Hari minggu terasa begitu nikmatnya, ketika punggung pegal ini menyentuh hangat dan empuknya sofa merah pemberian mamah waktu gua baru pindah ke kos-kosan ini. Ngechill sambil nonton filmnya Zara Adhisty yang peran dan aktingnya selalu membuat hati gua berdebar-debar.
"AKHHH..NIKMATNYAA..HARI LIBURR..."
Karena terlalu fokusnya gua menonton, perut tiba-tiba berbunyi, tandanya gua harus mengambil martabak keju cokelat yang semalam gua beli waktu habis dari rumah teman.
Beranjaklah tubuh malas ini ke kulkas yang berada di ujung dapur.
Gua buka kulkas ini dengan penuh gairah dan rasa lapar, ketika pintu kulkas baru terbuka sepertiganya, wangi-wangi pasar ikan di Muara Baru mulai menggerayangi lubang hidung gua. Spontan kerah kaus kutang gua jadi masker darurat. "Anjir ni kulkas apa pasar ikan Muara Baru si.."
Tanpa banyak pikir, langsung saja gua ambil bungkus martabak yang berada di bagian tengah, dan menutup pintu kulkas rapat-rapat. "BLEKKK..." suara menutup kulkas.
Lanjutlah gua menonton sambil makan martabak keju cokelat dengan rasa tambahan ikan yang begitu menggugah selera hewan liar.
Iya hewan liar.
Anehnya gua menikmati dengan baik, apakah gua termasuk hewan liar ? Tidak tahu.
Slang waktu lima menit, tiba-tiba suara seperti cakaran terdengar dari bagian dapur.
"KRESEKKK..KRESEKKK.."
Gua menolehkan kepala dari sofa untuk memastikan apa itu.
Saat gua lihat, ternyata ada kucing anggora berwarna oranye dengan tubuh yang sedikit kurus, dan sedang berusaha masuk lewat jendela dapur gua. Pertanyaan di kepala gua langsung muncul, "Kenapa tiba-tiba ada kucing ya ?"
Setelah gua menelaah berbagai kemungkinan, ada satu kemungkinan yang sangat jelas, yaitu aroma kulkas gua yang baunya kaya pasar ikan Muara Baru. Akan tetapi gua juga curiga, kalau dia sebenarnya ingin merebut martabak ini ? tidak akan ku biarkan.
Karena gua termasuk pecinta hewan yang dermawan, gua berniat untuk membagi dia sedikit makanan yang gua punya. Gua buka lah jendela dapur, dan ternyata namanya Blue yang mana terlihat dari gantungan kalungnya.
"SREKKK.." suara membuka jendela.
Tanpa adanya tatakrama dan sopan santun kucing itu langsung lompat ke martabak yang gua taruh di meja dapur. WUSHHH..
"Eh sialan lu kucing, martabak spesial gua diembat ajee." saut gua.
"MEOWWWW..." disaut kembali oleh kucing oranye itu.
Dimulai lah sebuah perkelahian dua hewan liar yang sedang memperebutkan makanan mereka.
Gua ambil tindakan langsung untuk merebut martabak yang berharga itu.
"Sini ah gua ambill..." ujar gua sambil mengambil martabak di meja dapur yang sudah di maling sebagian.
Dan langsung saja gua hempaskan dia dari meja dapur.
"MEWWWWW...." raungan macan bringas yang tidak tahu diri.
Gua gak habis pikir sama kucing bernama Blue ini, mengapa majikannya tidak mengajarkan tatakrama dan sopan santun, kalau perlu disekolahkan di SDK (Sekolah Dasar Kucing).
Gua perhatikan dengan seriusnya kucing ini, dari cara dia makan tidak menunjukkan seperti kucing domestik pada umumnya. Dan terkesan seperti macan yang sedang memangsa seekor rusa di padang rumput.
Setelah selesai makan dari hasil malingannya itu, dia langsung pasang posisi bertempur ke gua. Badan yang tegak, ekor yang menjulang tinggi, dan bulu yang memegar.
"Ini kucing apa macan si, ga ada imut-imutnya." gua yang heran.
Dengan insting buasnya itu, dia langsung menyerang kaki gua. Sontak gua langsung kaget dan lompat karena melihat tindakan kucing itu ke gua. Dan sialnya dia mengejar kaki gua.
Gua berlari dengan sekuat tenaga di dalam rumah, dan berteriak.
"AHHHH..INI KUCING KENAPA GANGGUUU HARI LIBUR GUAAAAA..."
Disaat kejar-kejaran itu sudah berlangsung selama satu jam. Kucing itu perlahan berhenti dan terlihat berjalan sedikit pincang. Gua menyadari satu hal pada kucing itu. Ternyata dia memiliki luka dibagian kaki belakangnya yang tertutup bulu lebat.
Dengan penuh rasa iba dan sedikit kesal, gua ambil kota P3K yang gua punya.
