Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Gak Bahaya Tah Seorang CEO Bertingkah seperti Manajer?

30 Oktober 2023   16:23 Diperbarui: 31 Oktober 2023   02:53 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era saat ini, di mana inovasi dan adaptasi cepat menjadi kunci kesuksesan, organisasi tidak dapat lagi membiarkan kreativitas individu terhambat oleh praktik manajemen yang ketinggalan zaman.

Dalam analisis ini, saya tidak mengusulkan agar pemimpin sepenuhnya melepaskan kendali. Sebaliknya, saya menganjurkan pendekatan manajemen yang lebih seimbang. 

Seperti yang dikatakan oleh Warren Bennis, seorang ahli kepemimpinan terkemuka, "Pemimpin terbaik adalah mereka yang paling tertarik untuk mengelilingi diri dengan asisten dan rekan yang lebih cerdas dari mereka." 

Dengan pendekatan yang lebih kolaboratif, di mana manajer diberikan kepercayaan dan bawahan diberdayakan untuk mengambil inisiatif, organisasi dapat mencapai kinerja yang optimal.

Menghormati Batasan dan Menghargai Keahlian

Sangat penting bagi para pemimpin untuk memahami pentingnya memberikan kepercayaan dan memberikan kekuasaan kepada bawahan mereka, sekaligus memberikan arahan dan bimbingan yang sangat diperlukan. 

Terlalu terlibat dalam seluk-beluk operasional berpotensi menghambat kemajuan dan kemajuan anggota tim, sehingga berdampak buruk pada produktivitas.

Keprihatinan kita terhadap pemimpin yang "mengurusi segala hal" bukanlah tanpa alasan. Dalam dunia yang semakin kompleks, pemimpin yang sukses adalah mereka yang menghormati batasan mereka sendiri, menghargai keahlian tim mereka, dan fokus pada visi jangka panjang organisasi. 

Tanpa pemahaman mendalam tentang pentingnya peran strategis dan delegasi, pemimpin berisiko menjerumuskan organisasi ke dalam ketidakpastian dan stagnasi.

Oleh karena itu, mari kita kembalikan esensi pemimpin, bukan sebagai pengendali segala, tetapi sebagai arsitek masa depan yang cerdas dan visioner.

Dalam dunia bisnis yang semakin kompleks dan dinamis, harapan saya adalah pemimpin akan melihat mikromanajemen sebagai apa adanya: sebuah halangan terhadap pertumbuhan, inovasi, dan produktivitas. 

Semoga, dengan kesadaran ini, kita dapat membangun budaya kerja yang lebih mendukung, kolaboratif, dan produktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun