Keterangan foto: Penulis berada di perpustakaan pribadi Dr. Sinyo Harry Sarundajang (1945-2021), Mantan Gubernur Sulawesi Utara, pada tanggal 12 Nopember 2012. Terdapat 30 ribu buku dari berbagai disiplin ilmu. Perpustakaan ini terbuka untuk umum.
***
Ini adalah tulisan saya ke-101 di Kompasiana. Masih "newbie" dibandingkan akun-akun yang sudah centang biru, mereka rata-rata telah menulis di atas 1000 artikel. Kualifikasi saya masih lima persen saja dari mereka. Sangat jauh.
***
Ada masa, di suatu penghujung senja, di tengah riuh gemuruh dunia, munculah para ulama yang begitu mencintai ilmu hingga mereka mencurahkan seluruh jiwa raga mereka untuk menuliskannya. Mereka tak hanya penulis biasa, melainkan penulis yang telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menorehkan kata demi kata dalam ribuan jilid buku. Kisah-kisah mereka, begitu menggugah, menjadi sumber inspirasi bagi kita semua.
Mari kita melayang sejenak ke masa silam. Bayangkanlah diri kita berada di sebuah ruangan berdinding tebal dengan rak-rak penuh buku yang mengelilingi kita. Saat kita membaca, kita bisa merasakan detak jantung para ulama yang memenuhi setiap halaman. Mereka, dengan sepenuh hati, menuliskan ilmu yang mereka miliki agar kita, generasi penerus mereka, dapat memetik hikmah dan faedah darinya.
Muhammad ibnu Jarir Ath Thobari, seorang ulama besar, menulis rata-rata 40 lembar setiap hari. Bayangkan! Sebanyak itu! Dalam seumur hidupnya, ia telah menulis 584.000 lembar. Lalu, ada juga Imam Abul Wafa' 'Ali bin 'Aqil Al Hambali Al Baghdadi, yang karyanya begitu luas mencakup berbagai bidang ilmu. Kitab Al Funun yang ditulisnya mencapai 800 jilid, berisi segala macam ilmu, dari tafsir hingga tarikh.
Lalu, siapakah yang tak kenal dengan Ibnul Jauzi? Seorang ulama yang karyanya mencapai 2.000 jilid buku, dan yang ia baca saja mencapai 20.000 jilid. Itu artinya, jika kita hitung, ia telah membaca 6 juta lembar dan menulis sekitar 600 ribu lembar. Betapa luar biasa semangat dan dedikasinya!
Kemudian, di tengah-tengah zaman modern, di tanah air kita, Indonesia, muncul dua tokoh hebat yang juga telah memberikan kontribusi besar dalam dunia ilmu. Prof Dr Nurcholish Madjid, yang akrab disapa Cak Nur, dan Prof. Azyumardi Azra, keduanya merupakan guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Â
Keduanya memiliki semangat dalam memperdalam ilmu yang luar biasa. Cak Nur memiliki koleksi buku sebanyak 6.000 lebih, sementara Prof. Azyumardi Azra memiliki koleksi buku yang mencapai 12.000 lebih. Sayangnya, kini keduanya telah tiada. Namun, semangat dan dedikasi mereka dalam mempelajari dan menyebarkan ilmu tetap abadi dan menjadi inspirasi bagi kita semua.
Saat kita mendengar kisah-kisah mereka, apakah kita tidak merasa terpanggil? Terinspirasi? Terdorong untuk melakukan lebih dari yang kita lakukan saat ini? Mereka telah memberikan contoh bagaimana memanfaatkan waktu dengan baik, bagaimana meraih kesuksesan melalui ilmu, dan bagaimana menciptakan legasi yang abadi untuk umat Islam.
Menulis, bagi kita, bukanlah sekedar menorehkan kata-kata. Tetapi, itu adalah cara kita untuk berdakwah, menjaga ilmu, menambah wawasan, dan tentunya, memberikan faedah bagi banyak orang. Setiap kata yang kita tulis adalah kesempatan untuk mempengaruhi, menginspirasi, dan membantu orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, "Manusia yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang banyak memberikan kemanfaatan bagi orang lain." Inilah esensi dari semangat menulis. Menulis bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk kebaikan banyak orang.
Oleh karena itu, marilah kita bangkit. Ambil pena dan kertas, atau komputer dan keyboard. Mulailah menulis dengan penuh semangat dan cinta. Tak peduli seberapa besar atau kecil karya kita, yang terpenting adalah niat dan dedikasi kita.
Ingatlah, di balik setiap kata yang kita tulis, ada kesempatan untuk memberikan manfaat, ada kesempatan untuk meninggalkan jejak yang abadi. Dan mungkin, suatu hari nanti, kisah kita akan diceritakan kembali sebagai inspirasi bagi generasi yang akan datang.
Mari kita menjadi bagian dari legenda. Mari kita menjadi penulis yang tak hanya menulis, melainkan penulis yang memberi arti. Mari kita menuliskan kisah-kisah besar untuk umat Islam di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H