"Tahukah kamu, aku sering membawa Ardi kesini saat kamu sibuk di kantor. Dia selalu suka berlari-larian di sini," kenang Rani, matanya berbinar mengingat hari-hari itu.
Bagas tersenyum, "Aku ingat. Aku selalu iri karena kamu bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengannya. Tapi kini, kita bisa menghabiskan waktu sebanyak yang kita mau bersama."
Mereka melanjutkan berjalan, sampai Rani secara tidak sengaja tersandung akar pohon yang menjorok ke jalur setapak. Bagas cepat-cepat menangkapnya, mencegahnya jatuh.
"Oh, hati-hati, sayang," kata Bagas dengan nada prihatin, sambil membantunya menegakkan diri.
Rani tertawa kecil, "Terima kasih, pahlawanku. Ingat tidak, dulu saat kita baru menikah, aku juga pernah tersandung seperti ini di taman ini, dan kamu tidak berhenti tertawa?"
Bagas ikut tertawa, "Iya, tapi itu dulu. Sekarang, setiap kali kamu hampir terjatuh, hati aku ikut merasa seperti jatuh. Waktu itu, aku muda dan kurang bijaksana."
Rani tersenyum lembut, menatap Bagas dengan rasa cinta yang mendalam, "Aku suka Bagas yang sekarang, lebih dewasa dan penuh perhatian."
Mereka duduk di salah satu bangku, menatap danau sambil tangan mereka saling menggenggam. Rani bersandar pada bahu Bagas, menikmati kehangatan dan kelembutan momen itu.
"Kita telah melalui banyak hal bersama, dan aku tidak bisa membayangkan melalui semua ini dengan siapa pun selain kamu," ucap Bagas, suaranya lembut.
Rani mengangguk, "Sama. Kita akan terus bersama, menjelajahi setiap fase kehidupan, tidak peduli apa yang datang."
Di sana, di taman yang dipenuhi kenangan, mereka berdua menemukan kenyamanan dalam kebersamaan mereka, menyambut fase baru dalam hidup dengan tawa dan kehangatan, siap untuk apa pun yang akan datang.