Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menghargai Kata Rindu

29 Agustus 2023   19:46 Diperbarui: 29 Agustus 2023   19:50 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kota yang dipenuhi dengan ribuan nyala lampu, dua hati dipisahkan oleh jarak yang tak terukur. Iqbal dan Farida telah terpisah selama berbulan-bulan akibat tugas dan komitmen masing-masing. Namun, cinta mereka tetap kuat, mengalir melewati jarak, waktu, dan segala rintangan.

Setiap malam, Farida duduk di jendela apartemennya, menatap cahaya bintang, memikirkan Iqbal. "Berulang kali, terbahas dalam sendiri," gumamnya, "Sampai kapankah kita terus begini?" Hatinya selalu bertanya-tanya kapan mereka bisa bertemu lagi.

Ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Iqbal. "Bersabarlah, Sayang," tulisnya, kata yang selalu diucapkannya setiap hari, memberikan kekuatan pada Farida .

Farida tersenyum sejenak, meski di dalam hatinya, keinginannya begitu kuat untuk bertemu dengan Iqbal. "Perdebatan yang tiada usainya," katanya, "Tentang kapan kita akan bertemu." Meskipun mereka sering berkomunikasi melalui video call, ada sesuatu tentang kehadiran fisik yang tak bisa digantikan oleh teknologi.

Iqbal, di sisi lain kota, duduk di balkon, memandangi langit yang sama. Ia merindukan hangatnya pelukan Farida, aroma parfumnya yang lembut, dan senyumnya yang selalu membuat hatinya hangat. Namun, ia tahu harus tetap kuat. "Kata kuat ini, hanya untuk kau tak menangis," batinnya, berharap Farida akan mengerti.

Mereka berdua memiliki satu pertanyaan yang sama: sanggupkah mereka mempertahankan cinta ini? Dalam keadaan seperti ini, dengan jarak yang memisahkan, apakah mereka bisa bahagia sampai tutup usia?

Hari berlalu, dan saatnya pun tiba. Di sebuah kafe yang dikelilingi oleh dedaunan hijau, Iqbal dan Farida bertemu. Matanya berkaca-kaca saat mereka berpelukan. Tidak ada kata yang perlu diucapkan, karena mereka tahu, cinta mereka lebih dari sekadar kata-kata. Ini adalah perasaan, sesuatu yang mendalam dan abadi.

"Mungkin saatnya kita menghargai kata rindu," bisik Farida di telinga Iqbal.

Dan dalam pelukan itu, mereka menemukan kebahagiaan yang sempurna. Jarak, waktu, dan segala rintangan tak berarti apa-apa dibandingkan dengan cinta mereka yang abadi.

* Terinspirasi lagu Salma Salsabil "Menghargai Kata Rindu"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun