Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Selembar Kain 40 x 40 Sentimeter Mampu Selamatkan Planet Bumi?

15 November 2023   07:00 Diperbarui: 15 November 2023   07:17 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, sebuah artikel dari Zero Waste Indonesia memberikan pandangan yang serupa tentang prevalensi tisu dalam kehidupan sehari-hari kita. Tisu, sebagai produk sekali pakai, tidak hanya berdampak pada pengurangan hutan, tetapi juga pada peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan. 

Dengan setiap pohon yang ditebang, kita kehilangan bagian penting dari ekosistem kita, yang berperan dalam mengurangi erosi, menyediakan habitat bagi satwa liar, dan menjaga kualitas udara. 

Menurut WWF, secara global, sekitar 270.000 pohon ditebang setiap hari untuk memproduksi tisu. Di Indonesia sendiri, sampah tisu mencapai angka yang mengkhawatirkan - 25 ribu ton.

Namun, ada harapan. Alternatif seperti sapu tangan menawarkan solusi yang lebih ramah lingkungan. Menurut artikel dari Teorimu.com (12/072023), mengganti tisu dengan sapu tangan bisa mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dan meminimalkan dampak lingkungan dari produksi tisu. 

Penggunaan sapu tangan juga lebih ekonomis dalam jangka panjang dan, dengan perawatan yang tepat, dapat menjadi pilihan yang lebih higienis. Kita dapat mengambil langkah-langkah kecil namun signifikan untuk mengurangi jejak karbon kita dengan beralih ke sapu tangan, tindakan yang selaras dengan gaya hidup berkelanjutan.

Ilustrasi pilek. (Sumber gambar: Shutterstock/milaphotos)
Ilustrasi pilek. (Sumber gambar: Shutterstock/milaphotos)
Namun, ada argumen yang mendukung penggunaan tisu dalam situasi tertentu, seperti yang diungkapkan dalam artikel dari Merdeka.com (2016). Dalam konteks kesehatan, terutama ketika seseorang mengalami pilek atau flu, tisu dapat lebih higienis karena dapat dibuang langsung setelah digunakan, mengurangi penyebaran kuman dan virus. 

Namun, bahkan dalam situasi ini, penting untuk mempertimbangkan dampak lingkungan dari tindakan kita dan mencari cara untuk mengurangi limbah, seperti dengan membuang tisu dengan benar atau mencuci tangan setelah menggunakan sapu tangan.

Dari sudut pandang ini, kita perlu untuk mempertimbangkan kembali kebiasaan kita dan mendorong perubahan perilaku yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Setiap pilihan yang kita buat memiliki dampak, dan dengan memilih alternatif yang lebih ramah lingkungan, kita bisa membuat perbedaan. 

Tindakan kita mungkin terlihat kecil, tetapi seperti tetesan air yang terus menetes dapat mengikis batu, demikian pula tindakan berkelanjutan kita dapat membawa perubahan yang signifikan. Setiap lembar tisu yang tidak kita gunakan, setiap pohon yang tidak perlu kita tebang, berkontribusi pada kesehatan planet kita.

Kita perlu membawa perubahan ini ke dalam rumah, tempat kerja, dan komunitas kita. Mengadopsi sapu tangan bukan hanya tindakan simbolis, melainkan langkah konkret menuju keberlanjutan. Dengan memilih bahan yang dapat dicuci dan digunakan kembali, kita mengurangi limbah dan mendukung ekonomi sirkular.

Ketika kita memilih sapu tangan, kita tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga mengambil langkah kecil namun penting untuk melindungi hutan kita, mengurangi limbah, dan melawan perubahan iklim. Ini adalah pilihan yang mencerminkan kepedulian kita terhadap lingkungan dan komitmen kita untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun