A. Keuntungan sebesar $10 dari modal $20 terlihat lebih besar daripada keuntungan sebesar $10 dari modal $1000.
B. Sebaliknya, ketika kehilangan $10 dari modal $1000, dianggap sebagai kerugian yang signifikan. Namun, ketika mendapatkan $10 dari modal $20, terasa seperti keuntungan yang sangat kecil.
C. Asumsi bahwa membeli mobil baru untuk mengurangi biaya transportasi harian lebih menguntungkan daripada menggunakan transportasi umum seperti taksi, bus, atau yang lainnya setiap hari. Namun, biaya transportasi harian relatif kecil dibandingkan dengan nilai depresiasi mobil.
*****
Persepsi Keuntungan dan Kerugian dalam Pengambilan Keputusan Keuangan
Dalam dunia keuangan, persepsi seringkali memiliki peran yang lebih besar daripada kenyataan. Hal ini terlihat dalam tiga skenario yang dibahas: keuntungan dari berbagai modal, persepsi kerugian, dan evaluasi biaya dalam pembelian. Skenario ini menggambarkan bagaimana pikiran manusia, dengan semua kompleksitasnya, dapat memutarbalikkan logika ekonomi.
Mulai dengan pernyataan A, kita melihat bagaimana keuntungan $10 dari modal $20 terlihat jauh lebih besar daripada keuntungan yang sama dari modal $1000. Ini adalah contoh klasik dari relativitas keuangan, di mana nilai tidak hanya diukur dalam angka absolut tetapi juga dalam konteksnya.Â
Dalam kasus ini, proporsi keuntungan terhadap modal menjadi penentu nilai yang dirasakan. Fenomena ini menekankan pentingnya memahami psikologi di balik keputusan keuangan kita. Keuntungan yang sama dapat memiliki nilai psikologis yang berbeda tergantung pada konteksnya, memengaruhi keputusan kita lebih dari yang kita sadari.
Sementara itu, pernyataan B menggarisbawahi bagaimana kita seringkali lebih peka terhadap kerugian daripada keuntungan. Kerugian sebesar $10, meskipun nominalnya sama, terasa lebih berat ketika berasal dari modal $1000 dibandingkan dengan keuntungan yang sama dari modal $20. Ini adalah contoh aversi terhadap kerugian (loss aversion), yang merupakan aspek penting dalam teori prospek. Ini menunjukkan bahwa rasa takut akan kerugian seringkali mendorong keputusan kita lebih dari potensi keuntungan.
Terakhir, pernyataan C menyoroti pentingnya mempertimbangkan biaya kesempatan dan nilai depresiasi dalam keputusan keuangan. Contoh pembelian mobil baru versus menggunakan transportasi umum mengungkapkan bagaimana keputusan keuangan seringkali dibuat berdasarkan penilaian jangka pendek tanpa mempertimbangkan implikasi jangka panjang. Ini mengajarkan kita bahwa mempertimbangkan semua aspek keuangan, termasuk biaya yang tidak langsung atau tersembunyi, adalah kunci dalam membuat keputusan yang bijak.
Keputusan keuangan bukan hanya tentang angka, tetapi juga tentang bagaimana kita memahami dan menafsirkan angka tersebut dalam konteks yang lebih luas. Kesadaran akan bias kognitif dan emosional ini penting untuk mengembangkan keputusan keuangan yang lebih rasional dan efektif.
Mengatasi Bias dalam Pengambilan Keputusan Keuangan
Mengenali dan mengatasi bias kognitif dan emosional dalam pengambilan keputusan keuangan merupakan langkah penting untuk mencapai keputusan yang lebih objektif dan efektif. Bias-bias ini, seperti yang telah dibahas sebelumnya, dapat menghasilkan penilaian yang tidak akurat dan pilihan yang kurang ideal. Oleh karena itu, mengembangkan kesadaran diri dan alat untuk mengatasi bias ini menjadi sangat penting.
Pertama, mengakui bahwa emosi seringkali memengaruhi keputusan keuangan kita adalah langkah awal. Dalam kasus aversi terhadap kerugian, misalnya, memahami bahwa kecenderungan untuk menghindari kerugian bisa lebih kuat daripada keinginan untuk mendapatkan keuntungan dapat membantu kita mempertimbangkan pilihan secara lebih objektif. Ini memerlukan penilaian yang seimbang antara potensi keuntungan dan risiko kerugian, bukan menghindari risiko sama sekali.
Selanjutnya, ketika menghadapi relativitas keuangan, penting untuk menilai keuntungan dan kerugian dalam konteks yang lebih luas daripada hanya proporsi mereka terhadap modal. Misalnya, dalam mengevaluasi investasi, melihat kinerja keseluruhan dan potensi jangka panjang, bukan hanya keuntungan atau kerugian jangka pendek, dapat memberikan perspektif yang lebih akurat dan mengurangi pengaruh bias proporsional.
Di sisi lain, ketika mempertimbangkan biaya kesempatan dan nilai depresiasi, seperti dalam kasus pembelian mobil, memerlukan analisis yang lebih mendalam. Menganalisis total biaya kepemilikan, termasuk depresiasi, perawatan, dan biaya operasional, terhadap manfaatnya dapat membantu dalam membuat keputusan berdasarkan data dan fakta.
Terakhir, penting untuk menyadari bahwa tidak ada keputusan yang benar-benar bebas dari emosi atau bias. Namun, dengan menyadari bias-bias ini dan berusaha untuk mengatasi mereka, kita dapat membuat keputusan yang lebih seimbang dan rasional. Penggunaan alat dan strategi seperti analisis biaya-manfaat, konsultasi dengan penasihat keuangan, dan pendekatan berbasis data dapat sangat membantu dalam mengurangi pengaruh bias dalam pengambilan keputusan keuangan kita.
Melangkah ke Depan dalam Pemahaman Keuangan
Langkah selanjutnya dalam perjalanan keuangan yang bijak adalah melihat ke depan dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana bias kognitif dan emosional memengaruhi keputusan kita.Â
Kita perlu mengembangkan keterampilan yang tidak hanya fokus pada angka dan data, tetapi juga pada pemahaman yang lebih luas tentang perilaku manusia dan psikologi ekonomi. Dengan cara ini, kita dapat lebih baik mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan keuangan di dunia yang terus berubah.
Pertama, pendidikan keuangan yang berkelanjutan sangat penting. Dunia keuangan terus berkembang, dan begitu pula pemahaman kita tentang bagaimana keputusan dibuat.Â
Pendidikan keuangan yang berkelanjutan, yang mencakup aspek-aspek psikologis dalam pengambilan keputusan, dapat membantu kita tetap terkini dengan tren terbaru dan metodologi terbaik. Hal ini memungkinkan kita untuk mengidentifikasi dan mengatasi bias-bias yang mungkin memengaruhi keputusan kita.
Kedua, pemanfaatan teknologi dan alat keuangan juga penting. Alat-alat digital dan aplikasi pengelolaan keuangan, misalnya, dapat membantu kita melacak pengeluaran, mengelola investasi, dan membuat anggaran dengan lebih objektif. Teknologi ini dapat berperan sebagai pengecekan realitas yang berguna, mengurangi pengaruh emosi dan bias subjektif dalam pengambilan keputusan kita.
Ketiga, berkolaborasi dengan profesional keuangan yang memahami pentingnya psikologi dalam keuangan dapat sangat bermanfaat. Penasihat yang memahami nuansa perilaku keuangan dapat memberikan pandangan yang lebih seimbang dan objektif, membantu kita membuat keputusan berdasarkan logika dan bukan hanya emosi.
Terakhir, menjaga keseimbangan antara fleksibilitas dan disiplin dalam keputusan keuangan kita adalah kunci. Kita harus cukup fleksibel untuk menyesuaikan rencana kita seiring berubahnya kondisi keuangan, tetapi juga cukup disiplin untuk tetap pada tujuan jangka panjang kita. Dengan mempertahankan keseimbangan ini, kita dapat memastikan bahwa keputusan keuangan kita tidak hanya didasarkan pada logika dan data, tetapi juga mempertimbangkan aspek kemanusiaan dalam pengambilan keputusan.
Saat kita menghadapi masa depan, menggabungkan pemahaman yang lebih baik tentang bias kognitif dan emosional dengan pendekatan yang berbasis data dan berorientasi teknologi dapat membantu kita membuat keputusan keuangan yang lebih kuat dan berkelanjutan.Â
Kesadaran, pendidikan, dan adaptasi yang terus-menerus akan menjadi kunci untuk mengatasi tantangan keuangan dalam dunia yang terus berubah ini.
*Penulis adalah kandidat doktor ilmu administrasi bisnis Universitas Brawijaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H