"Insya Allah, Pa. Dana akan ingat selalu nasihat Papa. Oh ya, nanti malam jangan lupa pulang cepat. Dana masak nasi goreng spesial buat merayakan!" canda Dana, mengalihkan pembicaraan.
"Nasi goreng, ya? Wah, jangan sampai gosong seperti terakhir kali ya," Fikri tertawa, mengingatkan kejadian lucu saat Dana belajar masak.
"Siap, Komandan!" Dana tertawa lepas, menutup pembicaraan dengan perasaan yang hangat mengisi dadanya.
Mereka berdua menutup telepon dengan senyum di wajah, sebuah senyum yang membawa harapan dan mimpi yang baru saja terlahir dari sebuah telepon sederhana.
Episode 2: Pelajaran di Lapangan
Hari besar telah tiba bagi Dana. Stadion lokal yang biasanya sepi, hari itu dipenuhi dengan sorak-sorai penggemar klub "Sayap Mas". Warna-warni bendera dan yel-yel pendukung menggema di sepanjang tribun. Di tribun khusus, Fikri duduk bersama beberapa orang tua lainnya, semua mata tertuju pada lapangan hijau di mana anak-anak mereka akan berjuang.
Dana merasakan degup jantungnya meningkat saat ia dan timnya berjalan memasuki lapangan. Sambil menatap ke arah tribun, ia melihat ayahnya melambaikan tangan. Dengan semangat, ia membalas lambaian tersebut dan memfokuskan diri pada permainan.
Saat peluit pertandingan dibunyikan, Dana langsung menunjukkan keahliannya. Ia beberapa kali melewati lawan dengan dribbling yang lincah. Namun, semakin lama, ia mulai terlalu fokus untuk mencetak gol sendiri, seringkali mengabaikan rekan-rekannya yang berada di posisi yang lebih baik.
Pada akhir babak pertama, "Sayap Mas" tertinggal dua gol. Saat jeda, ketegangan terasa di ruang ganti. Pelatih memberikan beberapa instruksi taktis, namun Dana merasa seolah semua mata tertuju padanya, menyalahkannya atas ketertinggalan skor.
Fikri melihat ini dari kejauhan dan merasakan kesalahan yang sama yang sering ia lakukan di masa mudanya. Saat tim kembali ke lapangan, ia menghampiri pelatih sejenak. Mereka berbicara, dan pelatih mengangguk mengerti sebelum kembali ke bangku cadangan.
Di babak kedua, Dana mendapatkan bola lagi. Sebelum ia memulai aksinya, pelatih bersiul kecil dan mengisyaratkan kepadanya untuk melihat sekeliling. Dana menarik napas, melihat ke kanan dan kiri, dan melihat seorang rekan setimnya, Bima, yang berlari bebas menuju gawang lawan.