Karya: Edgar Allan Poe (1809-1849)
Pertemuan Tak Terduga
Pada suatu sore yang dingin di bulan November, seorang narator tanpa nama menikmati makan malam yang lezat di rumahnya yang sepi. Setelah makan, ia memutuskan untuk membaca surat kabar sambil menikmati beberapa botol minuman. Namun, perhatiannya tertarik pada sebuah artikel tentang kecelakaan aneh yang menyebabkan kematian seorang pria karena kesalahan saat bermain permainan tiupan panah. Narator, yang skeptis, merasa marah dan menganggap artikel tersebut sebagai kebohongan.
Tiba-tiba, suara aneh yang menggelegar membangunkannya dari renungannya. Suara tersebut datang dari makhluk yang sangat aneh dan tak terdefinisi, yang duduk di sampingnya, dengan tubuh yang menyerupai tong anggur dan kepala yang tampak seperti botol dengan tutup mirip topi kavaleri. Makhluk tersebut memperkenalkan diri sebagai Malaikat Keganjilan, yang bertugas membawa kejadian-kejadian aneh pada manusia.
Narator, yang terkejut dan bingung, mencoba mengusir makhluk tersebut, namun dengan santainya Malaikat Keganjilan menggunakan botol yang dia miliki sebagai tangan untuk mengetuk kepala narator, menghentikannya seketika. Malaikat itu, dengan penuh kesabaran namun keras kepala, ingin menunjukkan kepada narator bahwa kejadian aneh yang ia bawa adalah bagian dari realitas.
Pengajaran dari Malaikat Keganjilan
Setelah insiden awal, Malaikat Keganjilan memutuskan untuk memberikan pelajaran kepada narator. Makhluk itu mengisi gelas narator dengan Kirschenwsser, sebuah minuman keras, sambil mencairkan anggur port narator dengan air. Malaikat itu kemudian mengungkapkan bahwa ia adalah genius yang mengatur contretemps, atau kejadian tak terduga, yang sering mengejutkan orang-orang skeptis.
Selama percakapan, narator mencoba menyangkal klaim Malaikat Keganjilan tetapi setiap kali dia mencoba, dia hanya mendapat lebih banyak bukti kekuatan dan keanehan makhluk tersebut. Malaikat itu terus membicarakan bagaimana dia membawa kejadian aneh dan tak terduga ke dalam kehidupan manusia, menciptakan situasi yang membingungkan dan terkadang menghibur, yang sering kali membuktikan ironi dan absurditas kehidupan.
Di tengah diskusi, narator mencoba untuk melawan dan melemparkan garam ke arah Malaikat, tetapi usahanya sia-sia. Malaikat itu, tidak terganggu oleh upaya narator untuk melukainya, membalas dengan memberikan lebih banyak pukulan keras ke kepala narator, yang akhirnya memaksa narator untuk menyerah dan mendengarkan.
Melalui dialog yang semakin intens, Malaikat itu mengajarkan kepada narator tentang pentingnya mengakui dunia yang tidak terduga dan sering kali tidak rasional ini. Dia menunjukkan bahwa bahkan orang yang paling logis pun tidak bisa mengabaikan keganjilan yang ada di sekitar mereka, dan bahwa kadang-kadang, kejadian aneh itu sendiri dapat mengungkapkan kebenaran yang lebih dalam tentang keberadaan kita.
Konsekuensi dari Keganjilan
Saat percakapan berlangsung, narator menjadi semakin terlibat dengan kisah-kisah dan kejadian aneh yang dibawa oleh Malaikat Keganjilan. Meskipun awalnya ia sangat skeptis, peristiwa yang terjadi semakin membuatnya mempertanyakan realitasnya sendiri. Narator mulai mengalami serangkaian kejadian yang sangat tidak biasa dan sial setelah interaksi mereka, termasuk jam yang berhenti berjalan sehingga membuatnya terlambat untuk janji penting, yang berakhir dengan kehilangan asuransi rumahnya.
Malaikat Keganjilan, setelah memberikan pelajaran yang cukup, memutuskan untuk meninggalkan narator dengan cara yang spektakuler. Narator akhirnya tertidur dan terbangun hanya untuk menemukan rumahnya terbakar karena kelalaian---mimpi buruk yang tampaknya menjadi kenyataan karena campur tangan dari Malaikat. Dalam usaha untuk menyelamatkan diri, ia mencoba melarikan diri melalui jendela tetapi malah jatuh dan mengalami patah tulang karena seekor babi---yang ironisnya mengingatkannya pada Malaikat Keganjilan---menggaruk dirinya pada tangga yang ia gunakan untuk turun.
Setelah serangkaian malapetaka, termasuk kehilangan rambutnya yang terbakar dan upaya gagal untuk menikah, narator menjadi sangat putus asa sehingga ia mencoba mengakhiri hidupnya. Namun, setiap upaya bunuh diri gagal karena kejadian aneh dan tidak terduga, sering kali dengan intervensi langsung atau tidak langsung dari Malaikat Keganjilan.
Pada akhir cerita, narator mulai memahami bahwa kejadian aneh dan tidak terduga adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Ia belajar menerima bahwa keganjilan---seperti yang sering dibawa oleh Malaikat---bisa memiliki dampak yang mendalam dan tidak terduga pada kehidupan kita, mengajarkan kita pelajaran penting tentang kerendahan hati, keberanian, dan keterbukaan terhadap keajaiban kehidupan.
*****
Sinopsis ini menggambarkan evolusi narator dari ketidakpercayaan dan kemarahan menjadi penerimaan dan penghormatan terhadap kekacauan yang bisa dibawa oleh kejadian aneh, yang mewakili pembelajaran dan pertumbuhan personal.
Cerita pendek "The Angel of the Odd" oleh Edgar Allan Poe penuh dengan elemen humor, yang sebagian besar bersumber dari absurditas situasi dan interaksi antara narator dan Malaikat Keganjilan.Â
Humor dalam cerita ini berasal dari beberapa sumber utama:
1. Karakterisasi Malaikat Keganjilan: Malaikat ini digambarkan secara sangat aneh dan tidak konvensional. Ia memiliki tubuh yang mirip tong anggur dan kepala seperti botol dengan tutup berbentuk topi kavaleri, serta "kaki" yang terbuat dari dua tong kecil. Desain fisik ini sendiri sudah cukup humoris. Dialog Malaikat juga penuh dengan logat Jerman yang dilebih-lebihkan dan kesalahan gramatikal, yang menambah unsur komedi.
Contoh dialog humoris:
"Mein Gott, den, vat a vool you bees for dat!"---Ketika Malaikat menanggapi skeptisisme narator dengan nada ejekan.
2. Interaksi Kocak: Interaksi antara narator dan Malaikat sering kali absurd dan menghasilkan situasi yang konyol. Misalnya, ketika narator mencoba melempar garam ke arah Malaikat tetapi gagal, dan sebagai gantinya, Malaikat dengan santainya memukul kepala narator dengan botol.
Contoh dialog humoris:
"You are a drunken vagabond," said I, "and I shall ring the bell and order my footman to kick you into the street." --- Narator mencoba mengusir Malaikat dengan cara yang sangat formal dan gagal total.
3. Ironi dan Kejadian Tak Terduga: Banyak kejadian dalam cerita yang secara ironis mempermalukan narator, yang awalnya sangat yakin dengan logika dan skeptisismenya. Misalnya, jam yang berhenti bekerja karena tangkai kismis yang dilemparkan narator secara sembarangan, yang secara tidak sengaja menghentikan jarum jam, menyebabkan narator terlambat untuk sebuah janji penting.
Contoh dialog humoris:
"Ah!" said I, "I see how it is. This thing speaks for itself. A natural accident, such as will happen now and then!" --- Narator mencoba merasionalkan situasi absurd yang disebabkan oleh tindakannya sendiri.
4. Pemahaman yang Salah: Humor juga muncul dari pemahaman yang salah dan respon yang tidak sesuai dari narator terhadap aksi Malaikat. Misalnya, ketika Malaikat mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan sayap karena bukan ayam, narator terkejut dan tidak mengerti.
Contoh dialog humoris:
"Te wing!" he cried, highly incensed, "vat I pe do mit te wing? Mein Gott! do you take me for a shicken?"
Dengan menggabungkan elemen-elemen ini, Poe menciptakan sebuah cerita yang tidak hanya mengeksplorasi tema-tema seperti kebetulan dan nasib, tetapi juga memberikan hiburan melalui komedi situasi yang dihasilkan dari interaksi yang tidak biasa antara dua karakter yang sangat berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H