Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kembali pada Tuhan dan Kembali kepada Ketuhanan

29 Januari 2024   06:39 Diperbarui: 29 Januari 2024   07:09 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Dalam pencarian makna dan kebenaran hidup, manusia seringkali beralih pada konsep-konsep yang melebihi pemahaman biasa. Gagasan tentang "Kembali pada Tuhan" dan "Kembali kepada Ketuhanan" merangkum esensi dari ekspedisi transformatif ini, yang masing-masing mewujudkan ketajaman dan konsekuensi yang berbeda. 

Meskipun "Kembali pada Tuhan" biasanya dikaitkan dengan praktik dan ajaran keagamaan yang lebih tradisional, "Kembali pada Tuhan" sering kali dianggap sebagai pencarian yang lebih internal dan spiritual. Keduanya menawarkan jalan yang berbeda namun saling melengkapi dalam eksplorasi manusia terhadap yang transenden.

Konsep "Kembali pada Tuhan" dalam konteks umum seringkali dipandang sebagai keterikatan atau bahkan keterlibatan kembali dengan praktik keagamaan tertentu. 

Tindakan tersebut mencakup lebih dari sekedar melaksanakan praktik seremonial; hal ini mencakup tindakan keterlibatan penuh dalam aturan dan etik yang ditegakkan oleh konsep keagamaan, sering kali dalam kerangka praktik komunal dan adat. 

Di sisi lain, "Kembali kepada Ketuhanan" mewakili pencarian esensi spiritual yang melampaui batas-batas agama tertentu, menekankan perjalanan internal dan pengalaman pribadi dalam hubungan dengan Yang Mahakuasa. 

Pendekatan ini lebih inklusif, mungkin lebih universal, berfokus pada pengalaman spiritual pribadi, pencerahan, dan kesadaran diri yang lebih luas. Ketajaman yang disebutkan di atas tidak hanya melambangkan perbedaan yang berkenaan dengan religiusitas dan spiritualitas, namun juga bagaimana kedua jalur ini mempunyai potensi untuk mencerahkan dan meningkatkan satu sama lain dalam perjalanan abadi umat manusia menuju pencapaian pemahaman mendalam.

Dalam esai ini, kita akan menggali cara di mana kedua gagasan ini dipahami dan dialami dalam lingkungan yang berbeda: dalam perspektif universal, filsafat, dan Islam. 

Masing-masing perspektif menawarkan pandangan unik tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan dunia. Tuhan dan mencari makna dalam keberadaan-Nya. Dengan memahami keberagaman ini, kita dapat lebih mengapresiasi kekayaan dan kompleksitas pencarian manusia akan hubungan religiusitas dan spiritualitas.

Perspektf Universal

Mari kita renungkan konsep "Kembali pada Tuhan" dan "Kembali kepada Ketuhanan". Dalam arti luas, "Kembali pada Tuhan" sering diartikan sebagai kembali pada praktik dan ajaran agama tertentu. 

Ini bukan sekedar beribadah atau menjalankan ritual, namun lebih dalam lagi adalah bagaimana kita membenamkan diri dalam kedisiplinan dan ajaran yang diberikan oleh agama kita. Ada semacam tatanan, struktur, dan komunitas yang ada di sini. Ini bukan sekedar persoalan individu, tapi juga tentang bagaimana kita sebagai bagian dari suatu kelompok agama bersatu dalam nilai dan keyakinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun