Ketiga, pemerintah perlu bekerja sama erat dengan sektor swasta, memanfaatkan keahlian dan sumber daya dari kedua belah pihak untuk membangun ekosistem pemberian pinjaman yang berkelanjutan dan berhasil.
Kemampuan fintech untuk memberikan solusi yang tepat dan responsif terhadap kebutuhan khusus kaum muda adalah kunci untuk memenuhi janji-janji ini.Â
Pendekatan ini tidak hanya mendorong inklusi keuangan tetapi juga menyajikan kerangka kerja yang berkelanjutan dan berkelanjutan bagi penyedia kredit.
Tantangan dan Risiko dalam Implementasi
Ketika mempertimbangkan janji paslon capres-cawapres untuk memberikan pinjaman tanpa jaminan atau kredit kepada pengusaha muda, penting untuk memahami tantangan dan risiko yang terkait dengan implementasinya.Â
Meskipun fintech berbasis ilmu data (data science) menawarkan solusi yang menjanjikan, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dengan hati-hati.
Pertama, risiko kredit adalah faktor yang signifikan.Â
Pinjaman tanpa jaminan secara inheren memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan pinjaman yang dijamin. Meskipun fintech dapat mengurangi risiko ini melalui analisis data yang canggih, masih ada kemungkinan gagal yang signifikan yang tidak dapat diabaikan.Â
Pihak berwenang dan lembaga keuangan harus siap menghadapi kemungkinan kerugian keuangan dan menilai dampaknya pada sistem ekonomi secara komprehensif.
Kedua, akses dan kesetaraan adalah masalah utama.Â
Meskipun tujuannya adalah memberdayakan kaum muda, terutama di daerah yang tidak dilayani oleh lembaga keuangan konvensional, harus dipastikan bahwa program ini dapat diakses secara adil oleh semua, termasuk mereka yang berada di daerah terpencil dan individu yang mungkin tidak memiliki literasi digital atau keuangan yang memadai.
Ketiga, privasi dan keamanan data adalah masalah.Â