Suatu ketika, dalam pulang dari perjalanan dinas ke Madiun, saya harus berpisah dari rombongan di Kediri, saya melanjutkan ke Surabaya dan teman-teman melanjutkan ke Malang. Dari Kediri ke Surabaya saya naik bus PO. "XYZ".
Dalam perjalanan dari Kediri ke Surabaya, saya mencoba mengukur kecepatan bus PO. "XYZ" yang saya tumpangi menggunakan aplikasi android Go Ride.
Sesampai di Terminal Bungurasih didapatkan rata-rata kecepatan 44,1 km/jam dengan jarak tempuh 94,4 km dan waktu 2 jam 8,5 menit. Lihat gambar berikut.
Tentu saja, di perjalanan terjadi perlambatan karena arus lalu lintas yang padat, traffic light berwarna merah, sedang menaikkan dan menurunkan penumpang, melintasi terminal di beberapa kota yang dilintasinya.
Dari Terminal Kediri ke Terminal Surabaya, sebenarnya jika menggunakan kendaraan mobil pribadi adalah 1 jam 59 mnt (114 km) versi aplikasi Google Maps dan melewati jalan tol yang ada.
Oh ya, bus ini tidak melewati jalan tol sama sekali., karena banyak penumpang yang naik-turun di beberapa tempat.
Beberapa kali saya amati, kecepatan tertinggi yang dapat saya "capture" adalah 88,8 km/jam, dan pernah mencapai 90 koma sekian, tidak dapat di atas 95 km/jam. Lihat gambar berikut.
Artinya, mungkinkah kita memberikan toleransi pada setiap kendaraan bus antar kota untuk melajukan bus tersebut di atas 80 km/jam?Â
Bayangkan jika hanya dibolehkan "top speed" sekitar 60 km/jam (batas nyaman kecepatan berkendara) dengan situasi dan kondisi jalan serta arus lalu lintas yang ada, tentu saja penumpang akan "berlama-lama" di jalan.
Sebenarnya kecepatan di atas 60 km/jam itu hanya dilakukan ketika arus lalu lintas sepi atau ketika sedang menyalip kendaraan lain semisal truk tangki yang hanya boleh maksimum 60 km/jam.
Kebiasaan kita yang terkadang "memaki-maki" pak sopir bus karena melebihi batas kecepatan, seharusnya disertai "bukti empiris" terlebih dahulu.Â
Apakah adil "men-judge" pak sopir berbuat "ugal-ugalan", padahal waktu tempuh tak secepat yang kita harapkan ketika kita berada di dalamnya?
Memang sih, ada pak sopir yang ugal-ugalan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H