Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Esensi Idulfitri dalam Meneguhkan Kembali Nilai Kejujuran

10 April 2024   00:52 Diperbarui: 10 April 2024   05:08 1526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi salat idulfitri. (ANTARA FOTO/MOCH ASIM)

Relevansi Idulfitri dengan Kebangkitan Kejujuran

Di tengah kondisi ekonomi global yang tidak stabil dan dampak yang masih terasa dari pandemi Covid-19, kejujuran menjadi nilai yang semakin langka. Perekonomian yang belum pulih sepenuhnya, persaingan bisnis yang memuncak akibat perkembangan teknologi informasi, serta transisi dari bisnis offline ke online, menciptakan lingkungan di mana kejujuran seringkali dianggap sebagai hambatan ketimbang aset. 

Momen Idulfitri, yang harfiahnya berarti "kembali fitri" atau kembali suci, menawarkan kesempatan untuk merefleksikan nilai-nilai ini dalam konteks kehidupan modern kita. Kebenaran dan kejujuran adalah prinsip inti dalam Islam, seperti tercermin dalam Alquran dan hadis.

Dalil dari Alquran yang mendukung pentingnya kejujuran dapat ditemukan dalam Surah Al-Ahzab ayat 70-71, yang berbunyi, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar." Ayat ini menekankan betapa pentingnya berbicara dengan kejujuran dan bagaimana hal itu dapat memperbaiki amalan serta menghapus dosa.

Dari sisi hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Hendaklah kamu selalu jujur. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan. Dan kebajikan membawa ke surga. Tidak henti-hentinya seseorang yang jujur dan selalu memilih kejujuran sehingga dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang yang jujur. Hati-hati lah terhadap dusta. Sesungguhnya dusat membawa kepada kejahatan. Dan kejahatan membawa kepada neraka. Tidak henti-hentinya seseorang berdusta sehingga dia tercatat di sisi Allah sebagai pendusta." (HR. Bukhari). Hadis ini menunjukkan bagaimana kejujuran tidak hanya merupakan tindakan yang baik tetapi juga jalan menuju kesucian diri dan akhirnya, surga.

Dalam konteks krisis kejujuran yang kita hadapi saat ini, di mana kejujuran sering dilihat sebagai komoditas langka, Idulfitri mengajarkan kita untuk kembali ke fitrah, yaitu keadaan murni dan suci yang bebas dari kebohongan dan tipu daya. 

Ini adalah saat yang tepat untuk merenungkan bagaimana nilai-nilai kita sebagai individu dan masyarakat dapat lebih selaras dengan prinsip-prinsip kebenaran dan integritas yang diajarkan oleh Islam. 

Kita diajak untuk menilai ulang bagaimana teknologi dan persaingan bisnis harus dikelola dengan cara yang jujur dan etis, membangun fondasi yang kuat untuk ekonomi yang berkelanjutan dan masyarakat yang adil.

Dampak Kehilangan Kejujuran dalam Masyarakat dan Ekonomi

Kehilangan kejujuran dalam masyarakat dan ekonomi kita memiliki dampak yang jauh lebih luas daripada yang mungkin kita sadari. Perilaku mengejar kekayaan dengan menghalalkan segala cara, seperti yang terjadi di banyak sektor saat ini, tidak hanya merusak integritas individu tetapi juga merongrong kepercayaan publik terhadap institusi dan sistem ekonomi. 

Di tengah persaingan yang meningkat dan kecenderungan untuk "flexing" atau pamer kekayaan, masyarakat kita sering terjebak dalam siklus konsumsi yang tidak berkelanjutan, yang pada akhirnya memperdalam ketidaksetaraan dan ketidakadilan sosial.

Dalil Alquran yang relevan dengan fenomena ini dapat ditemukan dalam Surah An-Nisa ayat 58, yang berbunyi, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." Ayat ini menegaskan pentingnya keadilan dan kejujuran dalam setiap tindakan, termasuk dalam bisnis dan pemerintahan, mengingatkan kita bahwa integritas dalam memegang amanat adalah prinsip dasar yang tidak boleh diabaikan.

Dari hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang menipu, ia bukan termasuk golonganku." (HR. Muslim dan Turmudzi). Hadis ini menggarisbawahi bahwa penipuan dan ketidakjujuran adalah perilaku yang ditolak dalam Islam, menunjukkan bahwa mereka yang berpraktik demikian teralienasi dari nilai-nilai komunitas Muslim.

Dalam konteks ekonomi saat ini, di mana teknologi informasi memungkinkan praktek bisnis yang tidak selalu transparan atau adil, penting untuk mengingat bahwa kejujuran dan integritas adalah kunci untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Ketika perusahaan dan individu mengutamakan keuntungan di atas etika, efek domino yang terjadi bisa sangat merusak, termasuk keruntuhan kepercayaan konsumen, peningkatan korupsi, dan ketidakstabilan ekonomi.

Idulfitri memberi kita kesempatan untuk mengingat kembali nilai-nilai ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam transaksi bisnis maupun interaksi sosial. 

Dengan kembali ke fitrah dan memperbaharui komitmen kita terhadap kejujuran, kita dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil dan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan. Ini bukan hanya tentang memperbaiki diri sendiri tetapi juga tentang berkontribusi pada perbaikan masyarakat secara keseluruhan.

Membangun Kembali Masyarakat dengan Kejujuran Melalui Idulfitri

Pembangunan kembali masyarakat yang berlandaskan pada kejujuran dan integritas adalah tugas yang membutuhkan komitmen bersama. Idulfitri, dengan esensinya yang mengajak kita untuk kembali ke keadaan fitrah, memberikan momentum yang tepat untuk memulai proses pembaharuan ini. Menyadari bahwa kejujuran adalah salah satu dasar pembentukan karakter yang baik dan masyarakat yang sehat, kita perlu mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari pendidikan anak hingga tata kelola perusahaan dan pemerintahan.

Alquran menegaskan pentingnya membangun masyarakat yang berdasarkan prinsip keadilan dan kejujuran dalam Surah Al-Hujurat ayat 13, yang berbunyi, "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti." Ayat ini mengingatkan kita bahwa kehormatan seseorang di mata Allah tidak diukur dari kekayaan atau status sosial, melainkan dari ketakwaan, yang salah satu manifestasinya adalah kejujuran dalam tindakan.

Dalam hadis, Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya membangun masyarakat yang jujur melalui pendidikan, seperti tergambar dalam sabdanya, "Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya." (Bukhari dan Muslim). Pendidikan tentang kejujuran dan karakter yang baik harus dimulai dari rumah dan sekolah, mengajarkan anak-anak pentingnya berperilaku jujur dan adil sejak dini.

Momen Idulfitri memberikan kita kesempatan untuk merenungkan kembali nilai-nilai ini dan bagaimana kita dapat menerapkannya dalam kehidupan kita. Ini adalah waktu untuk memperbaiki hubungan, memaafkan kesalahan, dan berkomitmen untuk berperilaku lebih jujur dan transparan dalam semua tindakan kita. 

Dengan memanfaatkan semangat Idulfitri, kita dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama, menciptakan efek gelombang yang dapat mengubah masyarakat.

Untuk mencapai visi ini, setiap individu, keluarga, komunitas, dan institusi harus berperan aktif. Mulai dari memilih untuk tidak menyebarkan informasi palsu hingga menuntut transparansi dalam pemerintahan dan bisnis, tindakan-tindakan kecil namun signifikan ini akan secara kolektif membentuk fondasi masyarakat yang lebih jujur dan adil.

Dengan demikian, Idulfitri bukan hanya perayaan kemenangan spiritual, tetapi juga panggilan untuk aksi nyata dalam membangun kembali masyarakat kita. Dengan menghidupkan kembali nilai kejujuran, kita dapat berharap untuk menciptakan dunia yang lebih baik untuk generasi yang akan datang, sebuah dunia di mana kejujuran tidak lagi menjadi barang langka, tetapi menjadi prinsip yang membimbing kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun