Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tesis, Antitesis, dan Sintesis: Landasan Dialektika Hegel dalam Eksplorasi Pengetahuan

26 Agustus 2023   13:46 Diperbarui: 26 Agustus 2023   13:48 7692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://www.istockphoto.com

Untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang bagaimana Dialektika Hegel dapat diterapkan dalam konteks akademis, mari kita pertimbangkan kasus studi dari seorang mahasiswa yang mengejar gelar dalam ilmu politik. Pada tahap awal studinya, mahasiswa ini memiliki tesis bahwa kebijakan luar negeri yang agresif adalah cara terbaik untuk mengamankan kepentingan negara. Namun, ketika dia mulai mengeksplorasi pandangan lain melalui pembacaan dan diskusi di kelas, dia menemukan antitesis dalam bentuk argumen bahwa diplomasi lebih efektif dalam membangun kerja sama internasional.

Konflik antara tesis dan antitesis ini memaksa mahasiswa untuk melibatkan diri dalam pemikiran kritis dan refleksi mendalam. Namun, melalui proses ini, dia tidak hanya menginternalisasi pandangan baru, tetapi juga berusaha untuk mengintegrasikan kedua pandangan tersebut. Hasilnya adalah sintesis yang lebih matang: pemahaman bahwa pendekatan terbaik mungkin berada di suatu tempat di antara keduanya, di mana kebijakan luar negeri yang efektif bergantung pada kombinasi strategi agresif dan diplomasi yang cerdas.

Kesimpulan

Dalam dunia akademis yang terus berkembang, teori Dialektika Hegel memberikan landasan yang kuat untuk memahami proses evolusi pengetahuan. Melalui konsep tesis, antitesis, dan sintesis, Dialektika Hegel mengajarkan kita tentang nilai konflik dan integrasi dalam mencapai pemahaman yang lebih mendalam. Ini adalah pendekatan yang relevan dalam menghadapi kompleksitas subjek akademis yang beragam.

Sebagai akademisi, kita harus menyadari bahwa setiap pandangan atau teori adalah bagian dari proses yang lebih besar. Pemahaman kita akan terus berkembang melalui konflik gagasan, pertentangan argumen, dan upaya untuk menggabungkan elemen-elemen yang berbeda. Dalam upaya ini, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam dan menghasilkan kontribusi orisinal yang memajukan bidang pengetahuan kita.

Akhirnya, konsep Dialektika Hegel mengingatkan kita untuk tetap terbuka terhadap sudut pandang alternatif dan untuk menjadikan proses integrasi sebagai tujuan akhir. Dalam perjalanan akademis kita, mari kita selalu mencari sintesis yang lebih komprehensif, mengintegrasikan konflik dan memelihara semangat eksplorasi yang tak berkesudahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun