Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tidak (akan) Ada Pahlawan Tanpa Penjahat

10 November 2023   23:20 Diperbarui: 11 November 2023   06:00 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada malam yang dingin dan sunyi ini, itu mengingatkan saya pada pepatah lama yang sering terdengar di masyarakat kita, "Tidak ada pahlawan tanpa penjahat."

Kata-kata ini menggema dalam pikiran saya, menarik kembali tirai-tirai kenangan dan pemikiran yang mendalam.

Di awal perjalanan setiap pahlawan, sering kali ada bayangan kejahatan yang merayap mendahuluinya. Seperti benih yang ditanam dalam kegelapan, kejahatan muncul sebagai entitas yang sudah ada, menunggu di balik keheningan yang mengintai.

Dalam setiap cerita yang kita kenal, kejahatan adalah yang pertama bergerak, sumber dari semua konflik yang akhirnya menciptakan pahlawan.

Kejahatan ini, seperti musim kemarau yang panjang dan gelap, menjadi panggung bagi pahlawan untuk bangkit dan bersinar. Ini bukan hanya tentang konflik antara kebaikan dan kejahatan, tetapi juga tentang seberapa sering kejahatan mendahului kebaikan, memberikan panggung bagi tindakan heroik untuk terjadi.

Refleksi ini membawa saya pada pemikiran lain: bahwa dalam banyak cerita, penjahat seringkali lebih banyak jumlahnya daripada pahlawan.

Seperti bintang-bintang di langit malam, mereka tersebar, masing-masing dengan keunikan mereka sendiri. Namun, di antara kerumunan ini, seringkali hanya ada satu pahlawan yang berdiri melawan mereka.

Satu sosok yang dengan berani menghadapi gelombang kejahatan yang tidak kenal lelah. Ini adalah perjuangan yang tidak seimbang, perang satu lawan banyak, tetapi itulah yang membuat cerita heroik begitu menarik.

Pahlawan menjadi simbol keteguhan, keberanian yang teguh di tengah kekacauan dan kejahatan yang tak pernah berakhir.

Selanjutnya, dalam cerita-cerita, kejahatan seringkali tampaknya beregenerasi, tidak pernah habis atau berkurang. Seperti mitos Hydra yang tumbuh dua kepala setiap kali satu dipotong, kejahatan terus muncul dalam berbagai bentuk dan wajah.

Ini menjadi cerminan dari eksistensi kita dalam kehidupan nyata, di mana masalah dan tantangan terus muncul, seringkali dalam bentuk yang baru dan tak terduga.

Konsep ini menekankan bahwa kehidupan adalah siklus perjuangan yang tak pernah berakhir, di mana pahlawan harus terus beradaptasi, belajar, dan tumbuh menghadapi tantangan baru yang tak pernah berhenti datang.

Namun, yang paling menarik bagi saya adalah gagasan bahwa kejahatan lebih mudah terorganisir.

Dalam banyak cerita, penjahat sering kali terlihat lebih terkoordinasi, memiliki jaringan dan sumber daya yang lebih luas.

Mereka bekerja dalam bayangan, merajut rencana dengan efisiensi yang menakutkan. Ini merupakan refleksi dari dunia nyata, di mana kekuatan negatif seringkali tampak lebih bersatu dan terorganisir dalam mengejar tujuan mereka.

Sementara itu, kebaikan, seringkali terpecah-belah, berjuang untuk menemukan kesatuan dan koherensi. Ironisnya, kebaikan seringkali memerlukan waktu lebih lama untuk berkumpul dan menemukan kekuatan bersama.

Refleksi-refleksi ini membawa kita pada pertanyaan-pertanyaan yang lebih besar tentang sifat manusia dan masyarakat.

Mengapa kejahatan seringkali tampak lebih kuat dan lebih terorganisir? Apakah itu karena sifat dasar manusia yang cenderung ke arah kepentingan diri dan kekuasaan? Ataukah itu karena struktur sosial kita yang memungkinkan kejahatan berkembang dan berakar lebih dalam?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini mungkin tidak sederhana, tetapi melalui kisah-kisah pahlawan dan penjahat, kita dapat mulai memahami dinamika kompleks antara kebaikan dan kejahatan.

Di tengah refleksi-refleksi ini, saya menyadari bahwa kisah-kisah tentang pahlawan dan penjahat bukan sekadar cerita.

Mereka adalah cerminan dari realitas kita, sebuah cermin dari konflik internal dan eksternal yang kita hadapi setiap hari.

Kisah-kisah ini mengajarkan kita tentang keberanian, ketahanan, dan pentingnya melawan kejahatan, tidak peduli seberapa kuat atau menakutkannya.

Saat saya melihat keluar jendela dan melihat bintang-bintang yang menerangi langit malam, pikiran saya melayang pada pahlawan-pahlawan tanpa akhir yang telah ada dalam cerita fiksi dan catatan sejarah.

Mereka berdiri teguh di tengah kegelapan, melawan gelombang kejahatan yang tak pernah berakhir. 

Kisah mereka adalah pengingat bahwa meskipun kejahatan mungkin muncul lebih dulu, dalam jumlah lebih banyak, dan lebih terorganisir, keberanian dan tekad seorang pahlawan selalu memiliki kekuatan untuk mengubah dunia.

Di akhir malam ini, saya tersenyum.

Pepatah "Tidak ada pahlawan tanpa penjahat" bukan sekadar ungkapan, tetapi sebuah kebenaran mendalam tentang kehidupan.

Ini adalah cerita tentang konflik abadi antara cahaya dan kegelapan, kebaikan dan kejahatan, pahlawan dan penjahat.

Dan di dalam setiap dari kita, terdapat potensi untuk menjadi pahlawan dalam cerita kita sendiri, tidak peduli seberapa besar atau kecil perjuangan yang kita hadapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun