Mohon tunggu...
Syahid Arsjad
Syahid Arsjad Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Diskusi

penikmat kehidupan penuh warna, suka membaca, diskusi dan menulis. follow di twitter : @syahid_arsjad

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun Peradaban di Tengah Belantara

29 Januari 2018   11:05 Diperbarui: 29 Januari 2018   11:33 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati saya bergetar mendengar lantunan ayat suci dengan sound system yang jernih. Air mata saya menetes mendengar ayat-ayat Allah dilantunkan di tengah belantara.  Pesantren Husnayain sebenarnya sudah mendapat listrik dari PLTMH yang di bangun oleh desa setempat. tapi hanya mendapat jatah 2 A atau sekitar 450 watt. saya juga melihat ada 2 panel surya kapasitas 100 wp terpasang di mesjid dan di rumah ustadz, tapi Tentulah jauh dari cukup untuk kebutuhan pesantren dengan siswa 200 orang yang mondok disana ditambah puluhan guru. Untuk mengangkat sound sistem dan pompa air saja sudah keteteran. 

suasana masjid lama
suasana masjid lama
Panel surya 200 wp yang saya bawa akan dipasang di masjid yang baru dibangun. Masjid lama yang terbuat dari kayu memang sudah lapuk dan terasa sesak menampung santri yang sholat dzuhur. Saya bisa membayangkan sesaknya mesjid ini jika sholat jumat bersama warga disekitar pondok. dengan kapasitas 200 wp diharapkan mampu mengcover penerangan, pompa air untuk wudhu dan sound sistem. Selepas sholat dzuhur dan makan siang dengan lauk ayam kampung team pun langsung beraksi, memasang panel surya, instalasi listrik dan sistem pompa air. Karena sumur baru belum siap, maka sistem pompa air di uji di sumur lama. menjelang magrib instalasi listrik sudah menyala menerangi mesjid baru disambut dengan gembira oleh santri. Pompa air pun sudah selesai diuji. Saya sangat bersyukur misi ini bisa berhasil sesuai dengan rencana. kami pun putuskan untuk balik malam ini sesuai rencana, meskipun agak molor

menguji pompa
menguji pompa
Waktu yang terbatas membuat saya tidak bisa mengidentifikasi dengan detail kebutuhan pondok. yang sempat saya lihat adalah kebutuhan gedung  yang hanya 6 kelas dengan kebutuhan 12 kelas ( 3 smp, 3 sma untuk putra dan putri). Tidak ada kursi dan meja untuk belajar. jadi santri belajar sepanjang hari dengan duduk melantai, air mata saya kembali menitik. Untuk sanitasi putra sudah pernah mendapat bantuan sehingga sudah layak, untuk di putri saya lihat masih butuh perbaikan. Saya tidak masuk ke melihat kondisi asrama santri tapi dari jauh terlihat butuh perhatian. Demikian juga tempat tinggal untuk ustadz. kebutuhan listrik yang terbatas di asrama sangat membutuhkan perhatian

Mereka Pejuang

Disela -sela pemasangan instalasi, saya cukup banyak menggali informasi yang membuat saya kagum dengan semangat para pengajar yang penuh kesungguhan dan keihlasan. Ust. Arif misalnya, alumni gontor yang bersal dari palembang memutuskan untuk mengabdikan diri dipesantren ini tanpa gaji, tanpa sertifikasi dari pemerintah. Pak Nurliyan, Aparat militer yang ditugaskan membina teritori di desa salulebbo juga membuat saya terkagum-kagum. Komitmennya untuk pesantren ini sangat luar biasa, baginya membina pesantren ini adalah bagian dari sumpah militer dan upaya menjalankan tugas membina teritori. Baginya Pesantren/pendidikan adalah benteng pertahanan NKRI. Jika saja semua aparat menyadari tugasnya seperti ini indonesia akan jaya. "Apa saya lakukan ini tidak ada apa-apanya dibandingkan ustad disini, saya ini hanya menjalankan tugas negara, saya digaji negara untuk tugas itu". tapi bagi saya bapak tetap luar biasa

10-5a6ea3fef1334443f6491154.jpg
10-5a6ea3fef1334443f6491154.jpg
Saya sebenarnya sempat gamang apakah memutuskan menginap atau tidak, saya masih ingin lebih lama berinteraksi dengan santri -santri yang penuh semangat. Mereka selalu datang tepat waktu ke mesjid berjamaah tanpa perlu lagi diawasi oleh ustadz, mereka menyusun saf dengan rapi. bahasa yang dipakai berkomunikasi adalahdiarea pesantren adalah bahasa arab. Ternyata minggu ini adah minggu bahasa arab. saya menjadi orang asing. Perjalanan ke makassar membutuhkan energi yang besar, jadi saya memutuskan untuk tetap balik malam ini. Namun sebelum balik saya meminta waktu untuk memberi motivasi pada santri tingkat akhir, agar punya tekad untuk melanjutkan pendidikan. Atas saran ust. Musro saya diberikan kesempatan memberi motivasi pada seluruh santri pada ba'da magrib di mesjid baru dengan penerangan lampu yang baru saja dipasang.

Saya mengharu biru, suara saya terpenggal-penggal memotivasi para pencari ilmu, mereka masa depan ummat islam dan bangsa indonesia. "Jika ingin membela agama Allah, bantulah mereka ini yang bersungguh-sungguh menuntut ilmu" , demikian gemuruh batin saya  . Mereka mengasingkan diri  ditengah belantara, tapi sesungguhnya mereka membangun peradaban. kesungguhan para pengajar membangun pesantren ini sudah menunjukkan hasil yang luar biasa, mereka telah mendapat kepercayaan warga sehingga jumlah santri menjadi 200 orang.prestasi demi prestasi pun mereka raih termasuk menjadi wakil sulbar dalam ceramah bahasa inggris tingkat nasional. 

7-5a6ea304ab12ae40b7118d22.jpg
7-5a6ea304ab12ae40b7118d22.jpg
Tak kuasa rasanya meninggalkan tempat ini, santri -santri juga sepertinya masih ingin berkomunikasi lebih jauh, berbagi pengalaman tapi kami harus balik. Kami diantar oleh beberapa ustadz yang terus mengharap untuk kami menginap. Saya tidak bisa bicara banyak, kami telah putuskan untuk balik malam ini meski dada terasa sesak. Dua hari perjalanan dan pemasangan instalasi capeknya sangat luar biasa, tapi semua tidak terasa terbayar oleh suasana dan sambutan di pesantren ini. Menyusuri Kebun sawit ditengah malam yang mengerikan tak sempat lagi kami pikirkan... perasaan dan suasana hati telah dipenuhi oleh pengalaman sehari di salulebbo. Kami tiba di mamuju jam 1. malam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun