Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pembagian dengan Nol? Matematikawan Akhirnya Menyerah

14 November 2023   07:00 Diperbarui: 14 November 2023   07:13 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah keriuhan dan aktivitas dunia yang tak henti-hentinya, terdapat sebuah teka-teki yang erat kaitannya dengan inti matematika, sebuah dilema yang telah membingungkan para intelek terhebat umat manusia sepanjang masa: tindakan membagi dengan nol. Fenomena ini melampaui sekadar intrik matematika; ia berfungsi sebagai pintu gerbang menuju pemahaman mendalam tentang kosmos, rasionalitas, dan batas-batas kognisi kita.

Bayangkan, sejenak, sebuah angka, entah besar atau kecil, dibagi dengan nol. Apa yang akan terjadi? Matematika tradisional menyatakan ini adalah sesuatu yang tidak mungkin, sebuah entitas yang tidak ada, menggantung di atas kehampaan. Tapi mengapa? Mengapa pembagian dengan nol menjadi tabu dalam dunia matematika yang teratur dan logis?

Di sini kita memasuki ranah matematika filosofis, di mana angka dan logika bertemu dengan pertanyaan-pertanyaan besar tentang eksistensi dan realitas. Pembagian dengan nol bukan hanya tentang angka; ini adalah perenungan tentang ketakberhinggaan, tentang batas, dan apa yang terjadi ketika kita mencoba mendorongnya. Dalam konteks ini, pembagian dengan nol menjadi metafora yang kuat untuk usaha manusia menghadapi ketidakmungkinan.

Sepanjang sejarah, banyak filsuf dan matematikawan telah bergulat dengan konsep ini. Mereka bertanya, bagaimana sesuatu yang tampaknya tak terbatas dapat dipahami dan didefinisikan? Dapatkah logika manusia, dengan semua keterbatasannya, benar-benar memahami konsep yang begitu jauh dari pengalaman empiris kita?

Ketika kita berbicara tentang pembagian dengan nol, kita berbicara tentang paradoks -- situasi di mana aturan yang tampaknya logis mengarah pada kesimpulan yang kontradiktif atau tidak masuk akal. Ini mirip dengan paradoks terkenal lainnya dalam sejarah pemikiran manusia, seperti paradoks pembohong atau kucing Schrodinger dalam fisika kuantum. Semua ini mengajarkan kita bahwa di luar ranah logika yang tegas, terdapat area ketidakpastian, di mana jawaban yang jelas dan pasti memberi jalan kepada pertanyaan yang lebih dalam.

Pertanyaan-pertanyaan ini membawa kita kepada epistemologi, yang mempelajari pengetahuan. Bagaimana kita bisa memahami sesuatu? Darimana pengetahuan kita berasal? Dalam konteks pembagian dengan nol, kita ditantang untuk memikirkan bagaimana kita memahami konsep yang tampaknya sederhana namun sebenarnya sangat kompleks. Apakah pengetahuan kita tentang matematika -- dan alam semesta secara umum -- definitif, atau selalu ada ruang untuk keraguan, eksplorasi, dan penemuan baru?

Mari kita juga pertimbangkan realitas versus abstraksi. Pembagian dengan nol dalam matematika mungkin tidak memiliki analog langsung dalam pengalaman fisik kita. Di sini, matematika sebagai bahasa alam semesta menunjukkan keterbatasannya. Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa meskipun matematika adalah alat yang luar biasa untuk memahami dunia di sekitar kita, ada aspek-aspek realitas yang mungkin selamanya luput dari pemahaman manusia secara keseluruhan.

Lantas, apa makna pembagian dengan nol dalam pencarian kita akan kebenaran? Ia merupakan representasi dari usaha terus-menerus manusia untuk memahami yang tidak dapat dipahami, untuk memberikan struktur pada kekacauan, dan memberikan makna pada yang tampaknya tidak signifikan. Pembagian dengan nol mengingatkan kita bahwa di dalam setiap kepastian, terdapat benih keraguan, dan dalam setiap jawaban, awal dari pertanyaan baru.

Pada akhirnya, pembagian dengan nol bukan hanya pertanyaan matematika; ini adalah refleksi dari perjalanan intelektual manusia. Ini adalah pengingat bahwa ada lebih banyak misteri di alam semesta daripada yang dapat dijawab oleh logika dan matematika kita. Setiap pembagian dengan nol, setiap paradoks yang belum terpecahkan, adalah undangan untuk terus bertanya, mencari, dan merenung.

Dalam kontemplasi ini, pembagian dengan nol menjadi lebih dari sekadar anomali matematika; ia menjadi simbol dari pencarian abadi manusia akan pengetahuan, pemahaman, dan mungkin, pada akhirnya, kebijaksanaan. Ini adalah perjalanan yang tidak pernah benar-benar selesai, perjalanan di mana setiap jawaban yang ditemukan hanya membuka pintu ke lebih banyak pertanyaan. Dan mungkin, dalam pencarian tak berujung ini, kita menemukan keagungan dan misteri sejati alam semesta dan posisi kita di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun