saling berbagi perasaan dan kesalahpahaman yang terjadi, memperbaiki ikatan yang hampir rusak karena intrik Miss Bangle. Mr. Kingsbury, menyadari kesalahannya dalam menilai William, meminta maaf dan menawarkan dukungannya untuk memulihkan nama baik William di mata komunitas.

Akhir cerita membawa sebuah pemulihan penuh bagi William di desa tersebut. Dia kembali dihormati sebagai guru dan mendapatkan kembali rasa hormat dari murid-muridnya dan warga desa. William dan Ellen secara bertahap membangun hubungan yang didasarkan pada kepercayaan dan pengertian mutual, mengarah pada ikatan yang lebih dalam.

Dengan dukungan dari Ellen dan ayahnya, serta pelajaran yang diajarkan oleh kesulitan yang dihadapinya, William melanjutkan karir mengajarnya dengan semangat baru, berkomitmen untuk menjadi pendidik yang lebih baik dan lebih bijaksana, sambil membangun masa depan yang penuh harapan bersama Ellen di sisi nya.

*****

Cerita pendek ini, meskipun melibatkan beberapa tema serius seperti manipulasi dan kesalahpahaman, juga mengandung elemen-elemen humor yang muncul melalui deskripsi karakter, situasi yang absurd, dan ironi.

Berikut adalah beberapa aspek humor dalam cerita:

1. Karakterisasi William Horner: Humor muncul dari deskripsi awal William Horner yang sangat serius dan kikuk. Karakternya digambarkan secara hiperbolik sebagai seseorang yang begitu serius sehingga hampir tidak pernah tertawa: "Never did that prim mouth give way before a laugh." Gambaran ini menciptakan kontras komikal dengan situasi yang lebih ringan dan kesehariannya yang penuh kejutan.

2. Situasi Absurd dengan Joshua: Interaksi antara William dan Joshua, murid yang besar dan kurang ajar, menawarkan momen-momen humor. Contohnya, ketika Joshua menolak saran William untuk memulai dengan tulisan tangan yang lebih besar, dia dengan sombong menjawab, "What should I want coarse-hand for? Coarse-hand won't never do me no good. I want a fine-hand copy." Percakapan ini mengungkapkan ironi dan kekonyolan situasi, di mana murid merasa dia lebih tahu daripada gurunya.

3. Insiden Spelling Bee: Episode spelling bee menampilkan humor situasional yang kaya. Ketika William mencoba untuk mengelabui murid-muridnya dengan kata-kata yang sulit dan akhirnya menggunakan trik untuk mengalahkan yang terakhir, ironi dan kekonyolan situasinya menonjol. Ketika dia memberikan suara 'bay' dan murid-murid salah mengejanya, situasi itu mencapai puncak kekonyolan: "'Bay' will perhaps be the sound; one scholar spells it 'bey,' another, 'bay,' while the master all the time means 'ba,' which comes within the rule, being in the spelling-book."

4. Kejadian Jatuhnya Surat dari Plafon: Momen puncak humor terjadi ketika surat-surat rahasia yang disembunyikan di langit-langit kelas secara tak terduga jatuh ke tengah-tengah para hadirin. Situasi ini bukan hanya memuncak dalam hal plot, tetapi juga dalam komedi, karena ketidakmungkinan dan kekacauan yang tiba-tiba terjadi benar-benar tidak terduga dan absurd.

Elemen-elemen humor ini menambah kedalaman pada cerita, menyediakan relief komik yang membantu menyeimbangkan tensi dan konflik yang lebih serius dalam narasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun