Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Percaya Diri

30 Mei 2024   00:00 Diperbarui: 30 Mei 2024   00:04 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi percaya diri. (Sumber: Freepik.com)

Suatu ketika saya membaca satu tulisan berjudul "Siapa Sebenarnya yang Harus Digelisahkan?" yang ditulis oleh Prof Imam Suprayogo. 

Hati saya tersentak. 

Lagi-lagi, tulisan beliau itu selalu sederhana tetapi mengulas masalah dari dua sisi mata uang sekaligus, simbolis dan nominal. 

Jauh dari perkiraan para pembacanya. 

Tulisan beliau selalu menggugah untuk digunakan meneropong berbagai masalah-masalah yang lain.

Saya teringat dengan catatan saya beberapa waktu yang lalu. 

Catatan itu berupa resume dari sebuah buku tentang bagaimana meraih sukses. 

Bagaimana seorang sopir taksi yang bekerja 40 tahun tetapi masih tetap eksis, tentunya ada sesuatu hal yang menyebabkan demikian. Saya mencoba mengkaitkan hal ini dengan keharusan  memiliki rasa percaya diri yang besar. 

Berikut catatan saya:

  • Percaya diri, bahasa gaul yang sering kita ucapkan adalah 'PeDe'. 
  • Kita singkat saja menjadi PD, tapi bukan singkatan nama partai yang sekarang lagi diperhatikan rakyat Indonesia.
  • Percaya diri itu ibarat cahaya yang menerangi jalan kita menuju sukses. 
  • Percaya diri harusnya dapat menunjukkan jalan berlubang dan bergelombang ketika kita berjalan menuju sukses. 
  • Percaya diri pula yang seringkali menunjukkan kita arti kebenaran itu seperti apa. 
  • Kebenaran itu ada di dalam diri kita, tetapi sering tidak kita sadari. 
  • Kebenaran tertutupi oleh nafsu, oleh keinginan untuk melaju dengan cepat tanpa memperhatikan rambu-rambu jalan. 
  • Seharusnya kebenaran merupakan batasan-batasan agar percaya diri tidak 'melenceng' dari tujuan yang ingin dicapai.

Bagaimana memperoleh percaya diri itu?

Pertanyaan ini panjang untuk dijawab, tetapi ada beberapa petunjuk yang dapat kita gunakan:

  • Temukan jati diri kita yang sebenarnya, menemukan jati diri kita sangat kritis bagi pencapaian sukses. Jati diri yang telah ditemukan akan menghasilkan pemenuhan akan hasrat diri.
  • Temukan tujuan hidup kita, banyak waktu dihabiskan orang untuk menemukan tujuan hidupnya. Mulai sekarang tentukan target-target kita dari yang terkecil sampai yang terbesar dalam hidup kita.
  • Temukan jalan hidup kita, batin kita adalah cahaya rembulan yang menerangi kelamnya hidup, jangan diabaikan.
  • Ikuti kata hati kita, jangan tergoda oleh bisikan-bisikan yang menyesatkan. Kita harus mampu membedakan antara bisikan dan ilham, ini dua hal yang berbeda.
  • Identifikasi bakat-bakat kita, siapa yang tahu bakat kita kalau bukan kita sendiri? Banyak bakat-bakat tersembunyi yang belum kita gali, cari dan kembangkan.
  • Kenali kebutuhan-kebutuhan kita, bedakan antara keinginan dan kebutuhan, ini sangat berbeda, dapatkah kita mendefinisikan perbedaan keduanya? Jika kita mampu, berarti kita mulai menemukan kepercayaan diri kita.
  • Percayai naluri kita, bedakan antara instinct dan feeling, jika kita mampu mengendalikan keduanya, kita mulai mengendalikan diri kita.
  • Lawan rasa takut dalam diri kita, ketakutan adalah penghalang terbesar jalan kita menuju sukses, singkirkan, dobrak!. Carilah 'tangan kanan' kita untuk saling berbagi untuk mengatasi ketakutan itu.
  • Lawan para negaholic, yaitu orang-orang yang selalu mengatakan "jangan", "tidak akan berhasil", "tidak mungkin". Jangan hiraukan orang-orang tipe ini. Berlalulah dari mereka karena mereka dapat mengubah jalan hidup kita dan ini sungguh menyesatkan.
  • Bangun keyakinan yang kuat, ini dapat dibangun dengan semangat spiritual yang tinggi. Jalani ibadah-ibadah dengan istiqomah, karena dapat menenangkan batin kita, sehingga jalan sukses kita semakin terang benderang.

Masihkah kita tidak mempercayai diri kita sendiri?

Malang, 29 Mei 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun