Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Tim Adalah Keluarga

17 April 2024   07:15 Diperbarui: 17 April 2024   07:19 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan nafas yang tertahan, Dana mengoper bola dengan sempurna ke arah Bima, yang dengan mudah menyelesaikan dengan sebuah tendangan keras ke sudut gawang. Gol! Skor menjadi 1-2, dan sorak sorai memenuhi stadion.

Fikri bertepuk tangan keras, tersenyum bangga. Setelah pertandingan, di mana "Sayap Mas" akhirnya kalah 2-3, Fikri menemui Dana di luar ruang ganti.

"Kamu tahu, Nak, kalah dan menang itu hal biasa. Tapi hari ini kamu menunjukkan sesuatu yang lebih penting dari menang," kata Fikri, menepuk bahu Dana.

"Apa itu, Pa?" Dana melihat ke arah ayahnya dengan rasa ingin tahu.

"Kamu belajar tentang pentingnya tim. Satu oper yang kamu berikan itu lebih berharga daripada sepuluh gol yang kamu cetak sendiri. Percayalah, itu akan membawa kita lebih jauh," Fikri tersenyum, memberikan pelajaran yang tidak hanya tentang sepak bola, tetapi juga tentang kehidupan.

Dana mengangguk, memahami bahwa ini bukan hanya tentang sepak bola, tetapi juga tentang menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri.

Episode 3: Kemenangan Sejati

Kemenangan sejati itu hasil kerjasama tim. (Freepik.com)
Kemenangan sejati itu hasil kerjasama tim. (Freepik.com)

Minggu berikutnya, atmosfer di lapangan sepakbola "Sayap Mas" terasa berbeda. Cahaya matahari menembus awan, seolah-olah memberikan tanda bahwa hari baru telah membawa semangat baru. Dana merasakan perubahan dalam dirinya, sebuah resolusi yang telah dibentuk dari pelajaran minggu lalu.

Di tribun, Fikri duduk bersama beberapa teman, semua dengan harapan yang tinggi. Mereka membawa spanduk baru dengan tulisan, "Tim adalah keluarga". Dana melihatnya dari lapangan, tersenyum, dan mengangguk kepada ayahnya, seolah-olah berterima kasih atas dukungan dan pelajaran berharga itu.

Peluit dibunyikan, dan pertandingan dimulai dengan intensitas tinggi. Kali ini, Dana tidak hanya bermain sebagai pemain; ia bermain sebagai anggota tim yang sebenarnya. Ia bergerak dengan kecerdasan, selalu mencari posisi terbaik untuk dirinya dan rekan setimnya. Komunikasi antar pemain terlihat jelas, seruan dan isyarat dipertukarkan dengan lancar.

Dana mendapatkan bola di tengah lapangan, menggiringnya sejenak, dan kemudian, dengan pandangan yang tajam, ia melihat rekan setimnya, Adi, berlari ke ruang terbuka. Dengan umpan silang yang sempurna, Dana memberikan bola kepada Adi yang tanpa ragu melesakkan bola ke gawang lawan. Gol! Kerumunan bersorak, dan "Sayap Mas" memimpin pertandingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun