Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Indonesia Joko Widodo, muncul sebagai salah satu kandidat kuat yang akan mendampingi Prabowo Subianto yang telah lama pensiun dari ketentaraan pada pemilihan presiden mendatang. Saat ini, Gibran menjabat sebagai Wali Kota Surakarta (Solo) dan belum mengumumkan keputusannya untuk mencalonkan diri sebagai wakil presiden, meskipun ada tekanan politik untuk melakukannya.
Beberapa sumber berita mencatat bahwa Gibran dianggap salah satu kandidat terkuat untuk bergabung dengan Prabowo dalam pemilihan presiden 2024. Namun, hingga baru-baru ini, Gibran belum memenuhi syarat usia untuk mencalonkan diri sebagai wakil presiden, karena undang-undang pemilihan Indonesia menetapkan usia minimum 40 tahun bagi calon wakil presiden, sementara usia Gibran saat ini baru 36 tahun. Namun, Mahkamah Konstitusi baru-baru ini mengeluarkan keputusan yang memungkinkan pejabat daerah terpilih untuk mencalonkan diri dalam pemilihan 2024 tanpa memandang usia, sehingga membuka peluang bagi Gibran untuk mencalonkan diri.
Joko Widodo, yang juga dikenal sebagai Jokowi, telah dituduh oleh para kritikus ingin mempertahankan kekuasaan setelah meninggalkan jabatan dengan membentuk koalisi antara keturunannya dan Prabowo. Meskipun demikian, keputusan akhir tentang siapa yang akan menjadi calon wakil presiden untuk Prabowo diperkirakan akan diambil dalam beberapa hari mendatang dalam pertemuan antara para pemimpin partai yang membentuk aliansi Prabowo yang terdiri dari tujuh partai.
Pada Mei 2023, dilaporkan bahwa Gibran dikabarkan telah bertemu dengan Prabowo di Surakarta untuk membahas kemungkinan politik ini lebih lanjut.
Analisis Secara Politik, Hukum, dan Sosial
Analisis mengenai kemungkinan Gibran Rakabuming Raka menerima atau menolak tawaran menjadi calon wakil presiden Prabowo Subianto memerlukan pemahaman yang mendalam tentang lanskap politik Indonesia saat ini dan proyeksi ke depan. Berikut adalah beberapa faktor dan perhitungan untung-rugi yang mungkin dihadapi Gibran:
Pengaruh Politik Keluarga
Menerima tawaran tersebut mungkin akan dianggap sebagai langkah untuk melanjutkan pengaruh politik keluarganya, terutama mengingat ayahnya adalah presiden saat ini. Hal ini dapat membangun platform politik yang kuat untuk Gibran di masa mendatang. Namun, kritik terhadap nepotisme dan kekuasaan dinasti mungkin akan meningkat, yang dapat merusak reputasi politik keluarga dan Gibran sendiri.
Dukungan Partai dan Aliansi
Dengan mendukung Prabowo, Gibran mungkin akan mendapatkan akses ke sumber daya dan jaringan partai Gerindra serta partai lain dalam aliansi Prabowo. Namun, hal ini juga mungkin menuntut kesetiaan politik dan kompromi yang dapat membatasi kebebasan Gibran untuk bertindak sesuai dengan keinginannya atau kepentingan konstituen di Solo.
Prospek di Pemilu 2029
Jika Gibran menjadi wakil presiden, ini akan meningkatkan profil nasionalnya dan memberinya platform yang kuat untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada 2029. Namun, jika aliansi dengan Prabowo tidak populer atau terdapat masalah besar selama masa jabatan mereka, ini dapat merugikan prospek politik Gibran di masa mendatang.
Tanggung Jawab dan Pengalaman
Peran wakil presiden akan memberikan pengalaman eksekutif nasional yang berharga, yang dapat menjadi aset besar untuk karir politik Gibran di masa mendatang. Namun, ini juga akan memisahkannya dari tugas-tugasnya sebagai Wali Kota Solo, yang juga merupakan posisi penting yang menawarkan kesempatan untuk membuat perubahan nyata di tingkat lokal.
Reaksi Publik dan Kritik
Keputusan Gibran untuk menerima atau menolak tawaran ini akan dievaluasi secara luas oleh publik dan media. Penerimaan positif dapat memperkuat posisinya, sementara reaksi negatif atau skandal terkait dapat merugikan.
Aspek Hukum dan Regulasi
Keputusan Mahkamah Konstitusi baru-baru ini telah mengubah persyaratan usia, tetapi kritik terhadap keputusan ini dan hubungan keluarga dalam sistem peradilan mungkin akan menciptakan kontroversi dan tantangan hukum lebih lanjut.
***
Secara keseluruhan, keputusan Gibran untuk menerima atau menolak tawaran menjadi cawapres akan membawa konsekuensi politik, hukum, dan publik yang signifikan. Gibran perlu mempertimbangkan dampak jangka pendek dan jangka panjang dari keputusannya, baik untuk karir politiknya sendiri maupun untuk reputasi dan pengaruh keluarganya dalam politik Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H