Gua beranikan diri untuk mengelus kepala dan memegangnya dengan hati-hati. Ternyata dia tidak seagresif sebelumnya, mungkin karena kelelahan dan dia merasa sakit pada kakinya. Akhirnya gua dengan penuh rasa hati-hati memberikan obat merah dan membalut lukanya dengan perban pada kaki kucing itu.
Ternyata dia tidak menunjukkan tanda-tanda ingin menyerang, setelah apa yang gua lakukan pada kucing bernama Blue ini.
Gua berasumsi, sepertinya si Blue ini tersesat dari rumah majikannya, sehingga kelaparan dan mungkin sempat terlibat perkelahian dengan kucing lain, dan karena hal ini lah membuat dia menjadi agresif seperti sebelumnya.
Gua memberi dia tempat tidur beralaskan kain bekas yang gua ambil dari gudang. Dan dia beristirahat dengan tenang. Gua pun mencari cara bagaimana untuk mengembalikan si Blue ini kepada majikannya.
Setelah gua perhatikan kalungnya, ternyata dibalik gantungan namanya terdapat alamat beserta nomor pemiliknya. Langsung lah gua menghubungi nomor pemiliknya.
"Halo, dengan pemilik kucing bernama Blue ya?"
"Oh iya benar Mas, saya sudah mencari-cari Blue kurang lebih selama seminggu. Kucing saya ada sama Masnya ya?"
"Iya Mbak, kucingnya tadi masuk ke rumah saya lewat jendela dapur. Kucing Mbak terluka di bagian kaki belakangnya, kayaknya sempet berantem sama kucing liar deh.., tapi udah saya obatin kok Mbak."
"Oh makasi banyak ya Mas, udah ngobatin kucing saya. Mohon maaf ya Mas ngerepotin jadinya.., kalo gitu kasih saya alamat Mas sekarang. Saya akan menuju rumah Masnya hari ini juga."
Singkat cerita gua memberikan alamat rumah gua.
Sepuluh menit kemudian, ketukan pintu sudah terdengar di kuping gua. Gua membuka pintu dan melihat majikan macan bringas ini. (Dalam hati: ANJIRRR CAKEPP JUGAA MBAKNYAAA..)
Gua yang tadinya sedikit kesal, berangsur menjadi berbunga-bunga.
"Kenalin Mas saya majikan Blue, Clarissa." ucap mbak-mbak wangi ini.
"Ke..kenalin saya Di." Gua yang ngenalin diri dengan penuh rasa deg-degan.
"Silakan masuk mbak Clarissa, Blue ada di ruang tamu saya."
"Oh iya Mas Dio."
Masuklah Mbak Clarissa, dan melihat si Blue yang tertidur di ruang tamu gua.
"Blueeee...aku kangen banget sama kamuuuuu..." ucap Mbak Clarissa dengan penuh rasa rindu.
"Meoowww..." saut lembut macan bringas itu.
"Wah imutnyaa.." ucap gua yang kelihatan ikut senang padahal menyimpan dendam.
Tiba-tiba,
"Hmm..ngomong-ngomong bau ikan yaa.." celetuk Mbak Clarissa.
"Hehe..itu kayanya tetangga sebelah habis mancing ikan tadi. " Gua yang bohong demi menghindari image buruk rumah gua.
"Ohhh..pantesan ya.."
"Hehehe..Iya.." (Dalam hati: Ahh selamattt...)
Akhirnya Mbak Clarissa mengemas Blue dengan keranjang kucing yang dia bawa, dan langsung bergegas pamit pulang.
"Mas Dio aku pamit pulang yaa.."
"Oo iya Mba, lain kali dijaga ya si Blue, aga galak sama saya tadi hehehe.."
"Iya Mas saya gak akan ngelepas mata saya dari kucing ini, dia emang gitu kalo sama orang baru.."
"Oo iya Mas..saya ada bawaan makanan, tadi habis dari toko suhsi, jadi sekalian saya bawain, tolong diterima ya, anggap aja ini sebagai tanda terimakasih dari saya."
Gua yang melihat manis serta baiknya Mbak ini langsung kesemsem, 'Ohh iya mbakk, makasi banyak yaa..'(Dalam hati: AKHIRNYAAA MARTABAKK GUA TERBAYARKANNN...)
"Lain kali nanti kita bisa ngobrol bareng lebih lama lagi ya kalo mauu.."
Gua yang merasa ini tanda lampu hijau langsung menjawab, "Iya Mbak iya..kabarin aja nanti saya sempetin kokk..."
"Oke kalo gitu ya Mas saya pamit dulu..Iya Mbak Clarissaa..hati-hati ya.."
"Iya Mas Dioo.."
Singkat cerita Mbak Clarissa langsung berangkat pulang dengan mobil sedan nya yang berwarna putih itu. Dan gua, akhirnya bisa menikmati hari minggu gua dengan sekotak sushi yang istimewanya bukan main, yang mana dari Mbak-Mbak wangi, baik, dan cantik.
"AKHHH.. TERIMA KASIHH MACAN PENCURI MARTABAKKK..." Gua yang senangnya bukan main dengan apa yang telah terjadi hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H