Di Sidoarjo yang asri, ada kami, sekeluarga kecil dengan cita-cita besar. Saya, istri, dan tiga putri kami yang lucu-lucu itu memilih jalan yang nggak biasa: hidup ala frugal living. Gaya hidup yang sederhana, tapi seru dan penuh petualangan.
Ceritanya dimulai dari keinginan kami untuk 'hidup lebih'. Nggak, bukan hidup mewah, tapi hidup yang lebih 'bermakna'. Kami pengin ngajarin anak-anak bahwa bahagia itu nggak selalu datang dari barang yang banyak. Jujur aja, awalnya tuh ada rasa ragu, tapi lama-lama kok ya ketagihan!
Mulai dari yang gampang-gampang dulu, beli barang sesuai kebutuhan. Ini tantangan tersendiri loh, apalagi pas lihat promo atau diskon. Tapi, kami bertekad kuat! Anak-anak juga kami libatkan, mereka malah jadi semangat nih, sering ingetin, "Ayah, Ibu, itu perlu nggak sih?"
Nah, trus kami juga mulai suka sama yang namanya daur ulang. Mungkin terdengar 'klise', tapi coba deh! Seru lho! Barang-barang yang tadinya mau dibuang, eh bisa jadi sesuatu yang berguna. Botol jadi pot, kaos lama jadi keset, banyak deh pokoknya.
Soal energi, kita juga jadi lebih hemat. Matiin lampu kalau nggak perlu, manfaatin sinar matahari, dan AC? Jarang-jarang deh sekarang. Kecil-kecil sih, tapi kan kalau dikumpulin jadi bukit.
Gaya hidup gini buat kami lebih dekat satu sama lain. Kami belajar bahwa kebahagiaan itu sederhana. Kami nggak ngaku sebagai pejuang lingkungan nomor satu, tapi setidaknya kami tahu, setiap malam sebelum tidur, bahwa hari ini kami telah berbuat sesuatu yang baik. Dan itu, teman-teman, rasanya keren banget!
***
Setelah kami memulai, hidup frugal ini jadi semacam permainan seru sehari-hari. Kami mulai lihat segalanya dari sudut pandang yang berbeda, lebih asik dan penuh tantangan. Kayak misalnya transportasi. Kita coba kurangin pakai motor atau mobil, lebih sering jalan kaki atau naik sepeda. Oke, kadang keringetan sih, tapi rasanya lebih fresh, dan yang pasti, lebih ramah lingkungan.
Di dapur, kami juga mulai eksperimen dengan makanan. Nggak cuma soal hemat, tapi juga sehat. Kami belajar masak pakai bahan-bahan lokal yang segar. Anak-anak juga ikutan seru, mereka jadi tahu mana sayur yang baru dipetik, mana ikan yang segar. Dan tahu nggak? Makanan buatan sendiri itu rasanya lebih 'nendang' loh!
Kami juga mulai pikirin soal belanja. Nggak lagi sembarangan beli, tapi lebih selektif. Lebih suka barang yang tahan lama dan multifungsi. Oh, dan kami juga jadi fans berat tas belanjaan kain. Nggak cuma karena ramah lingkungan, tapi juga karena unik dan bisa dicuci ulang.