Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Airmata di Akhir Badai

17 Januari 2024   00:09 Diperbarui: 17 Januari 2024   00:10 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Freepik/pvproductions

Airmata di Akhir Badai

Airmata takkan mampu membelokkan angin,
Biarlah ia berhembus, takdir yang tak terjinakkan.
Di tanah yang kokoh, kau berpijak dengan keyakinan,
Menyaksikan, airmata jadi mutiara pelipur lara.

Kala api menyala, panas memeluk erat,
Tak menghanguskan, melainkan hangat yang meredam.
Seperti pelukan ibu, atau cahaya mentari di senja,
Api itu, kini kehangatan, penjaga di malam sepi.

Dalam diam, kau belajar, airmata bukan akhir,
Ia pembuka jalan bagi hati yang pernah terluka.
Bagaikan embun pagi, menyegarkan jiwa yang gersang,
Menyadarkan, bahwasanya setiap kesedihan, punya akhirnya.

Dan di tanah yang kokoh ini, kau menemukan diri,
Diantara airmata dan api, kau temukan ketenangan.
Layaknya pelaut di tengah lautan, mengarungi badai,
Kau sadari, bahwa segalanya, akan menjadi indah pada waktunya.

Malang, 17 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun