Pada suatu malam, ketika langit diliputi kegelapan dan kesunyian menyelimuti ruang, saya mendapati diri saya tenggelam dalam renungan mendalam. Salah satu status sahabat saya, yang memohon kerahasiaan namanya, telah memicu tali pikiran saya untuk menari-nari, mencoba mengurai misteri yang sedang menghampiri bangsa kita menjelang Pemilu 2024.
Sejatinya, kita semua menanti sebuah perubahan, sebuah cahaya yang bisa memandu kita melintasi jalanan kehidupan yang kerap kali licin dan penuh rintangan. Namun, apakah kita benar-benar melihat dengan jelas? Atau, kita hanya sibuk mengenakan kacamata filsafat yang sudah kita kenal, yaitu materialisme dan idealisme? Kedua filsafat ini mungkin telah menjadi pegangan kita selama ini. Materialisme, yang menempatkan materi sebagai esensi keberadaan, dan idealisme, yang percaya bahwa ide dan pikiran adalah inti dari segalanya.
Namun, ada satu hal yang sering terlupakan. Ada satu lensa yang jarang kita gunakan, tetapi mungkin saja merupakan kunci untuk memahami apa yang sedang terjadi di sekitar kita: Vitalisme. Filsafat ini memandang bahwa ada sesuatu yang irrasional, sesuatu di luar logika dan pemahaman kita yang menjadi pendorong realitas. Mungkin inilah yang sedang terjadi menjelang Pemilu tahun depan.
Ketika kita berbicara tentang "victim", apa yang terlintas di benak Anda? Sebuah gambaran seseorang yang tidak berdaya, yang menderita? Namun, apa yang sebenarnya terjadi jika kita melihat lebih dalam lagi? Bukankah mungkin ada turunan dari "victim" itu sendiri? Bukankah mungkin bahwa apa yang kita lihat hanyalah puncak gunung es, sedangkan yang tersembunyi di bawah permukaan jauh lebih mendalam dan mengerikan?
Pertama, kita memiliki "sacrifice" atau pengorbanan. Sebuah tindakan yang dilakukan demi kebaikan yang lebih besar, namun seringkali meninggalkan jejak luka yang mendalam bagi yang mengorbankan diri. Kedua, ada "spacegoat" atau korban dari kesalahan. Entitas yang dituduh dan dijadikan kambing hitam, yang menanggung beban kesalahan yang mungkin tidak sepenuhnya miliknya. Dan ketiga, "hecatomb", sebuah kata yang mungkin asing bagi banyak orang, namun menggambarkan sesuatu yang mengerikan: pembantaian.
Namun, apakah ketiga turunan ini benar-benar menjelaskan apa yang terjadi? Atau mungkin, apa yang kita hadapi adalah sekadar "imbuhan" dari victim itu sendiri, yang mengarah pada "victimization" atau tumbal. Sebuah persembahan yang diberikan, bukan atas dasar pilihan, melainkan atas dasar kebutuhan.
Saya berdiri di sini, di tengah-tengah kegelapan, mencoba mencari jawaban. Namun, satu hal yang saya sadari, ada hal-hal yang berada di luar jangkauan pikiran dan pemahaman kita. Ada misteri yang hanya bisa diungkap oleh Sang Pencipta. Hanya Dia yang tahu.
Dan saat kita mempersiapkan diri untuk Pemilu 2024, marilah kita buka mata, hati, dan pikiran kita. Marilah kita menggunakan semua lensa yang kita miliki, termasuk vitalisme, untuk memahami apa yang sedang terjadi di sekitar kita. Karena, mungkin saja, kunci dari semua misteri ini ada di depan mata kita, menunggu untuk ditemukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H