Episode 1: Panggilan Kemenangan
Hari itu, udara sore hari di Sidoarjo terasa lebih segar dari biasanya, mungkin karena angin yang bertiup semilir membawa kabar baik. Di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota, Dana, seorang remaja berumur 16 tahun, duduk di tepi ranjangnya, memegang telepon genggam dengan tangan yang sedikit gemetar. Ia baru saja menerima kabar bahwa ia terpilih menjadi anggota klub sepak bola "Sayap Mas".
Segera, ia menekan nomor ayahnya, Fikri, yang sedang bekerja di sebuah bengkel di dekat rumah. Telepon diangkat setelah beberapa nada.
"Assalamualaikum, Pa! Saya punya kabar gembira nih!" seru Dana dengan suara yang tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
"Waalaikumsalam, Dana! Apa kabarnya? Suara kamu ceria sekali, pasti ada berita baik, ya?" Fikri tertawa kecil, mendengar semangat yang meluap dari suara anaknya.
"Benar, Pa! Dana diterima jadi anggota tim sepak bola 'Sayap Mas'. Latihan dan dedikasi Dana selama ini berbuah hasil, Pa!" Dana hampir tidak bisa menahan emosinya.
Fikri terdiam sejenak, mengumpulkan kata-kata. "Masya Allah, terima kasih ya Allah. Saya sangat bangga dengan kamu, Nak. Ini impian kita, bukan?" suaranya bergetar sedikit, terbawa emosi yang sama.
"Betul, Pa! Dana ingat, waktu kecil Papa sering cerita tentang hari-hari Papa main bola sebelum kecelakaan itu. Dana mau jadi seperti Papa, bahkan lebih baik lagi!" Dana terdengar bersemangat.
Fikri tertawa, "Haha, itu sih harus! Tapi ingat, sepak bola itu bukan cuma tentang mencetak gol, tapi juga tentang kerja sama tim. Kamu siap?"
"Siap, Pa! Dana akan berlatih lebih keras lagi. Dana ingin buat Papa bangga!" ujar Dana tegas.
"Bangga? Saya sudah bangga sekarang, Dana. Tapi ya, tunjukkan di lapangan bahwa kamu bisa lebih dari sekadar pemain, jadi pemimpin juga di sana," nasihat Fikri, mengingatkan akan pentingnya kerja sama.