Permulaan Perjalanan
Cerita "Tower of Babylon" dimulai dengan penggambaran sebuah menara raksasa yang terletak di kota Babel, yang sangat tinggi sehingga memakan waktu satu setengah bulan untuk didaki tanpa beban. Menara ini dibangun dengan bata yang dibuat dari tanah liat dan api dari kiln di sekitar kota. Hillalum, seorang penambang dari Elam, dan rekannya Nanni tiba di Babel untuk ambil bagian dalam proyek ambisius ini: menembus kubah surga yang dipercaya ada di puncak menara.
Pada awalnya, Hillalum dan penambang lainnya kagum dengan skala dan visi dari menara tersebut. Mereka diperkenalkan ke kehidupan sehari-hari para pekerja yang rutin mendaki dan menurunkan bahan-bahan sambil menyesuaikan diri dengan kehidupan di menara. Perayaan besar diadakan oleh penduduk kota, di mana Hillalum dan penambang lainnya berinteraksi dengan warga lain dan belajar lebih banyak tentang pekerjaan dan tantangan yang mereka hadapi.
Seiring waktu, Hillalum dan rekannya mulai memahami besarnya tantangan yang mereka hadapi, bukan hanya dalam hal fisik untuk mendaki menara tersebut, tetapi juga dalam konsekuensi spiritual dan eksistensial dari mencapai kubah surga. Cerita menggali perasaan kecil manusia dalam menghadapi karya besar mereka sendiri, serta rasa takjub dan ketakutan terhadap langit yang tak terukur dan apa yang mungkin terletak di luar batas pengalaman manusia.
Mendekati Langit
Dalam perjalanan mendaki menara yang sepertinya tidak ada akhirnya, Hillalum dan rekan-rekannya mulai menghadapi tantangan yang lebih besar dan lebih filosofis. Mereka bertemu dengan pekerja lain dari berbagai bagian dunia, termasuk para penggali dari Mesir yang memiliki keahlian khusus dalam menggali batu keras seperti granit. Kolaborasi antar budaya dan pertukaran pengetahuan ini menjadi titik fokus dalam cerita ini, menyoroti bagaimana ambisi manusia dapat menyatukan orang dari latar belakang yang sangat berbeda.
Saat mereka mendekati kubah surga, dilema etis dan spiritual menjadi semakin intens. Pertanyaan tentang kebenaran dan kesucian dari usaha mereka untuk "menembus langit" menimbulkan perdebatan di antara para pekerja. Beberapa yakin bahwa mereka melakukan pekerjaan suci, sementara yang lain merasa cemas tentang kemungkinan konsekuensi dari tindakan mereka. Ketakutan akan mengganggu keseimbangan alam atau mendatangkan murka dewa menghantui banyak pekerja, termasuk Hillalum, yang mulai meragukan kebenaran dan tujuan dari seluruh proyek tersebut.
Sebagai pendaki mendekati tujuan akhir mereka, alam sendiri tampaknya memberikan tanggapan. Cuaca dan fenomena alam yang tidak bisa dijelaskan mulai terjadi, mendorong banyak pekerja untuk mempertanyakan apakah langit memang diperuntukkan untuk dicapai oleh manusia. Keajaiban dan rasa takut terhadap dunia di atas dan potensi hukuman surgawi untuk keangkuhan mereka menjadi pusat perenungan dalam bagian ini.
Puncak dan Pemahaman
Dalam puncak cerita "Tower of Babylon", ketegangan mencapai titik tertinggi saat Hillalum dan timnya akhirnya mendekati kubah surga. Proses teknis menembus kubah melibatkan teknik canggih dan sangat berisiko, menuntut perpaduan sempurna antara keberanian, keahlian, dan teknologi. Para pekerja mengalami campuran antara takut, harap, dan rasa ingin tahu yang mendalam saat mereka mendekatkan diri pada tujuan akhir mereka yang mungkin akan mengungkapkan misteri terbesar alam semesta.
Ketika mereka akhirnya berhasil menembus kubah, apa yang mereka temukan bukanlah apa yang mereka harapkan. Alih-alih menemukan dunia surgawi atau wujud fisik dari dewa, mereka menemukan lebih banyak batuan dan struktur geologi yang menunjukkan bahwa "langit" mungkin hanyalah lapisan lain dari realitas fisik yang kompleks. Realisasi ini datang dengan berbagai emosi; kekecewaan bagi beberapa, kelegaan bagi yang lain, dan perubahan mendalam dalam pemahaman spiritual bagi banyak orang, termasuk Hillalum.
Pengalaman ini mengubah pandangan banyak karakter terhadap dunia dan posisi mereka di dalamnya. Mereka kembali ke bumi dengan perspektif yang berubah, menyadari bahwa misteri alam semesta jauh lebih besar dan lebih rumit daripada yang bisa mereka bayangkan. Cerita ini berakhir dengan refleksi tentang batas-batas pengetahuan manusia, hubungan antara sains dan spiritualitas, serta pertanyaan-pertanyaan abadi tentang keberadaan dan tujuan hidup manusia.
Cerita "Tower of Babylon" merupakan meditasi yang kaya dan berlapis tentang pencapaian manusia, batasan pengetahuan, dan pencarian makna yang tak henti-hentinya.
*****
Ted Chiang adalah seorang penulis fiksi ilmiah Amerika yang terkenal dengan karya-karya ceritanya yang sering menggabungkan konsep ilmiah dan filosofis. Lahir pada tahun 1967, Chiang telah memenangkan banyak penghargaan dalam dunia fiksi ilmiah, termasuk Nebula, Hugo, dan Locus Awards.
Karya yang paling terkenal dari Ted Chiang adalah kumpulan cerita pendek "Stories of Your Life and Others" yang diterbitkan pada tahun 2002. Salah satu cerita dalam kumpulan ini, "Story of Your Life," menjadi dasar adaptasi film "Arrival" yang dirilis pada tahun 2016 dan dibintangi oleh Amy Adams dan Jeremy Renner. Karya-karya Ted Chiang sering dieksplorasi melalui tema-tema seperti bahasa, determinisme, dan identitas. "Tower of Babylon" (1990) adalah salah satu cerita pendek di kumpulan cerita pendek "Stories of Your Life and Others" ini.
Selain "Stories of Your Life and Others," Ted Chiang juga menerbitkan kumpulan cerita pendek lainnya berjudul "Exhalation: Stories" pada tahun 2019, yang juga mendapat pujian luas. Ted Chiang dikenal karena pendekatannya yang mendalam dan spekulatif terhadap fiksi ilmiah, menjadikannya salah satu penulis terkemuka dalam genre ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H