Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Hiruk Pikuk Keheningan

18 April 2024   22:35 Diperbarui: 18 April 2024   22:44 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hiruk Pikuk Keheningan

Dalam lembutnya pagi, sinar matahari menyisir rambut jalan,
Tangis daun yang jatuh menari, ditatap oleh mata yang lelah---
mencari pengertian dalam raut wajah asing.
Di setiap sudut kota, di setiap pelukan bayang,
kita mengukir empati dengan pahat kata-kata tak terucap.

Kita bertukar pandang bukan sebagai dua jiwa terpisah,
tetapi sebagai cerminan satu sama lain:
aku melihat kesedihanmu dalam riak air mataku,
dan engkau memahami rasa sakitku di antara bisikan angin.

Dalam keramaian yang sesak, di mana hati berdesakan,
kita belajar memberi ruang---tak hanya untuk duduk,
tetapi untuk menghirup nafas dalam-dalam,
untuk merasakan, lebih dari sekadar ada.

Ada keberanian yang tak terucap dalam setiap tindakan kecil,
saat kita memilih untuk tidak hanya menyapa, tetapi mendengar---
mendengar bukan hanya kata, tetapi hening di baliknya.
Dalam hening itu, kita membangun jembatan dari simpati ke empati,
di mana aku berhenti menjadi aku, dan engkau berhenti menjadi engkau,
hanya kita, menari dalam harmoni rasa mengerti yang mendalam.

Oh, betapa seringnya kita melupakan:
Empati bukanlah tugas yang berat, melainkan hadiah---
sebuah bisikan kecil di telinga yang mengatakan,
"Kamu tidak sendirian, di sini aku berdiri, bersamamu."

Malang, 18 April 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun