Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menguak Kebenaran dengan Rasa Penasaran: Mengasah Pikiran Kritis ala Socrates

26 Agustus 2023   18:31 Diperbarui: 26 Agustus 2023   20:07 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/photos/tanda-tanya-pilihan-keputusan-bolam-3839456/

Membangun Kecerdasan Melalui Semangat Tanya

Pemikiran kritis adalah inti dari intelektualitas manusia. Dalam pencarian tak henti akan kebenaran, filsuf Yunani kuno Socrates memahami bahwa fondasi pemikiran yang kuat terletak pada kemampuan untuk mengajukan pertanyaan yang tepat. Dia tidak hanya mempertanyakan dunia di sekitarnya, tetapi juga membongkar lapisan-lapisan kebenaran yang tersembunyi di balik pandangan yang lazim. Dengan semangat penasaran, Socrates memicu revolusi intelektual yang mengilhami manusia untuk merayakan keraguan dan memandang klaim-klaim dengan kecurigaan sehat.

Pendekatan pertanyaan Socrates adalah percakapannya dengan Euthydemus. Socrates bertanya kepadanya apakah berbohong dianggap tidak bermoral. Tentu saja, jawab Euthydemus. Dia pikir itu sudah jelas. Tapi bagaimana, Socrates bertanya, jika teman Anda merasa sangat sedih dan mungkin akan bunuh diri, dan Anda mencuri pisaunya? Bukankah itu tindakan curang? Tentu saja. Tapi bukankah itu bermoral daripada tidak bermoral untuk melakukan itu? Ini adalah hal yang baik, bukan yang buruk – meskipun merupakan tindakan yang menipu. (Warburton, N. (2012). A Little History of Philosophy. New Haven, CT; London: Yale University Press)

Dalam masa ketidakpastian dan kelambatan pemikiran, semangat tanya Socrates adalah sumber kekuatan yang mencerahkan jalan kebenaran. Pendidikan modern sering kali mengajarkan pengetahuan yang sudah diterima tanpa memberi ruang bagi pertanyaan. Namun, seperti yang diilustrasikan dalam dialognya dengan Euthydemus, Socrates mengajarkan bahwa pertanyaan adalah alat yang paling efektif untuk menerangi sudut-sudut yang gelap dalam pemahaman kita.

Contoh sederhana seperti pertanyaannya tentang kebohongan mengungkapkan kompleksitas moral dan etika. Bagaimana kita memahami kebenaran dan kebohongan? Apakah semuanya berada dalam spektrum hitam-putih? Socrates merinci nuansa yang sering terabaikan dan memaksa kita untuk menghadapi paradoks yang melekat dalam kehidupan kita. Dalam membayangkan teman yang terancam bunuh diri dan mencuri pisaunya, dia menciptakan lingkaran refleksi yang memeriksa landasan moral kita. 

Tindakan yang tampak buruk bisa jadi memiliki niat baik di belakangnya. Pada titik ini, semangat tanya melangkah maju untuk mengeksplorasi kompleksitas moral dengan menggali lebih dalam ke dalam aspek kemanusiaan yang ambigu.

Namun, semangat tanya Socrates bukanlah semata-mata tentang menggali paradoks. Ia mendorong kita untuk mengeksplorasi asumsi-asumsi yang kita terima begitu saja. Kepercayaan buta pada apa yang diucapkan oleh otoritas bisa meredam inovasi dan kemajuan. Mengajukan pertanyaan yang mencakup "mengapa?" dan "bagaimana?" memungkinkan kita untuk menemukan sebab-sebab yang mendasari dan solusi yang lebih baik. Melalui semangat tanya ini, kita membebaskan diri dari pengetahuan yang statis dan berani merangkul pembelajaran berkelanjutan.

Dalam dunia yang semakin kompleks dan dinamis, semangat tanya adalah panduan yang sangat dibutuhkan. Meskipun pemahaman kita terus berkembang, Socrates mengingatkan kita akan kelemahan yang mungkin muncul dari kebijaksanaan yang diterima secara kaku. Pengetahuan adalah produk dari waktu dan konteks, dan kebenaran mungkin tersembunyi di balik sekat-sekat pengetahuan kita. Jika kita tidak mencari dengan semangat tanya, kita bisa terjebak dalam pengulangan rutin yang menghalangi perubahan.

Semangat tanya juga melibatkan keterlibatan aktif dalam proses belajar. Memang, mempertanyakan klaim-klaim yang ada adalah cara terbaik untuk merangsang pemikiran kritis. Tanpa pertanyaan, pemahaman kita hanya akan mengambang di permukaan, terhenti pada apa yang sudah kita tahu. Oleh karena itu, pendidikan yang kuat harus mendorong semangat tanya sejak dini, memberi ruang bagi eksplorasi dan eksperimen intelektual yang membangun fondasi pemikiran yang kuat.

Dalam era informasi yang berlebihan, semangat tanya Socrates adalah alat pertahanan melawan manipulasi dan disinformasi. Dengan keterampilan mengajukan pertanyaan yang kuat, kita dapat menyaring informasi yang datang kepada kita dan membedakan antara fakta dan pandangan yang didorong oleh kepentingan. Kritisisme yang cerdas dan keraguan yang sehat adalah baju besi yang melindungi kita dari pengaruh negatif yang dapat memengaruhi pandangan dunia kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun