MENYELAMI LAUTAN KRITIK
Di negeri tercinta, kata-kata terucap sinis,
Kritik bagai petir, menggelegar dalam bisu,
Dilihat sebagai serangan, bukan bimbingan kritis,
Namun, bukankah ia guru, bagi jiwa yang terus tumbuh?
Di mata mereka, hanya dendam dan nista,
Padahal, dalam kritik, biji pertumbuhan tersembunyi.
Kritik datang melintas, memotong keheningan,
Dengan tenang kita dengar, pelajaran tanpa henti,
Bukan sekadar cemooh, melainkan cerminan,
Mengajak kita menari, di antara kekurangan diri.
Dalam harmoni sosial, terkadang kita lupa,
Kritik adalah seni, memahat diri lebih bijak.
Menerima dan merenung, bukan dengan kemarahan,
Di setiap teguran, ada hikmah yang terpatri,
Bukan tentang menjatuhkan, atau merendahkan,
Namun tentang tumbuh, menuju langkah yang matang.
Kritik adalah kanvas, di mana kita melukis,
Perjalanan kita, menuju kebijaksanaan yang abadi.
Sidoarjo, 11 Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H